Pernak-pernik Ramadhan RaYa #12

Bagai Umar bin Khattab Sore menjelang, Maryam dan Yahya sedang bersiap menuju Rumah Ustadzah. Yahya sangat bahagia bisa ikut kelas tahfidz Ramadhan lagi. Walau merasa sedih karena harus merelakan dua hari yang berharga. Mereka berangkat dengan mengendarai sepeda Maryam dan Yahya duduk di kursi boncengan. Saat Yahya memasuki rumah Ustadzah teman-teman disana menyapanya dengan hangat. … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pernak-pernik Ramadhan RaYa #9

Follower Setia Pagi yang cerah menyapa Maryam dan Yahya yang sedang bersama-sama membantu Abah merapikan taman di depan rumah. Mumpung Abah sedang tidak ada shift sebagai dokter jaga UGD di rumah sakit, Umma meminta Abah dan asisten-asisten ciliknya meluangkan waktu untuk memberantas rumput-rumput liar yang sudah memenuhi taman depan rumah. “Kak, jadi hari ini kakak … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pernak-pernik Ramadhan RaYa #8

Jalan menuju Syurga Hari ke sembilan Ramadhan sudah menyapa, anak-anak sudah mulai terbiasa dengan rutinitas sahur, puasa, buka, tarawih, dan lainnya. Maryam pun sudah mulai terbiasa membantu Umma di dapur. Di sore yang mendung, Umma mengajak Maryam berkutat di dapur menyiapkan takjil spesial untuk Abah, Pisang ijo. Saat mengupas pisang yang akan dibuat pisang ijo, … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pernak-pernik Ramadan RaYa #3

Maryam dan Yahya Waktu menunjukkan pukul 13.05, panas menyengat dari matahari yang sedang terik-teriknya, tidak sedikitpun mengganggu keasyikan Yahya, Husain dan Ali bermain kelereng. Saat sedang serius membidik lingkaran yang berisi belasan kelereng di dalamnya, tiba-tiba Yahya berteriak “Astagfirullah …” Ada benda yang terbang di udara dan menabrak kepala Yahya. Benda itu lalu terjatuh ke … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 14. Lembo, Lembi

BAB 14. Lembo, Lembi   Kami menanti Ratu Mandalika di bibir gua, tak jauh dari lokasi pasir Orbulina. Bibir gua itu lebih besar dari pintu gua awal perjamuan dari Ratu. Saura dentuman masih memekak telinga. Orbunis meremas-remas jarinya, sekali-kali ia menunduk, meremas rambutnya, dan mendesah. Aku tahu, kondisi tidak baik-baik saja, terlebih Orbunis yang pergi … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 10, Amaq Belo

BAB 10, Amaq Belo  Orbunis mendesah padaku, “Oh… kau berat sekali!” Orbunis turun dari kuda. Menggendong tubuhku yang terlalu berat buatnya. Ia menggerutu kalau tubuhku lebih berat dari seekor kambing. Ia mendengus. Aku bergoyang-goyang di dalam tas. “Gadis kecil, kubantu kau mengangkat tas di punggungmu, sepertinya berat sekali.” “Tidak Pak Tua, terima kasih. Kubayar sekarang?” “Nanti. … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 9. Tiu Kiantar

BAB 9, Tiu Kiantar  Fajar mulai mengintip. Aku menanti di balik batu. Sesaat kemudian Orbunis datang dengan seekor kuda kuning. Tidak terlalu besar, namun terlihat kuat untuk menempuh perjalanan jauh. Orbunis memakaikan pelana pada kuda itu. Dan terdapat dua kantong besar, mengantung di sisi kuda. Sedangkan Orbunis, memakai tas di punggungnya. Tas itu berukuran sangat besar … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini: