SELOTO, Bab 14. Lembo, Lembi

BAB 14. Lembo, Lembi   Kami menanti Ratu Mandalika di bibir gua, tak jauh dari lokasi pasir Orbulina. Bibir gua itu lebih besar dari pintu gua awal perjamuan dari Ratu. Saura dentuman masih memekak telinga. Orbunis meremas-remas jarinya, sekali-kali ia menunduk, meremas rambutnya, dan mendesah. Aku tahu, kondisi tidak baik-baik saja, terlebih Orbunis yang pergi … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 12, Ratu Mandalika

BAB 12, Ratu Mandalika   “Aku tak bisa berenang! Bagaimana bila aku mati?” kataku pada Orbunis. “Astaga!” teriak Orbunis. “Terserah padamu, Orbunot. Gara-gara kau, aku sampai di sini. Sudahlah Orbunot. Semua manusia juga akan mati termasuk manusia sepertimu. Setidaknya ini bukan aksi bunuh diri. Ini perjuangan! berjuang menyelamatkan bumi dari kekejaman Foxo. Aku akan membawamu kembali ke pantai bila kau … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 10, Amaq Belo

BAB 10, Amaq Belo  Orbunis mendesah padaku, “Oh… kau berat sekali!” Orbunis turun dari kuda. Menggendong tubuhku yang terlalu berat buatnya. Ia menggerutu kalau tubuhku lebih berat dari seekor kambing. Ia mendengus. Aku bergoyang-goyang di dalam tas. “Gadis kecil, kubantu kau mengangkat tas di punggungmu, sepertinya berat sekali.” “Tidak Pak Tua, terima kasih. Kubayar sekarang?” “Nanti. … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 9. Tiu Kiantar

BAB 9, Tiu Kiantar  Fajar mulai mengintip. Aku menanti di balik batu. Sesaat kemudian Orbunis datang dengan seekor kuda kuning. Tidak terlalu besar, namun terlihat kuat untuk menempuh perjalanan jauh. Orbunis memakaikan pelana pada kuda itu. Dan terdapat dua kantong besar, mengantung di sisi kuda. Sedangkan Orbunis, memakai tas di punggungnya. Tas itu berukuran sangat besar … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 8. Satu Koin Emas

BAB 8, Satu Koin Emas  Aku bersembunyi dan bersandar di balik batu hitam. Gelisah, bingung, dan berharap Orbunis datang. Peluangku tipis. Tapi apa salahnya bila menunggu? Matahari semakin tinggi. Belum ada tanda-tanda kedatangan Orbunis. Bersabar menunggu, makan sedikit demi sedikit irisan daging rusa panggang. Sungguh, menanti terasa menyesakkan dada. Saat hari hendak sore, sebuah suara … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 7. Perkamen Yang Hilang

BAB 7, Perkamen Yang Hilang   Ini malam paling mengerikan. Sosok manusia menanti kehadiran bangsa Floro di bibir gua Mumber. Ia yakin bahwa salah satu dari bangsa Floro akan menampakkan diri. Dua hari yang lalu, ia meninggalkan sebuah surat sederhana, tergantung di bibir gua. Kalimatnya sangat memaksa, “Bangsa Floro, aku tahu keberadaan kalian. Ini penting! Demi keselamatan … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 4. Pertemanan Membawa Bencana

BAB 4, Pertemanan Membawa Bencana Esoknya, dan esoknya lagi berlalu penuh kehangatan. Sudah sepuluh hari persahabatan ini berlangsung. Aku sangat menikmatinya. Kini, memasuki hari ke-11. Matahari hampir tenggelam. Orbunis tak kunjung datang. Aku memutuskan untuk pulang. Tak baik bila aku pulang kemalaman. Hari ke-12, Orbunis tak kunjung pula datang. Aku berpikir, mungkin persahabatan kami hanya sampai … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini: