Silat Boys – Jurus 10: Babak Final

“Kita harus balas,” Ratni mengacungkan tangan. “Iya kemarin Sanca Membelit mencuri bendera,” Hobe juga berteriak. Mereka jadi bersemangat. Malam itu Adrecurug melatih lagi mereka. Talisatni hanya geleng-geleng kepala. Di pertandingan Final, anggota Sanca Membelit kelihatan telah siaga dengan seragam kerennya. Hobe dan kawan-kawan agak khawatir juga sih. Namun belum juga pertandingan dimulai, tiba-tiba hujan deras. … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Silat Boys – Jurus 9: Aksi Mati-matian

Acara siang ini selesai, para peserta kembali ke tenda masing-masing. Hobe dan kawan-kawan berjalan tertatih-tatih dengan lesu. Tapmologa tidak kalah lesu. Badannya sampai terbungkuk-bungkuk. “Ada kalah ada menang,” hibur Talisatni “Tapi kita sudah hampir, guru,” Ratni mengerang. “Bhesok khita harus mhenangx!” Tiba-tiba Adrecurug berteriak lantang. Malam itu dengan badan masih babak belur, mereka berlatih. Adrecurug … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Silat Boys – Jurus 7: Jurus Andalan Gajah Duduk

Pagi-pagi semua peserta Silat Camp telah berkumpul di lapangan. Tapmologa ribut mengumpulkan murid-muridnya yang masih ngorok. “Ampun, bangun! Bangun!” bentaknya. Hobe mengucek-ngucek mata. “Aduh, pendekar sejati kok kesiangan sih?” Talisatni tidak kalah panik. Tapmologa lalu menarik satu-satu muridnya berdiri. Satu gelas air ia cipratkan di muka mereka. “Cepat ke lapangan,” perintahnya. Murid-murid berbaris menuju lapangan … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Silat Boys – Jurus 6: Silat Camp

“Hobeee… Puguuu,” teriak Tudne gembira. “Uh.. Oh!” Maidne ikut menyambut. Hobe dan Pugu baru sampai di Silat Camp. Mereka berjingkrakan dan berpelukan. “Akhirnya aku bisa datang, hurray!” Hobe mencium-cium tanah. Pugu menunduk malu-malu dilihat banyak orang. Talisatni dan Tapmologa sudah mengobrol di dalam kemah. “Kenalkan ini Adrean,” kata Talisatni pada Tapmologa. “Guru Cerdas,”  Adrean menjabat … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Silat Boys – Jurus 5: Perjalanan Super Heboh

Adrean terus mendesak Talisatni agar diantar ke Padepokan Gajah Duduk. Tapi Talisatni masih bimbang. “Wah sampeyan, ndak percoyo opo sama kemampuan saya?” Adrean tiba-tiba ganti logat. Hobe kaget dan terkekeh geli. Pugu yang sedari tadi diam ikut berkomentar, “O.. orang jawa?” “Hoho… shaya inhi blasteran. Jhadi mhasih berdarah pendhekar jhawa, kok,” Aderan malah tertawa. Adrean … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Silat Boys – Jurus 4: Guru Baru Ajaib

Tudne, Ratni dan Maidne pergi ke silat camp diantar Tapmologa. Mereka menggendong tas ransel. “Selamat tinggal, kawan,” kata Ratni sambil melambai-lambai. Tudne dan Maidne juga berpamitan pada semua guru dan kawan-kawan.. Pugu ikut melambai diantar Nenek Itahkia. Pugu terlihat sedih, Nenek menepuk punggung Pugu. “Ka.. ka.. si.. an Hobe,” katanya lirih. “Sudahlah, tidak usah dipikirkan,” … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Silat Boys – Jurus 2 : Perang Panas Dingin

Di pagi hari terjadi keributan di padepokan. Napma teriak-teriak sambil menangis. Ia mencari surat yang ditulis semalam. “Mana suratku?”  Ia berlari keluar kamar dengan panik. Hobe baru saja keluar kamar, ia menggosok-gosok mata. Maidne menyusul di belakang. Kepala Maidne nongol di pundak Hobe. Mereka belum sadar apa yang terjadi. “Kamu lihat suratku?” Napma bertanya panik … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini: