Tata Tak Mau Bersinar

 

Tata senang menjadi bagian dari gugusan rasi bintang Kanis Mayor. Namun, sudah lebih dari seminggu ini,  ia tidak mau bersinar. Ada apa dengan Tata? Rupanya, Ia menganggap bahwa tidak ada gunanya dirinya bersinar. Padahal dulunya Tata adalah bintang kecil yang sangat lincah dan energik. Dari teman-temannya, ia yang paling suka menari. Bahkan ia menciptakan tarian Kerlip Ulala Cangtip untuk teman-temannya.

“Kita anggota rasi bintang Kanis Mayor harus selalu kompak. Mari tunjukkan pada dunia bahwa Kanis Mayor adalah rasi bintang yang paling indah. Tu.. Wa.. Ga.. Pat.. ” Tata memberi aba-aba pada teman-temannya.

Tangan digoyangkan, kaki menari cha cha cha, dan secara bergantian para bintang padam dan bersinar sesuai formasi. Lap lip lap lip. Kerlipnya begitu serasi.

Dari langit, Tata dapat melihat penduduk bumi memandang Kanis Mayor dengan takjub. Tata senang sekali karena penduduk bumi memehatikannya. Tapi, lama-lama Tata sadar. Penduduk bumi tidak sedang melihat Tata. Ia melihat bintang di samping Tata, Sirius. Sirius adalah bintang paling terang di langit. Dalam gugusan Kanis Mayor, Sirius terletak tepat di samping Tata.

Berulang kali Tata mendengar kalimat-kalimat pujian dari penduduk bumi untuk Sirius.

“Itu dia! Aku berhasil menemukan Sirius!”

“Waahh itu pasti bintang Sirius. Terang sekali.. ”

“Waah dia berkerlip cantik. ”

“Hei Sirius.. Kemarilah.. Jadilah temannku.. ”

Tata sebal dan sedih. Mengapa tidak ada yang memanggilnya? Bahkan melirik pun tidak. Apakah mereka tidak tahu bahwa Tata adalah bintang paling lincah dan imut di alam semesta?

Rasa sedih dan kesal Tata dari hari ke hari makin menumpuk. Ia menjadi lebih diam dan murung. Puncaknya, mulai sepuluh hari yang lalu, Tata memutuskan untuk tidak lagi bersinar.

Melihat Tata yang murung, teman-teman Tata jadi sedih. Segala macam cara telah teman-teman Tata lakukan untuk menghiburnya. Tapi, tetap saja hasilnya nihil. Tata masih bersedih dan justru malah menjauh dari teman-temannya.

Suatu hari, saat Tata sedang berjalan sendiri, tiba-tiba… Bruk! Tata menabrak sesuatu.

“Duh, maaf..” Kata Tata sambil menunduk.

“Ini Tata, ya? Duh, maaf juga, ya. Aku nggak lihat. Habisnya kamu gelap sekali.” Ternyata Tata menabrak Satelit Satria IV yang sedang berjalan-jalan mengitari bumi.

Tata hanya terdiam. Ia masih menunduk. Satria menyadari sesuatu.

“Tata lagi sedih, ya?” Tanya Satria.

Tak disangka tak dinyana, ternyata Tata nangis sejadi-jadinya.

“Hoaaa aku bintang yang tidak berguna. Tak ada gunanya aku bersinar. Tak ada gunanya aku menari. Tak ada yang peduli.” Air mata Tata mengalir deras.

Satria menepuk pundak Tata. Ia membiarkan Tata selesai menangis. Setelah Tata sudah merasa lega, Tata mulai bercerita.

“Aku sedih. Tidak ada orang yang melihatku. Walaupun aku sudah bersinar terang. Walaupun aku sudah menari dengan riang. Semua orang hanya melihat Sirius, tidak ada yang melihatku.” Akhirnya Tata menceritakan rasa kesal dan sedihnya.

“Oh, jadi kamu berfikir seperti itu. Sini ku tunjukkan sesuatu.” Satria memejamkan mata sejenak. Ia sedang mengakses memorinya. Tring.. Layar monitor Satria menampilkan video seorang anak di bumi yang nampak kebingungan.

“Apakah itu rasi bintang Kanis Mayor? Ah, tidak. Ada satu bintang yang hilang.” Katanya.

“Hei.. Bintang kecilku tidak ada. Hei, bintang kecil di rasi bintang Kanis Mayor! Dimana kamu?” Katanya, keesokan harinya.

“Hei, bintang kecilku! Ke mana kamu pergi? Aku rindu kerlap kerlipmu!” Katanya, keesokan harinya lagi.

Dalam beberapa hari lainnya, nampak video anak kecil itu nampak murung dan hanya menunduk. Di beberapa hari bahkan dia hanya menyangga kepala dengan tangannya dan mamandang langit malam dalam diam.

“Lihat? Di belahan bumi sana, masih ada anak yang merindukan sinarmu. Dia tulus menunggu kerlipmu. Semua kesedihanmu itu hanya di pikiranmu saja. Lagi pula, kalau boleh jujur, aku pun penggemar tarianmu.” Kata Satria malu-malu.

Senyum Tata kembali mengembang. Dia mengumpulkan kembali energinya dan kembali bersinar dengan lebih terang. Ia kembali bersemangat untuk menari.

“Terima kasih, Satria. Kamu menyadarkanku betapa berhaganya diriku.”

Dengan langkah yang ringan, Tata kembali menemui teman-temannya. Ia semangat dan mengajak teman-temannya untuk menari bersama lagi.

Teman-teman Tata menyambutnya dengan gembira. Tata Si Bintang Kecil nan imut itu kini semangat menari bersama kawan-kawannya.

“Tu wa ga pat. Lap lip lap lip!” Tata memimpin teman-temannya menari Kerlip Ulala Cangtip.

Di bumi, seorang anak bersorak gembira karena melihat bintang kecilnya bersinar lagi. Tata sekarang bisa melihat anak kecil itu. Sebagai hadiah, Tata memberi bonus pertunjukkan dengan melompat dan berputar di udara.

“Waw.. bintang kecilku beratraksi. Kamu keren, bintang kecil!” Anak itu bertepuk tangan dengan penuh semangat.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar