Tempat itu bernama Desa Wokiwoki. Semua penduduknya adalah kurcaci. Rumah-rumah mereka berbentuk bola setengah lingkaran.
Salah satu rumah yang bercat hijau adalah rumah milik Tuan Woli. Dia tinggal bersama istri dan kedua anak kembarnya yang bernama Wombi dan Wombat. Kakak beradik ini beda usianya hanya terpaut sepuluh menit saja. Wombi yang terlebih dulu lahir.
Wombi mempunyai badan yang lebih besar daripada kurcaci muda seusianya. Sedangkan Wombat mempunyai ukuran badan yang ideal, tidak terlalu gemuk, namun juga tidak terlalu kurus. Wombi suka sekali makanan manis. Dia bisa menghabiskan selusin donat dalam sekali makan.
“Wombi, bisakah kau berhenti memakan donat-donat itu? Coba dengar! teman-teman sudah memanggil kita dan mengajak bermain,” ujar Wombat.
“Tunggu sebentar. Donat-donat ini begitu lezat, sehingga aku sulit berhenti memakannya.” jawab Wombi dengan muka penuh krim donat.
“Perutmu bisa sakit jika kau makan sebanyak itu, Wombi!” sela adiknya kemudian.
“Tenang saja, perutku kuat, kok!” kata Wombi sambil melahap donat terakhirnya.
Kakak beradik itu bergegas keluar rumah. Mereka dan anak-anak kurcaci lainnya hendak bermain di sebuah taman.
“Teman-teman, bagaimana kalau kita mengadakan lomba?” usul Mosi, kurcaci kecil yang suka memakai topi hitam.
Kurcaci-kurcaci lainnya pun bersorak “Setuju… Setuju…!
“Apa hadiah bagi pemenangnya?” tanya Komi yang berdiri paling ujung.
“Hadiahnya adalah sebuah kartu bermain bergambar Superflash Hero yang sangat langka, Bagaimana teman-teman?” lanjut Mosi.
Wombat menoleh kepada saudaranya dan berbisik, “Kita harus menang! Aku sudah menginginkan kartu itu sedari lama, Wombi.”
Wombi gelisah, dia sadar badannya yang besar membuatnya tidak dapat bergerak dengan lincah. Namun, dia tidak mau mengecewakan adiknya. Ada tiga lomba beregu yang akan dipertandingkan, masing-masing tim terdiri dari 2 anggota. Tentu saja Wombi dan Wombat menjadi satu tim.
Pertandingan pertama adalah lomba balap karung. Semua bersiap di garis start, peluit sudah ditiup, anak-anak kurcaci itu melompat dengan riang.
Gubraaaaak!
Wombi terjatuh di dekat garis start, badannya yang besar membuatnya kesulitan untuk melompat.
“Maafkan aku Wombat, kita kalah,” kata Wombi kepada adiknya yang dengan sigap menolongnya berdiri.
“Tidak apa-apa, Wombi. Masih ada dua pertandingan lagi. Kita pasti menang. Demi kartu Superflash Hero,” ujar Wombat bersemangat.
Pertandingan berikutnya adalah lomba membawa kelereng memakai sendok.
“Perutku lapar, aku mau makan cokelat yang kubawa tadi sebelum pertandingan dimulai,” kata Wombi sambil merogoh kantong celananya, lalu menghabiskan semua cokelat yang dia bawa.
Belum sempat kurcaci muda itu mencuci tangan, pertandingan sudah dimulai kembali. Wombi kesulitan memegang sendok karena tangannya yang licin setelah memegang cokelat tadi, dan itu membuat kelerengnya terus terjatuh. Lagi-lagi Wombi menjadi penyebab kekalahan tim mereka.
Wombat memandang dengan kesal ke arah kakaknya. Wombi menangkupkan kedua tangan tanda meminta maaf.
Lomba terakhir adalah lari berpasangan. Sekali lagi semua kurcaci muda itu bersiap di garis start. Kali ini Mosi sebagai jurinya.
“Siap teman-teman!1 …2…3…Mulai!” teriak Mosi.
Ada empat pasang tim yang berlomba, seru sekali. Mereka semua berusaha lari sekencang-kencangnya, hanya Wombi yang tertinggal. Tim Wombi dan Wombat pun kembali kalah. Wombat kecewa tidak berhasil mendapatkan hadiahnya, dia kesal sekali kepada kakaknya yang sedari tadi menjadi penyebab kekalahan tim mereka.
“Wombat, maafkan aku, sudah membuat tim kita kalah.” ujar Wombi sedih.
“Aku kesal padamu! Kamu terlalu banyak makan, membuatmu lambat bergerak,” Wombat melengos lalu pergi menjauh.
Wombat tidak mau mengajak Wombi berbicara, dia masih kesal karena tidak berhasil mendapatkan hadiah yang diinginkannya. Hal itu, membuat Wombi semakin merasa bersalah, dan membuatnya mogok makan.
Ayah dan ibu sudah berusaha membujuk Wombi untuk makan, tetapi selalu ditolaknya. Sampai akhirnya Wombi jatuh sakit, badannya demam. Wombat pun cemas melihat kondisi kakaknya.
“Wombi, cobalah untuk makan. Sedikit saja, ya? Agar kau lekas sembuh?” Kurcaci tambun itu menggeleng dan tetap menolak untuk makan.
“Padahal sebelumnya kau suka sekali makan. Kenapa sekarang jadi enggan untuk makan? Sehingga membuatmu jatuh sakit?” lanjut Wombat membujuk.
“Sebenarnya aku merasa bersalah kepadamu, Wombat. Gara-gara aku tim kita kalah, coba aku tidak terlalu banyak makan. Mungkin aku dapat belari dengan cepat.” keluh Wombi
“Sudahlah, Wombi, jangan dipikirkan lagi. Aku lebih senang melihatmu sehat dan ceria daripada mendapatkan hadiah itu. Oleh karena itu, cepatlah sembuh. Nanti kita bermain bersama lagi,” hibur Wombat tulus.
“Terima kasih Wombat, kamu sungguh adik yang baik. Aku sayang padamu.” Mereka berdua pun berpelukan dan tersenyum.
“Ibu! Aku mau makan!” teriak Wombi kemudian.
“Tapi ingat, makanlah secukupnya! Jangan berlebihan!” tambah Wombat kemudian.
“Siap! Bos!” celetuk Wombi.