Strategi Bocah-Bocah Karangduwur ( Part 11)

Pertandingan Egrang

Kelas 4 yang berjumlah 25 anak akan memulai babak penyisihan lomba egrang hari ini. Mereka semua telah bersiap dengan pakaian olahraga berwarna biru langit bergaris kuning.
Bu Guru memanggil lima anak untuk berlomba pada putaran pertama. Ais termasuk di dalamnya.

“Gimana, nih, Kar? Aku pertama lagi.” Ais meremas tangan Sekar.

“Tenang aja, kamu pasti bisa!” Sekar menyemangati.

“Ais, kamu harus bisa. Aku udah capek-capek ngajarin masa gagal,” ucap Evan.

Ais memutar bola matanya. “Kamu enggak ikhlas, ya?”

“Ikhlas, si, ikhlas. Tapi ….” Evan terdiam sejenak. “Pokoknya kamu harus berhasil,” lanjutnya.

“Semua peserta yang sudah dipanggil, ayo bersiap!” kata Bu Guru dengan pengeras suara.

“Ayo, Ais! Bismillah.” Sekar mengangkat kepalan tangannya setinggi siku.

Walaupun teman-teman mendukung, Ais tetap merasa gugup. Telapak tangannya sampai berkeringat. Ia mencoba mengfokuskan diri dengan menatap lurus lintasan. Ia harus berjalan sekitar 15 langkah ke garis finish. Teman-teman dari kelas lain pun bersorak-sorai di pinggir lapangan. Hal itu justru membuat Ais semakin tak percaya diri.

“Bersiap! Satu, dua, tiga, mulai!”

Tap, tap, tap!

Semua peserta maju. Dua anak telah gugur. Ais masih bertahan meski tertinggal.

“Ayo, Ais! Ayo, Ais!” Suara Sekar terdengar paling keras. Evan yang berdiri di samping Sekar sampai menutup telinganya.

“Arh!” Egrang Ais mengenai kerikil. Ais goyah, dan … ia pun terjatuh. Tepat saat seorang teman telah berhasil sampai di garis finish.

“Enggak papa, jangan nangis, dong!” Sekar menepuk-nepuk bahu Ais.
Sambil terisak Ais berkata, “A … aku tidak sedih. Aku hanya terharu bisa berani mengikuti lomba.”

Sekarang tiba giliran Sekar. Ia akan mulai berlomba di putaran ke dua.
“Kamu pasti bisa!” Giliran Ais yang memberi semangat.

Sekar mengangguk mantap. Ia melangkah ke garis start dengan membawa egrangnya. Sekar menatap ke arah lawannya. Sepertinya perasaan mereka sama dengn Sekar, gugup. Tapi, Sekar akan melakukan yang terbaik.

“Bismillah ….”

Dalam hitungan ke tiga, mereka mulai melangkah menuju garis finish. Ada yang langsung jatuh, Sekar meliriknya sebentar. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keseimbangan. Tiba-tiba, seorang teman hampir menabrak dirinya. Untunglah Sekar bisa menghindar, meski akhirnya terjatuh. Ia masih bisa mengulang, selama belum ada teman yang sampai di garis finish.

“Ayo, Sekar! Ayo, Sekar!” Meski suara Ais yang kecil tenggelam diantara teriakan teman-teman, ia tetap berusaha menyemangati Sekar.

Tap, tap, tap!

Sekar hampir tiba di garis finish. Tapi, ia bersamaan dengan seorang teman lain. Sekar sempat meliriknya sesaat sebelum mereka sampai di garis finish.

“Alhamdulillah!” Sekar bernapas lega.

“Siapa yang duluan?” tanya Evan pada Ais.

“Enggak tahu. Enggak jelas, sih.”

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar