Aqila yang Penyabar

Hari ini adalah hari minggu. Aqila bermain sepeda bersama teman-teman. Aqila mengajak Dela pergi ke rumah Gina untuk bermain boneka.

Saat sampai di rumah Gina, ternyata Gina sedang tidak di rumah. Ia sedang pergi ke rumah neneknya untuk berlibur.

Dela dan Aqila pun kembali mengayuhkan sepeda pulang ke rumah. Keduanya bermain boneka di rumah Aqila dengan gembira.

Saat bermain. Dela meminta untuk diambilkan boneka kuda poni yang diletakkan dalam sebuah lemari kaca. Akan tetapi, Aqila menolak permintaan Dela dengan lembut.

“Maaf Del, boneka itu hiasan dalam lemari. Aku sengaja menaruhnya di sana karena itu pemberian paman.” ucap Aqila dengan lembut.

“Aku pinjam sebentar aja kok.” Dela mulai memaksa untuk diambilkan boneka pink itu. Namun, Aqila tetap saja tidak mengizinkan.

“Kita main yang di sini saja ya, Del. Ini juga bagus-bagus kok bonekanya.” Aqila mengajak Dela untuk bermain boneka yang ada di kotak mainan berwarna kuning.

Tapi, karena permintaan Dela tidak dipenuhi Aqila. Dela pun pulang dengan wajah marah. Aqila jadi sedih karena membuat Dela marah.

Pada malam hari usai shalat magrib Aqila menceritakan kejadian tersebut pada Ayah.

Ayah menanggapi dengan tenang.

“Apakah Aqila juga marah ketika Dela marah?”

“Tidak, ayah. Aku justru sedih ditinggal sendiri saat bermain.” ucap Aqila dengan manja.

“Dela terus memaksaku untuk menurunkan boneka kuda poni itu, Yah. Tapi, aku sudah menjelaskan padanya. Akan tetapi, dia terus memaksa.” Aqila terus bercerita dengan wajah sedih.

“Alhamdulillah, ternyata anak ayah masih bisa menjaga amarah.” kata ayah sambil mengusap kepala Aqila lembut.

“Di pengajian aku belajar, begini hadisnya, janganlah marah, maka bagimu surga.”

Ayah pun memeluk Aqila penuh cinta.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar