Seperti hari-hari biasanya, Naga Bori yang gagah berani jalan-jalan sambil melambaikan sayapnya. Tiba-tiba, saat asyik memperhatikan kupu-kupu, Naga Bori melompat ke kiri. Tapi, oh tidak! Tubuhnya oleng, dan dia pun terjatuh. “Kakiku sakit!” seru Bori sambil meringis.
“Aduh, aduh, aduh! Sakit sekali! Kenapa kakiku bengkak begini?” Ia berteriak dengan suara yang menggelegar, seperti guntur di langit. Sayangnya, tidak ada yang datang membantunya. Sebaliknya, hewan-hewan lain malah ketakutan!
Burung-burung di atas mengintip dengan penuh rasa ingin tahu, lalu terbang ke langit sambil berteriak, “Kabur! Kabur! Itu suara Naga Bori!” Semua rusa, gajah, hingga ular, lari secepat kilat. Bori ingin menghampiri mereka, tapi teriakannya justru makin nyaring.
“Kenapa sih kalian lari? Kakiku ini sakit!” Bori menggumam sambil meringis. Tetapi, yang keluar dari mulutnya hanya teriakan, teriak, dan teriak. Ia kesal dan bertanya-tanya mengapa tak ada yang mau membantunya.
Dengan susah payah, Bori berjalan ke arah pintu hutan. Dia berharap mungkin ada hewan yang bisa dimintai bantuan. Baru saja menginjak pintu hutan, dia bertemu dengan empat ekor babi kecil yang sedang asyik piknik. Mereka tampak kaget bukan kepalang, seolah melihat hantu!
“Eh, itu Naga!” seru Babi Cici, si babi pemberani. “Naga Bori, kenapa teriak-teriak? Apa yang membuatmu marah?”
Bori ingin menunjukkan kakinya, tapi suara teriakannya membuat ketiga babi itu langsung lari tunggang langgang, kecuali Cici yang masih bertahan dengan gemetar.
“Jangan lari! Kakikuuuu!” teriak Bori, tetapi Babi Cici masih bingung dan tidak mengerti.
Cici, walau sedikit ketakutan, berusaha mendekat.
“Bori, apakah kamu butuh bantuan?” tanyanya sambil melangkah pelan. Bori pun mengangguk, dan Cici merasa sedikit berani. Setelah mengamati, Cici melihat potongan kayu menyelip di antara kuku cakar Bori.
“Bori, semua hewan ketakutan karena kamu hanya berteriak. Jika kamu butuh bantuan, datanglah pada temanmu dan ucapkan ‘tolong’ dengan lembut,” ucap Cici sambil membantu mencabut potongan kayu itu.
Bori terdiam sejenak, kepalanya penuh tanda tanya. “Tolong? Apa itu? Aku tidak tahu!” ucap Bori sambil menundukkan kepalanya malu.
“Jangan khawatir, mari kami ajarkan!” kata Babi Roro, si babi ceria. “Kalau kamu butuh bantuan, cukup bilang ‘Tolong!’”
“Begini caranya,” tambah Babi Dodo dengan antusias. “Contohnya, jika kakimu sakit, kamu bisa bilang, ‘Tolong, kakiku sakit!’”
Babi Nino, si paling lucu, melanjutkan, “Jadi, tidak perlu teriak-teriak. Cukup lembut dan sopan!”
Bori mulai mengerti. “Ooh, jadi begitu! Aku bisa belajar! Tolong ajari aku lagi!” serunya penuh semangat.
Keempat babi dengan sabar mengajarkan Bori cara mengucapkan kalimat permintaan tolong. Setelah berlatih beberapa kali, Bori akhirnya bisa mengucapkannya dengan benar.
“Baiklah, sekarang coba katakan dengan suara pelan,” kata Cici. Bori menarik napas dalam-dalam, menyiapkan suara terbaiknya. “Tolong, kakiku sakit!”
Seketika itu juga, semua babi bertepuk tangan! “Bagus, Bori! Kamu berhasil!” mereka serentak bersorak, membuat hutan bergema dengan tawa.
Sejak hari itu, Bori tidak lagi berteriak tanpa arah. Ia belajar untuk meminta bantuan dengan sopan dan berkata, “Tolong!” ketika ia membutuhkannya. Hutan pun menjadi lebih ceria, dan Bori tidak lagi kesepian. Ia memiliki banyak teman yang siap membantunya, kapan saja ia membutuhkan.
Kini, setiap kali Bori merasa kesakitan, dia tidak lagi berteriak, tetapi tersenyum dan berkata, “Tolong, bantulah aku..”
Dan hewan-hewan pun tahu, jika mendengar suara lembut Bori, itu berarti sang naga siap untuk berpetualang lagi!