Hari ini Raka berangkat sekolah seperti biasa. Ia selalu membawa bekal makanan buatan ibunya ke sekolah. Isi bekalnya selalu istimewa, menunya berbeda-beda dari hari Senin sampai Sabtu.
“Toni, ayo kita makan bersama.” Ajaknya kepada Toni, teman sebangkunya.
“Aku juga bawa bekal hari ini, kita ajak Oscar juga yuk!” sahut Toni dengan semangat.
Oscar adalah murid baru di sekolah mereka. Ia murid pindahan dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Oscar baru 2 hari sekolah di SD tempat Raka dan Toni sekolah.
Di bangku pojok kelas terlihat Oscar sedang merapikan bukunya, lalu menaruhnya di laci meja, ia berencana menuju kantin ketika Raka dan Toni menghampirinya.
“Hi Oscar, kita makan bersama-sama yuk! kami berdua bawa bekal dari rumah.” Dengan senang hati Oscar menerima ajakan Raka dan Toni. “Ok!”
Mereka bertiga kemudian menuju taman di depan kelas untuk menghabiskan waktu istirahat sambil menyantap bekal yang ada.
Raka segera membuka kotak bekalnya, isinya nasi goreng dan telur ceplok yang dilengkapi dengan potongan mentimun serta sedikit sambal.
“Kira-kira apa ya isi bekalku?” Toni penasaran dengan isi bekalnya sendiri. “Tadaaaaa.” Raka ikut menimpali.
Terlihat isi bekal Toni adalah nasi putih, rendang daging dan sedikit gulai nangka. Menu yang dirahasiakan oleh bundanya tadi pagi.
Toni senyum-senyum, senang melihat isi bekalnya, karena ia suka sekali rendang daging. Lalu dengan sigap ia membagikan isi bekalnya kepada Raka dan Oscar. Raka juga melakukan hal yang sama, membagikan isi bekalnya kepada Toni dan Oscar.
“Toni, ini makanan apa namanya tadi? Aku baru pertama kali ini mecicipinya.” Tiba-tiba Oscar bertanya.
“Ini rendang, makanan khas Sumatera Barat.” Jawab Toni. “Kata bundaku, rendang adalah makanan terenak di dunia.” Toni melanjutkan.
“Apa kamu berasal dari Sumatera Barat, Toni?” tanya Oscar lagi.
“Iya, dulu aku juga murid pindahan seperti kamu.” Timpal Toni dengan riang.
“Betul, Toni orang Sumatera, Oscar orang Sumba, dan aku orang Bima.” Raka ikut menambahkan dan menjelaskannya kepada Oscar.
“Wah, seru sekali, kita berasal dari daerah yang berbeda-beda ternyata.” Kata Oscar.
Sejak makan bersama itu, Raka, Toni, dan Oscar menjadi teman akrab. Mereka juga saling berbagi bekal masing-masing jika menunya berbeda. Perbedaan daerah asal justru semakin menjadikan mereka saling menghargai satu sama lain.
“ Raka, kalau di Bima makanan khasnya apa?” tanya Oscar pada jam istirahat suatu hari.
Raka berusaha berpikir, “Hhmmm, banyak sebenarnya, tapi yang paling terkenal adalah ikan palumara.”
Sementara itu, Toni sangat penasaran dengan makanan khas Sumba,“Ngomong-ngomong di Sumba makanan khasnya apa Oscar?”
“Ada manu pata’u ni, kue manggulu, dan ka’pu pantunnu tapi yang paling aku suka adalah manu pata’u ni, kalau bahasa Indonesianya adalah ayam bumbu santan.” Oscar menjelaskan.
Raka yang juga penasaran ikut menimpali, “Unik-unik sekali ya nama makanannya.”
“Selain unik, rasanya juga enak lho, apalagi manu pata’u ni, bumbu santannya itu meresap sampai ke tulang-tulang ayam. Mamaku senang sekali masak menu itu kalau hari Natal.” Oscar menceritakannya dengan semangat.
Akhirnya bel pelajaran berbunyi. Raka, Toni, dan Oscar kembali ke kelas. Dari ruang guru sana, sosok guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terlihat menuju kelas mereka, kelas 5 A.
“Selamat siang anak-anak.” Guru sudah tiba di kelas dan siap memulai pelajaran.
“Siang Pak Guru…” Jawab siswa serentak.
Setelah mengecek absen siswa, Pak Guru mengumumkan informasi mendadak, membuat suasana kelas seketika gaduh dengan suara protes para siswa.
“Berhubung materi kita pada semester ini hampir selesai, maka hari ini akan diadakan kuis, apakah kalian siap anak-anak?” Pak Guru berseru, yang ditanggapi dengan protes oleh siswa-siswa, “ katanya hari ini mau ajak kami belajar di Museum Budaya, Pak?”
“Ma’af anak-anak, kuis ini lebih penting, jadi berkunjung ke museumnya ditunda dulu ya.” Pak Guru tetap pada keputusannya.
“Yaaahhhh.” Siswa-siswa berseru kecewa.
Mereka hanya bisa pasrah menerima kenyataan adanya kuis mendadak mata pelajaran IPS. Tapi mereka tetap mengerjakan soal-soal dengan baik.
“Kring…kring…kring…” suara alarm Pak Guru berbunyi, menandakan waktu pengisian kuis sudah selesai.
“Waktunya sudah selesai, berhenti mengerjakan soal anak-anak, kita akan masuk pada babak penilaian.”
Pak Guru kemudian membagikan kertas kuis yang terkumpul secara acak. Satu siswa mengoreksi kertas kuis siswa lainnya. Tidak boleh ada siswa yang mengoreksi kertas miliknya sendiri. Pak Guru segera mengulangi bunyi soal kuis dan membenarkan jawabannya.
“Jawaban soal pertama, Tari Kecak berasal dari daerah?”
“Bali.” Raka menjawab cepat, mendahului teman-teman sekelasnya.
“Betul.” Pak Guru menimpali, kemudian melanjutkan soal yang kedua, “Apakah nama suku yang ada di Lombok?”
“Suku Sasak, Pak.” Kali ini terdengar suara lantang Oscar yang menjawab.
“Benar.” Pak Guru semakin semangat membacakan soal selanjutnya “Rendang adalah makanan khas yang ber……?” “Minangkabau Sumatera Barat, Pak.”
Belum selesai Pak Guru membacakan soal, Toni sudah berteriak menjawab karena ia hafal betul asal muasal makanan kesukaannya itu. Apalagi ia juga berasal dari Sumatera. Pak Guru dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan untuk Toni, membuatnya seketika tersipu malu.
Soal kuis sejumlah 15 nomor itu dikoreksi dengan baik, para siswa saling rebutan untuk menjawab dengan benar. Pelajaran itu ditutup dengan meriah karena semua siswa bersorak gembira mendapat nilai yang bagus.
Keesokan harinya, Oscar terburu-buru berlari masuk kelas, ia hampir saja terlambat, dan ada bungkusan besar yang ia tenteng dengan kedua tangannya.
“Hi Raka, hi Toni.” Tidak lupa ia menyapa kedua sahabatnya.
“Kamu bawa apa Oscar?” Tanya Raka, ingin tahu.
“Rahasia, nanti aku tunjukin saat jam istirahat ya.” Jawab Oscar santai.
Pagi itu, mereka melewati jam pelajaran pertama dengan serius, pelajaran Bahasa Inggris. Raka dan Oscar punya cita-cita besar pada mata pelajaran itu, mereka ingin menguasai Bahasa Inggris biar bisa keliling dunia.
Sedangkan Toni juga punya mimpi lain, Toni ingin menjadi pengusaha warung Padang di mancanegara. Jadi ia harus belajar Bahasa Inggris sejak dini biar tidak ditipu oleh pembeli.
“Raka, Toni, ayo kita ke taman, aku bawa manu pata’u ni lho.” Ajak Oscar.
Di taman, Raka dan Toni menelan ludah melihat manu pata’u ni atau ayam bumbu santan khas daerah Sumba yang lezat.
Mereka bertiga pun menyantap manu pata’u ni dengan lahap. Mereka selalu berbagi setiap bekal yang mereka bawa. Bekal juga lah yang menjadi tanda persahabatan mereka sejak awal.[*]
“Cerpen Ini Diikutsertakan dalam Lomba Cipta Cerpen Anak PaberLand 2024”