Gambar: Regina Primalita
Beberapa hari ini Iko merasa sangat kesal. Monyet Mentawai yang dikenal dengan sebutan Beruk Mentawai itu diharuskan membagi makanan kepada beruk lain sekawanannya. Beri, si beruk jantan pemimpin kawanan yang memerintahkannya.
“Sebagai kawanan kita harus selalu bersama, harus saling menjaga, dan saling berbagi.” Iko terngiang kembali perkataan Beri.
Musim kemarau mengakibatkan buah-buahan yang ada di hutan Mentawai, Sumatra Barat hanya sedikit. Untuk mendapatkan makanan, kawanan Iko harus bersaing dengan hewan pemakan buah lainnya di hutan itu. Teman sekawanan Iko terdiri dari tiga beruk betina dan dua beruk yang masih kecil. Diantara mereka Iko lah yang paling gesit mencari makanan. Iko yang selalu diminta Beri untuk berbagi makanan dengan beruk-beruk yang masih kecil.
Merasa jengkel harus selalu berbagi, terbersit niat buruk di hati Iko.
Pagi itu sangat cerah.
“Uuuk aaa! Uuuk aaa!”
Terdengar lengkingan Beri memberi perintah agar semua kawanan mengikutinya mencari makan. Semua beruk mengikuti Beri. Kecuali Iko. Ia sengaja memisahkan diri.
“Nah, ternyata di sini banyak makanan. Aku bisa makan sepuasnya tanpa harus berbagi,” gumam Iko girang setelah berada jauh dari kawanannya dan menemukan lokasi makanan baru.
“Emm, manis sekali pisang ini. Nyam … Nyam….” Iko asyik menikmati pisang-pisang yang ada di pohon. Ia tak menyadari bahwa di batang pohon itu telah dipasang perangkap oleh manusia pemburuIko manarik kembali pisang di pohon itu, tiba-tiba …
“Sett!”
Iko kaget. Mendadak tangannya terlilit oleh tali. Iko manarik tangannya dengan kuat supaya terlepas dari talinya. Namun, semakin keras ia menarik, tali itu terasa semakin kuat menjerat tanggannya. Iko pun panik, ia berteriak-teriak minta tolong.
Sore itu, kawanan monyet yang dipimpin Beri sudah kembali ke sarangnya. Beri dan kawanannya khawatir, sejak tadi Iko menghilang. “Uuuk aaa, aku akan mencari Iko. Kalian waspadalah dan tetap tinggal di sarang!” ucap Beri.
Setelah beberapa lama mencari. Sayup Beri mendengar suara Iko
“Uuk aaa! Tolong! Tolong!”
Beri menuju sumber suara.
“Oh, di sini kamu rupanya. Kamu terperangkap?” tanya Beri setelah menemukan Iko. Iko mengangguk.
Melihat tali yang menjerat tangan Iko, Beri segera memutusnya. Setelah itu, Beri pun mengajak Iko pulang ke sarang mereka.
Iko merasa sangat lega. Ia sangat bersyukur bisa lepas dari jebakan manusia pemburu. Kini ia menyadari bahwa dengan tetap bersama kawanan, adalah pilihan yang terbaik. Kawanan akan saling memperingati, jika ada bahaya. Mereka akan saling menjaga satu sama lain. Iko pun berjanji dalam hatinya, ia tidak akan egois lagi. Ia mau kembali berbagi dengan sesamanya.
Catatan:
Cerita ini pernah dimuat di harian Kompas dan https://klasika.kompas.id/baca/kawanan-beruk-mentawai/