Pernak-pernik Ramadhan RaYa #14

Mahkota Impian

Bulan Ramadhan memang selalu istimewa. Entah mengapa suasana kekeluargaan semakin bertambah erat saat bulan Ramadhan menyapa. Mereka yang jarang bertemu menjadi bersua, yang jarang berkumpul menjadi lebih sering bersama, bahkan yang saling bermusuhan pun saling bermaafan di bulan Ramadhan.

Namun, bulan Ramadhan kali ini menjadi terasa lebih istimewa bagi Maryam dan Yahya karena mereka mengikuti kelas tahfidz Al-Qur’an. Maryam ingin kholas hafalan juz 30, sedangkan Yahya punya target menghafal Surah Al-Balad sampai surah An-Nas. Berbeda dengan Maryam yang mengikuti kelas tahfidz murni untuk menambah hafalannya, Yahya punya motivasi sendiri untuk menambah hafalannya.

“Kak, enggak terasa ya, kelasnya sisa tiga hari lagi, setelah itu udah hari kelulusan. Kok aku malah sedih ya?” Yahya membuka percakapan, saat mereka sedang duduk-duduk santai di ruang keluarga.

“Iya dek, aku juga sedih, masih kurang tiga surah lagi untuk disetorkan ke Ustadzah biar bisa capai target juz 30, kalau kamu?” Maryam balik bertanya.

“Aku targetnya sampai surah Al-Balad kak, ini baru mulai hafalin. Kemarin sudah setoran Surah Asy-Syams,” jawab Yahya sedikit bangga.

“Semangat kak, pasti bisa,” Yahya menyemangati.

“Ada apa ini, semangat semangat?” tanya Umma yang baru saja keluar dari dapur.

“Ini Umma, kelas tahfidz sebentar lagi selesai, tapi masih ada tiga surah lagi yang belum Maryam setorkan,” jawab Maryam kurang bersemangat.

“Enggak apa-apa, Maryam kan tahu, Allah itu menilai …? Pernyataan Umma sengaja menggantung.

“Menilai proses dan ikhtiarnya Umma,” jawab Maryam sambil tersenyum.

“Kalau Yahya?” tanya Umma lagi.

“Sisa satu surah lagi Umma. Kata Ustadzah, Yahya bisa ikutan wisuda di hari kelulusan kalau bisa menghafal sampai Al-Balad,” Yahya menjelaskan dengan antusias.

“Masya Allah, anak-anak Umma hebat-hebat semua. Barakallahu fiikum! Umma bahagia sekali kalian mau membiasakan diri berinteraksi dengan Al-Qur’an,” tutur Umma sambil berkaca-kaca.

Hari demi hari berlalu, Maryam dan Yahya berusaha dengan lebih fokus pada hafalan mereka. Hingga akhirnya, hasil penentuan kelulusan sudah ditentukan. Ada beberapa anak yang harus menerima bahwa mereka tidak bisa ikut di wisuda hafalan, karena tidak memenuhi target hafalan yang sudah mereka tentukan sendiri bersama Ustadzah di awal kelas.

“Assalamu’Alaykum warahmatullahi wabarakatuh, Umma,” Maryam dan Yahya memberi salam lalu langsung mencari Umma.

“Wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh Nak,” sahut Umma dari dalam dapur.

“Umma, ada undangan dari Ustadzah,” tutur Maryam dengan wajah berseri.

“Besok hari kelulusan Umma, aku dan Kak Maryam bisa ikut wisuda, Alhamdulillah,” tambah Yahya dengan mata berbinar.

“Masyaallah, siap. Umma dan Abah insya Allah datang,” jawab Umma diikuti seulas senyuman.

Hari kelulusan pun tiba, satu per satu anak-anak yang berhasil menuntaskan hafalannya naik ke panggung bersama orang tuanya. Mereka diberi kesempatan untuk memasangkan mahkota dan jubah untuk orang tuanya. Maryam dan Yahya naik ke panggung bersamaan. Umma dan Abah mengikuti keduanya. Maryam memasangkan mahkota pada Umma dan Yahya memasangkannya pada Abah.

Setelah mahkota terpasang, Maryam dan Yahya juga memakaikan jubah berwarna hijau pada orang tua mereka. Setelah mahkota dan jubah terpasang pada masing-masing orang tua peserta kelas tahfidz, para peserta dipasangkan selempang kelulusan oleh Ustadzah. Lalu berikutnya, dipasangkan mahkota juga oleh orang tua mereka masing-masing.  Umma dan Abah bergitu terharu dengan momen istimewa ini. Maryam dan Yahya pun begitu bahagia bisa memenuhi target hafalan mereka masing-masing.

Selepas acara kelulusan itu, Abah mengajak untuk berbuka puasa di restoran sebagai apresiasi untuk anak-anak shaleh-shalehah mereka. Mereka makan makanan enak dan begitu berbahagia.

“Abah, jadi kan beliin aku robot rakit hafidz limited edition?” tanya Yahya saat mereka sedang menunggu pesanan makanan. Umma dan Maryam seketika memalingkan pandangan pada Abah, lalu tersenyum curiga. Sedetik kemudian, mereka tertawa bersama. Karena menyadadari, ternyata ada motivasi “besar” lain yang membuat Yahya begitu bersemangat menuntaskan hafalannya. Alhamdulillah, cara abah memang ampuh dan cocok untuk anak seperti Yahya.

“Apapun motivasinya selama itu kebaikan dan masih dalam syariat agama, jangan pernah berhenti bersahabat dengan Al-Qur’an, karena dialah sahabat yang paling setia. Karena ia bersedia menemani sampai liang lahat, bahkan hingga akhirat,” pesan Ustadzah saat penutupan acara kelulusan.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar