Pernak-pernik Ramadhan Raya #Part11

Manusia Kuat

Sekitar pukul sebelas pagi menuju siang, Maryam merasa sangat mengantuk. Namun, ia khawatir jika tidur siang sekarang, malah akan telat shalat Dzuhur. Akhirnya Maryam memutuskan untuk mewarnai, berharap warna-warna cerah bisa sedikit mengurangi rasa kantuknya.

“Kalau mewarnai di kamar, entar malah tergiur untuk tiduran di kasur,” Maryam membatin. Jadinya Maryam membawa buku mewarnainya ke ruang tengah. Ia meletakkan bukunya di atas meja. Lalu masuk kembali ke kamar untuk mengambil tempat pensilnya yang berisi berbagai jenis pewarna. Mulai dari krayon, pensil warna, sampai cat air. Saat Maryam masuk ke kamar, Yahya baru saja masuk rumah. Yahya membawa botol berisi air sabun yang sudah dipakainya bermain balon sabun di taman rumah. Saat melewati ruang tengah, ia melihat buku mewarnai milik kakaknya. Karena penasaran, Yahya melihat-lihat dan membuka lembar demi lembar buku mewarnai milik Maryam. Alangkah terkejutnya Yahya saat botol air sabun yang diletakkannya di meja tertumpah dan membasahi buku mewarnai Maryam.

Yahya langsung mengangkatnya dan berusaha mencari tisu untuk mengeringkan bagian yang terlanjur basah. Maryam yang baru saja keluar kamar, ikut terkejut melihat bukunya sudah dalam keadaan basah di tangan Yahya.

“Yahyaaa,” seru Maryam dengan nada yang agak tinggi. Yahya terkejut dan panik.

“Maaf ya kak, aku enggak sengaja,” Yahya segera meminta maaf pada Maryam.

Maryam menarik napas lewat hidung lalu mengeluarkannya lewat mulut. Ia berusaha tenang.

“Astagfirullah, Al-adzim, ini sho’im,” Maryam beristighfar. Yahya tertunduk, merasa bersalah.

Kumandang adzan Dzuhur memberikan ketentraman dalam ketegangan yang terjadi antara Maryam dan Yahya. Maryam masih disana mengelap buku yang basah, Yahya pun tak ingin beranjak karena Maryam masih diam seribu bahasa.

“Maryam, Yahya, shalat Dzuhur dulu nak,” Sahut Umma yang baru saja keluar dari kamarnya. Umma menangkap adanya suasana yang kurang nyaman antara Maryam dan Yahya. Namun, merasa belum perlu untuk menanyakannya.

Setelah mereka shalat Dzuhur Maryam masuk ke kamar dan berniat untuk tidur siang. Tapi, belum bisa juga, karena terganggu suara ibu-ibu tetangga yang sedang heboh ngerumpi di samping rumah.

“Yaa Allah, kuatkan Maryam,” Maryam mengeluh dalam hati.

Setelah sekitar tiga puluh menit berbaring di tempat tidur, Maryam akhirnya bisa memejamkan mata dan tertidur saking kantuknya. Sedangkan Yahya sudah tertidur pulas sejak tadi.

Tidak terasa waktu berbuka puasa sudah dekat. Abah mengajak anak-anak ngabuburit di ruang tengah. Setelah menghidangkan makanan untuk berbuka puasa, Umma juga ikut bergabung.

“Maryam dan Yahya tahu enggak, siapa orang yang terkuat?” Abah melempar pertanyaan.

“Hmmm… Khalid bin walid, Abah,” jawab Yahya. Abah menggelengeng.

“Seorang Ibu, karena bisa melahirkan,” jawab Maryam sambil melempar senyum pada Umma. Umma balik tersenyum.

“Masih kurang tepat,” Abah masih menggeleng.

“Trus, siapa dong, Abah?” tanya Maryam penasaran.

“Kakak Maryam yang sudah berhasil menahan diri saat marah,” jawab Umma.

“Kok gitu, Umma?” Maryam bertanya lagi.

“Oh, kayaknya Yahya pernah baca hadits itu di buku bacaan kakak deh. Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam bilang kalau orang terkuat itu bukan yang bisa menang adu gulat, tapi yang bisa menahan dirinya saat marah,” tutur Yahya penuh semangat.

“Masya Allah, keren ya kakak Maryam,” puji Abah. Semuanya tersenyum.

“Maaf ya dek, kalau tadi sempat sebel sama kamu,” tutur Maryam pada Yahya.

“Iya, maaf juga ya Kak, Yahya enggak sengaja,” jawab Yahya.

“Alhamdulillah, sudah damai yaa,” goda Umma.

“Allahu akbar, Allahu Akbar,” terdengar adzan Maghrib sudah berkumandang.

“Alhamdulillah,” semuanya mengucap tahmid bersamaan lalu beranjak menuju meja makan untuk berbuka puasa. Melepas lapar dan dahaga, juga bersyukur telah berhasil menahan amarah, meskipun mampu melampiaskannya.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar