Rupanya hari ini hari Minggu yang tidak biasa. Lila duduk sendiri sambil mengerjakan tugas sekolah. Bunda sedang mengikuti ujian secara daring selama dua jam. Bunda sudah berpesan agar Lila berkegiatan sendiri dulu. Baru lima belas menit lalu Bunda pamit ke ruangan. Ayah juga sedang menghadiri rapat warga di rumah tetangga.
“Huh, bosan!”, desahnya
Lalu Lila berdiri, menggerakkan badannya mengikuti gerakan senam di sekolah. Satu.. dua…. Yuk, tidak mengantuk lagi! Lila kembali mengerjakan tugas sekolah. Tidak lama ia mengantuk lagi. Lila berdiri lagi. Kini ia berjalan mengitari jendela ruang tengah. Ia melihat seekor kucing di taman.
Ia ingin sekali bermain dengan kucing itu. Tetapi bunda sudah mengunci rumah. Ayah dan bunda tidak mengizinkan Lila keluar rumah tanpa orang dewasa. Lila jadi terpikir untuk melukis kucing di taman. Ia pun bergegas mengambil perlengkapan melukis. Kucing yang di taman seperti paham Lila sedang melukisnya. Kucing itu tidak kabur, bahkan beberapa kali melirik Lila.
Tik.. tik… tiga puluh menit sudah berlalu. Lukisan Lila sudah jadi. Lila menunjukkannya kepada kucing. Ia pun merapikan perlengkapan melukisnya. Setelah rapi, Lila beranjak ke dapur untuk minum. Lila kembali mengerjakan tugasnya. Nomor-nomor soal yang belum bisa dikerjakannya diberi tanda. Ia perlu bantuan ayah atau bunda.
Tik.. Tik…. Tiga puluh menit kembali berlalu. Tugasnya sudah selesai.
Lila pun membereskan buku-buku di atas meja. Ia melihat pintu ruang kerja bunda masih tertutup. “Apa lagi ya, yang bisa dilakukannya sambil menunggu bunda?”
Tiba-tiba perutnya berbunyi, mengirimkan sinyal lapar.
“Lapar…. Ada apa ya, di dapur?”
Lila berjalan ke dapur. Ia melihat ada roti tawar di atas meja. Ada setoples selai juga. Ah, aku akan membuat roti selai.
Lila pun mengambil perlengkapan yang dibutuhkan. Ia mengambil dua helai roti tawar, kemudian mengoleskan mentega. Lalu Lila menaburkan seres dan memarut keju. Terakhir, Lila menyatukan dua roti tersebut sehingga berpasangan.
“Ah, aku juga akan membuatkan roti untuk bunda. Bunda pasti lapar.”
Dua pasang roti tawar sudah jadi. Sepertinya akan enak kalau roti ini dibakar, pikir Lila. Lila pun membawa piring berisi roti tawar berselai ke dekat kompor.
Lila mengambil sebuah wajan datar dan menghidupkan kompor. Setelah wajan menghangat, Lila meletakkan roti tawar. Ia membalik roti tawar, sehingga dua sisinya terpanggang. Setelah selesai, ia mematikan kompor dan kembali ke meja dapur.
Hmm… aroma roti bakar sangat menggoda. Lila ingin menunggu bunda selesai ujian, tetapi perutnya sudah sangat menginginkan roti bakar buatannya. Ia pun menggigit roti tawarnya.
“Masya Allah, enak sekali!” Lila memuji masakannya sendiri.
Tiba-tiba pintu ruang kerja bunda terbuka. Lila menengok dan tersenyum lebar.
“Bunda sudah selesai ujiannya? Aku buatkan roti bakar untuk Bunda.”
Bunda menghampiri Lila dengan antusias.
“Wah, Lila sudah bersabar menunggu Bunda. Lila juga buatkan roti bakar untuk Bunda? Terima kasih, Lila!” Bunda mengusap kepala Lila dan memberinya kecupan manis.
Lila dan bunda menikmati roti tawar bersama. Ternyata, menunggu selama dua jam bisa tidak membosankan. Kuncinya, kita perlu melakukan hal-hal yang bermanfaat.