Wajik Umak untuk Sedekah Ume

Wajik Umak Untuk Sedekah Ume

Hari ini, umak akan membuat wajik, kue tradisional dari Muara Enim yang terbuat dari beras ketan. Namun, umak tidak menemukan daun pisang di dapur. Umak membutuhkan daun pisang untuk membungkus kue wajik yang akan dibawa saat perayaan sedekah ume besok lusa.

Nah, Rusmala ada ide! Dia harus pergi ke rumah Bik Juai yang tidak jauh dari sawah. Ada kebun pisang di sana. Rusmala pun bergegas pergi menuju kebun pisang Bik Juai.

Lihat! Ada banyak pohon pisang di sana.

Hop! Hop! Hop!

Satu … dua … tiga .. !

Rusmala harus melompat untuk mengambil daun-daun pisangnya. Uh, pohon pisang itu terlalu tinggi! Rusmala jadi tidak bisa mengambil daun-daunnya untuk umak. Apa yang harus Rusmala lakukan?

Yeay! Saat Rusmala bingung, Bik Juai datang dan menghampirinya.

“Ada apa, Mala? Mengapa bersedih?” tanya Bik Juai ingin tahu.

“Apakah Bik Juai bisa membantuku?”

Rusmala bertanya kepada Bik Juai. Dia berharap Bik Juai mau membantunya.

“Apa yang bisa Bibik bantu, Mala?” tanya Bik Juai.

“Pohon-pohon pisang itu terlalu tinggi. Aku ingin memetik daunnya untuk umak. Umak harus memasak wajik untuk sedekah ume besok lusa.”

“Hmm.. baiklah. Tunggu di sini!” jawab Bik Juai. Bik Juai pun mengambil sebuah satang yang terletak di belakang pondok miliknya.

Prang! Srettt!

Tak lama akhirnya beberapa pelepah daun pisang pun berhasil dipetik Bik Juai.

“Horeee!”

Rusmala pun melompat kegirangan.

Setelah memisahkan daun pisang dengan pelepahnya, Bik Juai lalu memberikannya kepada Rusmala.

“Bawalah daun-daun pisang ini untuk umakmu, Mala!”

“Terima kasih, Bik Juai,” jawab Rusmala.

Setelah mendapatkan daun-daun pisang dari Bik Juai, Rusmala pun bergegas pulang ke rumah. Dia sudah tidak sabar ingin melihat umak memasak kue wajik. Rusmala sangat suka makan kue wajik.

Sesampainya di rumah, Rusmala melihat umak sedang mempersiapkan beberapa bahan untuk membuat wajik. Ada satu liter air santan kelapa, satu kilogram beras ketan putih yang sudah direndam di dalam mangkuk berisi air secukupnya, dua helai daun pandan yang sudah dicuci bersih, satu sendok makan garam halus, irisan gula merah secukupnya dan kelapa yang sudah diparut.

“Assalammualaikum, Mak. Ini daun pisangnya.”

“Wah, anak umak baik sekali. Terima kasih sudah membantu, ya!” kata umak setelah mendapatkan beberapa helai daun pisang dari Rusmala.

“Tapi, mengapa harus dibungkus dengan daun pisang, Mak?” tanya Rusmala ingin tahu.

“Ayo, cari tahu!”

Rusmala merasa penasaran dan ingin segera mencari tahu tentang daun pisang dari gawainya.

“Aha! menurut sumber ini, daun pisang berguna untuk kesehatan. Ada zat polifenol yang bisa menangkal berbagai penyakit. Ada pula zat anti bakteri di dalam daun pisang. Itu sebabnya banyak makanan yang dibungkus dengan daun pisang menjadi lebih awet dan tahan lama secara alami,” kata Rusmala sambil memperlihatkan layer gawainya kepada umak.

“Hmm, betul sekali! Tak hanya itu, bau harum dari daun pisang seperti kue wajik dapat membuat makanan yang dibungkus menjadi terasa lebih lezat,” kata umak.

“Wah, hebat! Ternyata daun pisang memiliki banyak manfaat,” kata Rusmala bersemangat.

***

Di siang hari, Rusmala dan umak bergegas memasak wajik. Setelah merebus air santan kelapa di dalam sebuah wajan besar, umak menambahkan dua helai daun pandan dan satu sendok garam, lalu memasukkan beras ketan yang sudah direndam air selama dua jam, kemudian mengaduknya dengan sebuah spatula berbahan kayu.

“Ketan harus terus diaduk sampai semua air santan menyusut. Setelah itu, ketan dikukus sampai lembut, lalu dimasak dalam kuali tanpa minyak dan diaduk lagi sampai air pada ketannya benar-benar menjadi kering. Jangan lupa menambahkan irisan gula merah dan kelapa parut.”

“Hmmm … harum sekali!”

“Aroma ketan wajik membuat perutku menjadi lapar, Mak!”

Umak tersenyum mendengar ucapan Rusmala.

“Tekstur ketan yang lengket melambangkan kerukunan antar warga. Dengan diadakannya tradisi sedekah ume, semua warga berharap agar kekeluargaan menjadi lebih terjaga.”

“Lalu, apa itu sedekah ume, Mak?”

“Sedekah ume adalah sebuah tradisi yang berasal dari desa Tanjung Jati sejak zaman nenek moyang dan dirayakan setiap tahun saat padi berumur dua bulan semenjak ditanam.”

“Apakah sedekah ume perlu dilakukan?”

“Tidak juga. Namun, tradisi sedekah ume ini sangat perlu dilestarikan. Selain untuk menjaga rasa kekeluargaan antar masyarakat, sedekah ume menjadi wujud rasa bersyukur dan usaha permohonan dari pemilik sawah bersama warga lainnya kepada Allah Swt agar nanti hasil panen menjadi baik.”

“Lalu, bagaimana dengan makanan yang dihidangkan saat sedekah ume?”

“Umumnya adalah makanan yang terbuat dari beras atau pun beras ketan, seperti wajik dan akan disantap bersama.”

“Wah, seru sekali! Mala jadi tidak sabar ingin ikut merayakan tradisi sedekah ume.”

GLOSARIUM:

  1. Umak : Ibu
  2. Bibik : bibi (adik perempuan ibu atau ayah)
  3. Satang : Bambu panjang yang dipakai untuk memetik sesuatu dari sebuah pohon.

“Cerpen Ini Diikutsertakan dalam Lomba Cipta Cerpen Anak Paberland 2024”

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar