3 Jam bersama Puca si Capung Ajaib – Bab 2

Bab 2 – Rencana Para Capung

Seekor ngengat jantan berkamuflase pada batang pohon besar di pinggir danau. Walaupun jarak ia berada tak terlalu dekat, tetapi indera pendengarannya sangat tajam. Membuatnya dapat mendengar dengan jelas obrolan antara Puca dan Cati. Ia pun berniat memberitahukannya pada seekor capung yang berjanji akan membayar jasanya ini.

“Sepertinya sudah aman. Nggak ada lagi capung yang berkeliaran,” gumam ngengat jantan dengan licik. Ngengat jantan itu pun mengepakkan kedua sayapnya dengan cepat.

Beberapa saat kemudian, ngengat jantan tiba di sebuah kayu yang sudah sedikit lapuk. Ia mengetuk pintunya dengan sangat pelan agar tak menimbulkan suara berisik di lingkungan para capung.

“Siapa?” tanya seekor capung dari dalam rumah.

Ngengat jantan itu merapatkan tubuhnya pada pintu. “Ini aku, Caku,” sahutnya.

Caku pun bergegas membukakan pintu. Ia tak ingin jika ada yang melihat kedatangan ngengat jantan itu ke rumahnya. Tentu saja, akan membuat rencananya gagal.

Kriek.

“Silakan masuk.” Caku mengedarkan pandangannya.

Ngengat jantan mengangguk. Secepatnya ia melangkah masuk, setelah turut memastikan jika keadaan aman untuk keduanya. Setelah itu, Caku menutup pintu rumahnya.

“Bagaimana?” tanya Caku tak ingin membuang-buang waktu.

Tanpa basa-basi, ngengat jantan itu pun memberitahukan informasi yang didengarnya. Caku manggut-manggut dan mengucapkan terima kasih setelah mendapatkan kabar yang sangat berharga untuknya. Selain itu, Caku juga memberitahukan letak bunga anggrek dengan nektar terbaik yang tak banyak diketahui oleh serangga lain.  Itulah imbalan yang diberikan pada ngengat jantan.

Setelah itu, ngengat jantan bergegas meninggalkan rumah Caku. Ia tak ingin membahayakan dirinya sendiri, jika berlama-lama di sana. Tak hanya itu, ia pun tak sabar ingin menyantap nektar terbaik sepuasnya.

“Kena kamu, Puca!” gumam Caku sambil tersenyum sinis.

===========

Keesokan harinya, cuaca pagi sangat cerah. Langit biru menampakkan kemegahannya. Burung-burung terdengar ceria melalui nyanyian dan suara merdunya. Para hewan dan makhluk hidup lainnya pun beraktivitas dengan riang.

Begitu juga dengan Puca. Ia terbang dengan gembira. Bersenandung kecil untuk meluapkan kebahagiaannya. Hingga tibalah ia di dekat rumah Cati. Ia melihat Cati sedang bersiap-siap meninggalkan rumah. Puca tersenyum usil. Ia terbang sedikit menjauh dari rumah Cati.

“Ciluk … ba!” Tiba-tiba Puca muncul dari atas rumah Cati.

“Aku cantik. Aku baik. Aku capung.” Cati mendongak. “Eh, ya ampun, Puca! Kamu mengejutkanku saja!” protes Cati.

Puca terbahak-bahak. “Maaf. Aku cuma ingin membuat kejutan untukmu,” seru Puca dengan tertawa.

“Itu, sih, bukan kejutan. Melainkan, membuat aku terkejut!” Cati cemberut tanpa memandang pada Puca.

“Iya, deh. Maafin aku, ya,” rengek Puca. “Janji, deh. Aku tidak akan mengulanginya lagi.”

Cati tertawa. Ia mengaku jika hanya berpura-pura marah. Ia hanya ingin membalas keisengan Puca. Akhirnya, mereka pun saling meledek.

“Oh, iya. Sudah siap bermain dengan ketiga anak manusia itu?” bisik Puca. “Aku sudah menemukan caranya,” sambungnya.

“Harus jadi, dong. Sudah tak sabar, nih.” Cati mengedarkan pandangannya.

Setelah itu, Puca pun memberikan kode agar Cati mengikutinya. Puca ingin mengajak Cati terbang menuju rumah ketiga anak manusia itu sambil menikmati segarnya udara pagi. Selama perjalanan, mereka bertegur sapa saat berpapasan dengan teman-teman mereka. Namun, sesekali keduanya pun harus bersembunyi, saat dari kejauhan terlihat hewan-hewan yang suka memangsa capung.

“Puca, apa rencanamu agar kita dapat bermain dengan mereka?” Cati membuka percakapan sambil tetap memperhatikan arah terbangnya.

Puca tampak berpikir. “Aku harus memastikan terlebih dahulu keberadaan mereka. Ada di rumah atau tidak. Biasanya, kalau pagi begini, hanya ada ibu dan adik mereka yang masih bayi.”

“Kamu hapal dengan aktivitas mereka?” Cati memandang Puca tak percaya.

Puca hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Cati. Ia memang sering sekali mencari makan di sekitar rumah ketiga anak manusia itu. Keduanya pun semakin mempercepat kepakan sayap-sayapnya.

_To be Continued_

Bagikan artikel ini:

2 pemikiran pada “3 Jam bersama Puca si Capung Ajaib – Bab 2”

    • Terima kasih, Kak ?

      Beberapa waktu ini sempat off dulu karena alhamdulilah lagi jadi bumil. Jadi, mual & pusing suka datang tiba-tiba. Akhirnya, berkurang fokusnya. In syaa-a Allah mudah-mudahan dalam waktu dekat ini bisa lanjut lagi ceritanya.

      Balas

Tinggalkan komentar