Menulis tak sekadar menorehkan tinta di atas kertas. Tak juga sekadar menekan huruf di keyboard hingga terbentuk kata-kata. Siapapun bisa menjadi penulis. Namun, jangan sampai memiliki kebiasaan keliru yang masih sering dilakukan oleh penulis.
Kebiasaan-kebiasaan Keliru yang Masih Sering dilakukan Penulis
Tanpa disadari, kita pasti pernah melakukan beberapa kebiasaan keliru di bawah ini. Jangan sampai terulang lagi ya, ikuti solusinya. Nah, apa saja sih kebiasaan keliru penulis itu?
- Tidak Mencatat Ide
Ide bisa muncul kapan saja dan tidak mengenal tempat. Ketika kamu sedang melamun, ide biasanya tiba-tiba. Ketika kamu sedang makan, ide juga kadang kala muncul. Sehingga jangan abaikan ide yang sempat terlintas di kepala. Jangan anggap “Nanti sajalah mencatatnya”. Kebiasaan seperti itu berisiko untuk lupa. Dalam perjalananmu hari itu akan dipenuhi dengan begitu banyak kegiatan, sehingga ide yang sempat muncul sudah tertumpuk dengan hal lain. Akibatnya, kemungkinan besar ide brilian yang sempat muncul di kepala, menjadi benar-benar hilang dan kamu sama sekali tidak bisa mengingatnya.
Solusi: Segera catat ide yang muncul. Catatlah di tempat yang membuatmu bisa membacanya kembali. Note hp, buku catatan kecil, atau buku tulis. Intinya, jangan sampai biarkan idemu itu hilang dengan percuma. Kemudian simpan baik-baik catatan tersebut. Sehingga ketika suatu hari kamu hendak menulis cerita, kamu bisa membaca kembali ide yang sempat terlintas dahulu.
- Tidak Menyiapkan Media Menulis
Penulis biasanya masih ada yang enggan menyiapkan media menulis. Terkadang merasa repot untuk sekadar membawa buku catatan khusus. Alhasil, ketika lagi semangat-semangatnya menemukan alur cerita yang menarik untuk ditulis, jadi lupa. Kamu pun nantinya akan malas untuk melanjutkan karena lupa dengan ide alur yang sempat terpikirkan.
Solusi: Malas membawa buku catatan, note di hp atau tablet kamu pun jadi. Bisa juga kamu menulisnya di laptop. Media menulis penting untuk disiapkan. Media ini akan menjadi wadah kamu dalam menuangkan karya.
- Menunda Menulis Cerita
Belum ada waktu. Lagi malas, nih. Lagi nyantai, nanti saja. Hm … sepertinya kurang menarik. Nanggung, aku baru fokus yang lain. Akhirnya, belum ada satu paragraf pun yang ditulis. Kondisi seperti ini sering terjadi. Apalagi bagi penulis yang sedang mengikuti lomba. Tak ada ide. Buntu dalam menulis cerita. Hingga akhirnya tinggal tersisa beberapa hari deadline sudah menanti. Sehingga kata-kata “The Power of Deadline” sepertinya sudah tak asing lagi di kalangan penulis.
Solusi: Menyelesaikan cerita jauh-jauh hari alangkah lebih baik. Cerita yang ditulis juga lebih nyaman untuk dibaca. Kamu juga memiliki waktu untuk membacanya kembali sebelum dikirim.
- Tulis Dulu, Edit Belakangan
Baru selesai menulis satu paragraf, kamu sudah sibuk mengeditnya berkali-kali. Kalau seperti itu, karyamu tidak akan kunjung selesai.
Solusi: Tulislah dulu karyamu hingga selesai dan lakukan editing di akhir. Pastikan kamu sudah tuntas alias menulis cerita hingga tamat baru membacanya kembali. Ketika dirasa ada yang perlu diedit, maka silakan lakukan perbaikan. Namun, sekali lagi jangan lakukan edit di awal ketika sedang proses menulis karena akan menghambat prosesmu.
- Terima Jadi
Biasanya penulis yang sudah lelah akan malas untuk membaca ulang karyanya. Sehingga ketika hendak diajukan ke penerbit atau dikirim untuk keperluan lomba, hanya menerima jadi.
Solusi: Jika kamu malas untuk membacanya kembali, maka minta saja kerabat atau teman untuk membaca karyamu. Kemudian minta mereka memberikan masukan.
Menulis perlu strategi dan manajemen waktu yang baik. Sehingga bisa menghasilkan cerita yang menarik. Penulis yang menulis dengan asal-asalan/terburu-buru, akan menghasilkan karya yang membosankan dan membingungkan pembaca. Sebaliknya, penulis yang sudah mempersiapkan sejak awal dan terencana, akan menghasilkan karya yang nyaman dibaca untuk pembacanya.