Biji Gandum Ajaib

Ada sebuah desa bernama Desa Kelengkeng, di mana seluruh hewan yang tinggal di sana berprofesi sebagai petani kelengkeng. Tapi, seekor burung alap-alap bosan menanam kelengkeng. Di mana-mana yang ia lihat setiap hari hanya buah kelengkeng. Ia ingin menggantinya dengan tanaman lain.

Suatu hari, burung alap-alap terbang di sekitar peternakan. Ada seorang petani yang membuang biji gandum. Ia pun mengambil biji gandum tersebut. Satu per satu biji gandum dimasukkan ke dalam plastik menggunakan paruhnya. Ia banyak mendapatkan biji gandum dan membawanya pulang.  Kemudian menanamnya di ladang. Saat sedang menanam, tikus dan tupai melihatnya.

“Memangnya bisa biji gandum tumbuh di tanah kelengkeng,” tanya Tikus yang sedang berada di pinggir ladang.

“Tentu saja tidak bisa,” jawab Tupai.

“Kalian lihat saja nanti,” ucap Burung Alap-alap tersenyum. Tak dihiraukan lagi teman-temannya. Ia tetap membuat lubang-lubang kecil di tanah yang tidak lagi rata. Perlahan–lahan ia memasukkan butir demi butir biji gandum dan menutupnya dengan tanah.

Setiap hari burung alap-alap mengunjungi ladangnya. Ia begitu gembira, saat tunas hijau muda mulai tumbuh di atas tanahnya. Semakin hari, tanaman tersebut tumbuh semakin tinggi, lebih hijau, dan lebih kuat.

Saat musim panas tiba, tanaman gandum berubah dari hijau menjadi keemasan. “Sudah siap!” seru Burung Alap-alap, sambil mengembangkan sayapnya dengan bahagia. Ia pun mulai memanen gandum.

Burung alap-alap memotong tangkai gandum dengan paruhnya kemudian menumpuknya. Ia melihat tumpukan gandum keemasan miliknya dengan sangat bahagia. Tikus dan tupai hanya bisa melihatnya.

“Buat apa gandum sebanyak itu kalau tidak bisa dimakan,” ucap Tikus.

“Kau lihat saja nanti. Aku akan menggiling gandum menjadi tepung,” jawab Burung Alap-alap dengan mata berbinar.

Burung alap-alap terbang bolak balik ke penggilingan, membawa gandum sebanyak yang dia bisa dalam paruhnya. Ia meletakkan biji gandum dan memutar penggilingan yang berat dengan sekuat tenaga. Hasilnya, ia mendapatkan satu karung tepung dan membawanya pulang.

Tupai dan tikus masih mengawasinya. “Buat apa tepung sebanyak itu kalau tidak bisa dimakan,” ujar Tupai.

“Tentu saja bisa, karena aku akan membuat roti,” jawab Burung Alap-alap sambil tersenyum dan mengepakkan sayapnya. Ia pun terbang membawa sekarung tepung menggunakan cakarnya yang tajam.

Tiba di rumah, Burung alap-alap mengolah tepungnya menjadi adonan yang lentur dan lembut. Ia memasukkan adonan ke dalam oven. Embusan aroma roti, yang baru saja dikeluarkan dari oven, tercium oleh tikus dan tupai. Burung alap-alap memakan rotinya dengan sangat nikmat. Tikus dan tupai hanya bisa melihatnya dari luar jendela dapurnya.

Burung alap-alap yang melihatnya, mempersilahkan mereka untuk masuk ke rumahnya. Mereka menikmati roti dan teh hangat yang sangat nikmat. Tikus dan tupai sadar bahwa dugaan mereka salah.

Siapa sangka, tanaman gandum Burung alap-alap selalu tumbuh subur. Ia pun membuka sebuah toko roti yang diberi nama Roti Alap-alap. Itulah satu-satunya toko roti gandum pertama yang ada di Desa Kelengkeng.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar