Mesin Waktu

Hikma memandang langit malam dengan sebal. Bulan dan bintang bersinar terang memanggil-manggil. Seakan-akan mengajaknya bermain. Namun, malam ini dia terjebak dengan setumpuk PR sains. Dia juga harus menghafal komponen elektronik.

“Harusnya aku bisa membujuk ayah ke monas! Besok, kan, hari libur,” gerutu Hikma mengacak rambutnya. Hafalan sains di kepalanya semakin teracak rumit.

GLUDAK! Terdengar benda jatuh di balik lemari baju Hikma. Diikuti suara batuk-batuk aneh. Sedetik kemudian, pintu lemari itu membuka sendiri.

Hikma menoleh terkejut. Diam tak bergerak. Matanya melotot ketakutan tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Ada anak laki-laki membuka lemari bajunya dan terbatuk.

“Oh, hai! Maaf, aku alergi dengan efek asap mesin waktuku. Harus kuperbaiki lagi ini.” Anak itu melepas helm biru mengilat. Kemudian, menarik napas dalam-dalam.

Hikma masih tak bergerak. Ketakutan memandang anak yang baru muncul entah dari mana.

“Jangan takut! Aku Ikoriko dari abad 31. Tahun 3015.” Anak itu memperkenalkan diri. Ia mengenakan baju dan celana panjang warna biru mengilat. “Kau tahu, ini juga apartemenku di tahun 3015. Aku sedang mencoba mesin waktu buatanku. Tugas sains tingkat 5. Kau tahu ini tahun berapa?”

“Eh…ehm…tahun 2014.” Hikma menjawab terbata.

“Haduh, meleset!  Padahal aku tadi memutar 1000 tahun ke belakang. Harusnya sekarang tahun 2015.” Ikoriko menggigit ujung antena di helmnya. Sepertinya dia panik.

Hikma hendak bertanya namun anak itu menghilang lagi dalam lemari. Ada bunyi ledakan kecil. Sedetik kemudian Ikoriko keluar dengan asap tipis.

“Haduh, ada yang rusak dengan mesin waktuku!”  Ikoroko membuka helm berasap dan terbatuk. Wajahnya setengah sedih, bingung dan jengkel.

“Hmmm… Sepertinya aku tahu kerusakannya.” Hikma menunjuk ujung antena helm Ikoriko. Kabel yang menghubungkan antena dan tombol lingkaran di sisi kanan helm terputus. Nampaknya karena sering digigit.

“ASTAWOWGA!” Ikoriko menepuk jidat. “Pasti ini karena kugigiti saat panik. Sebelum sampai di sini, aku sempat tersesat di tahun 2500. Sempat kena omel 10 pekerja. Sarena aku muncul mendadak di gedung yang masih dibangun. Aku juga sempat muncul di kandang macan. Heran deh, berani banget orang yang memelihara macan di rumah.”

Hikma terkikik melihat ekspresi Ikoriko yang lucu. Rasa takutnya hilang sudah. Namun, dia kasihan juga melihat Ikoriko apabila tidak bisa kembali ke zamannya. Ia pun membantunya. Hikma segera meminjam peralatan listrik milik ayah.

“Ini apa?” Ikoriko membolak-balik peralatan yang disodorkan Hikma.

“Ini tespen, solder, obeng, tang, gunting, isolasi.” Hikma menunjuk satu-satu peralatan pada Ikoroko yang kebingungan.

“Di zamanku benda rusak dimasukkan mesin servis. Tinggal pencet tombol. Jika rusak ringan, dalam satu menit langsung beres. Jika parah harus menunggu satu jam atau satu hari.” Jelas Ikoriko

Dalam bayangan Hikma mesin servis bekerja seperti microwave.

Hikma memegang helm Ikoriko. Ia memotong kabel yang rusak, mengelupas kulit kabel dan menyatukan kabel yang terputus. Selanjutnya kabel takberkulit dibebat dengan isolasi agar tidak menyetrum. Ia melakukannya dengan pelan. Sambil mengingat langkah ayah memperbaiki kabel saklar yang rusak

Setelah selesai, Ikoriko mencoba helm tersebut. Ia memencet tombol bundar di telinga kanannya.

Hikma melihat Ikoriko serius memeriksa layar helm. Sepertinya layar helm tersebut berfungsi memunculkan tulisan-tulisan seperti komputer. Namun, dari luar kelihatan seperti kaca helm biasa.

“WOWBAT! Hikma jenius! Helmku sembuh,” Ikoriko meninju lengan Hikma.

Hikma bangga rupanya pelajaran elektronika ada manfaatnya. Dia dipuji anak canggih dari abad 31 pula. Dia meringis malu.

DAR…DER…DOR…

DAR…DER…DOR…

Ikoriko kaget. Dia lari sembunyi di bawah meja belajar Hikma.

Hikma terkikik melihat langit malam, “Jangan takut. Itu bunyi kembang api tahun baru. Lihat itu di langit.”

Hikma menarik Ikoriko keluar dari tempat sembunyi.

“ASTAWOWGA! Perayaan tahun baru?”

“Iya. Pergantian tahun 2014 ke 2015.”

“Wowre…Wowre..Wowre..” Ikoriko tampak senang. “Proyekku berhasil, dong. Perjalananku kembali ke tahun 2015 sukses. Semoga proyek sainsku dapat nilai A kembar tiga.”

Ikoriko mengeluarkan kaca setipis kertas. Mengarahkannya ke jendela dan memutari kamar Hikma.

“Hikma, tolong perkenalkan dirimu dan apa saja yang ada di zamanmu ini! Aku sedang merekam semuanya untuk bukti tugas sainsku!”

Hikma bercerita dengan senang hati dalam sepuluh menit. Selanjutnya Ikoriko harus kembali ke zamannya. Karena helm dan mesin waktu buatan Ikoriko hanya bisa bertahan 2 jam sebelum baterainya habis.

Malam itu Hikma lebih dari takjub. Sains dan elektronika menjadi pelajaran menyenangkan bagi Hikma sejak saat itu. Satu hal yang ia sesalkan. Ia lupa bertanya cara membuat mesin waktu pada Ikoriko. (*)

*) Pernah dimuat di majalah Bobo tahun 2015

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar