Kisah Pitu Sang Sepatu Kaca

“Mmmh…” erang Pitu. Ia merasa tubuhnya bergoyang-goyang.

“Ayolah, ini masih pagi! Aku masih ngantuk” ujar Pitu ketus sambil mulai membuka matanya. “Oh, dimana ini? Oh iya, aku sedang berada di istana setelah terpisah dari Pita dan Cinderela tadi malam.” ucap Pitu.

Ia sadar bahwa ia sedang dibawa oleh salah satu asisten pangeran dengan ditempatkan dalam kotak kaca dengan bantal mewah yang empuk sebagai alasnya. Ia dibawa dengan sangat hati-hati. “Hmmm, aku akan dibawa kemana? Apakah mereka sudah tahu pemilikku? Apakah mereka sudah tahu dimana Cinderela?” ujar Pitu penasaran.

Ia lalu teringat kejadian tadi malam saat ia terpisah dengan Pita saudaranya. Saat itu Pita mengingatkannya untuk berpegangan erat pada kaki Cinderela, namun Pitu tidak mendengarkannya karena terlalu panik dan fokus pada pangeran yang mengejar mereka sehingga ia terlepas dari kaki Cinderela. “Seharusnya aku mendengarkan peringatan Pita.” sesal Pitu.

“Kita sudah sampai di alun-alun kota, segera minta mereka bersiap untuk mencoba sepatu ini!” perintah asisten pangeran pada para pengawal yang berada di luar kereta kuda. Ternyata pangeran memerintahkan para asisten dan pengawal kerajaan untuk mencari Cinderela dengan menggunakan Pitu. Gadis yang kakinya pas dengan sepatu kaca maka ia akan diangkat menjadi seorang putri pasangan sang pangeran.

Pencarian pertama diadakan di alun-alun kota. Semua gadis harus mencoba sepatu itu. Tidak hanya para bangsawan yang hadir di pesta namun juga rakyat jelata.

“Uuugh…kakiku tak bisa masuk! Ter…la..lu kecil!” ujar gadis pertama sambil terus memaksakan kakinya untuk masuk ke dalam sepatu.

“Ya ampun, badanku sakit sekali. Kenapa terus memaksakan diri sih! Sudah jelas kakinya terlalu besar, ya tidak akan muat padaku!” ujar Pitu kesal.

Gadis kedua, ketiga, dan seterusnya pun terus mencoba namun tidak ada yang kakinya pas dengan sepatu kaca. Hari sudah semakin larut akhirnya pencarian dihentikan. Pitu dibawa kembali ke kerajaan.

“Hari ini aku sangat lelah sekali, badanku sakit semua. Mereka benar-benar berjuang keras agar dapat memasangkan aku di kakinya. Yaaa…siapa juga yang tidak mau diangkat menjadi seorang putri pasangan pangeran? Mereka tidak tahu kalau aku dan Pita memang hanya diciptakan Ibu Peri untuk Cinderela.” ungkap Pitu.”Hoaaam, sekarang aku ingin beristirahat dulu. Mungkin besok aku bisa segera bertemu Pita dan Cinderela…” ucap Pitu yang kemudian tertidur pulas.

Dua hari sudah berlalu namun belum ada gadis yang kakinya sesuai dengannya. “Huhu…aku benar-benar rindu padamu Pita!” tangis Pitu. “Hari ini bahkan lebih mengerikan daripada kemarin. Selain memaksakan kakinya padaku kaki mereka juga banyak yang kotor, bau dan kasar! Huhuhu…” protesnya. “Alangkah baiknya jika mereka mau menjaga kebersihan kakinya. Tidak tahukah mereka kalau kami para sepatu juga ingin dipakai oleh kaki yang bersih, halus dan wangi?” ucapnya lagi sambil terus menangis. Wah, wah kasihan sekali Pitu.

Pada hari ketiga, Pitu merasa heran. Kali ini ia diajak naik kereta kuda lebih lama dari biasanya. Ternyata di pencarian ketiga pangeran memerintahkan para asisten dan pengawal kerajaan untuk mendatangi rumah-rumah yang letaknya jauh dari kerajaan. Namun hal ini pun tidak membuahkan hasil. Sampai mereka tiba di rumah yang terakhir.

“Ini adalah rumah terakhir, mungkinkah Cinderela dan Pita ada di sini?” pikir Pitu. Ingatan Pitu samar karena saat ia dan Pita diciptakan mereka tidak berada di dalam rumah melainkan di sebuah tempat seperti taman atau pekarangan rumah.

Proses mencoba sepatu di rumah ini cukup merepotkan. Dua gadis di sini bahkan berebutan dan bertengkar, namun dua-duanya tidak ada yang kakinya pas dengan Pitu. Sang asisten menanyakan apakah ada gadis lain di rumah itu, mereka menjawab tidak ada. Tepat saat sang asisten akan beranjak pergi Pitu mendengar suara Pita memanggil-manggilnya.

“Itu suara Pita!” teriak Pitu. “Tapi dimana dia? Aku tidak dapat melihatnya.” ucap Pitu.

“Aku ada di sini Pitu! Kami dikurung di kamar atas!” teriak Pita.

“Wah, bagaimana aku memberitahu tuan asisten?” pikir Pitu. Ia pun berpikir keras. Ia pun mendapatkan ide. “Pita, ayo bersinar seterang-terangnya agar tuan asisten dan para pengawal dapat melihat keberadaan sinarmu!”

Pita pun kemudian mengeluarkan sinarnya yang sangat terang sehingga terlihat oleh semua orang. Akhinya sang asisten mengetahui keberadaan Cinderela dan membawanya ke istana. Sedangkan keluarga yang mengurung Cinderela dihukum berat oleh kerajaan.

Pita dan Pitu akhirnya dapat berkumpul kembali. “Oh, Pita akhirnya kita bertemu lagi. Aku sangat rindu!” seru Pitu dengan haru. “Maafkan aku karena tidak mendengarkan peringatanmu, sehingga peganganku terlepas dan terpisah darimu.” sesal Pitu. Pita pun memaafkannya dan mereka pun tidak pernah terpisahkan lagi.

(Cerpen ini dimuat di antologi kumpulan dongeng “Sepatu Hadiah Ulang Tahun Icha”, penerbit SIPPublishing)

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar