Kue Istimewa Miumiu

Miumiu, paprika merah tinggal di sebuah Negeri Paprika. Letaknya jauh di dalam hutan di tengah bumi. Sebuah negeri unik, yang seluruh penghuninya berbentuk paprika termasuk rumahnya. Suatu pagi yang cerah, Miumiu berangkat terburu-buru ke sekolah.

“Hai, Miumiu. Aku berangkat duluan, ya,” teriak Kiki si paprika kuning. Ia mengendarai sepeda ke sekolah.

“Iya, Ki,” sahut Miumiu. “Pasti aku bisa lebih cepat kalau punya sepeda” pikirnya. Miumiu selalu menyisihkan uang jajannya untuk menabung. Ia akan menabung lebih banyak lagi, agar bisa segera membeli sepeda.

Miumiu mempercepat langkahnya. Dia membawa sebuah keranjang yang berisi kue onde-onde paprika. Kue tersebut adalah buatan ibunya yang akan dijual ke pasar. Perjalanan Miumiu ke pasar tidaklah mudah. Dia harus melewati banyak belokan. Jalanan juga becek sisa hujan semalam. Miumiu memegang erat keranjangnya agar tidak terjatuh.

Akhirnya Miumiu sampai juga di pasar. Bu Ning paprika kuning pemilik warung, sudah menunggunya.

“Ini kuenya, Bu,”

“Kamu, kesiangan. Tadi banyak yang mau beli onde-onde,” ungkap Bu Ning.

“Maaf, Bu.”

“Ayo cepat berangkat ke sekolah. Nanti terlambat,” kata Bu Ning mengingatkan.

Miumiu segera berlari ke sekolah. Ia sampai tepat saat pintu sekolah akan ditutup. “Huh…huh… untung saja aku berhasil masuk.” Miumiu berjalan menuju kelasnya.

Pulang sekolah, Miumiu mampir lagi ke warung Bu Ning. Ternyata masih banyak onde-onde yang belum terjual. Duh, bagaimana ini? Onde-onde harus terjual habis hari ini. Kalau tidak, ia tidak akan mendapatkan uang jajan. Tidak ada uang jajan berarti tidak bisa menabung.

Miumiu memutuskan mencari tempat yang ramai yaitu lapangan. Pasti di sana banyak pembeli. Tiba di lapangan, benar ada banyak yang bermain di sana. Bahkan Jo paprika hijau, temannya di sekolah ada di sini.

“Onde-onde… Ayo makan dulu onde-onde agar badan kuat,” kata Miumiu sambil menawarkan kuenya. Onde-onde Miumiu diserbu pembeli dan langsung habis terjual. Ia sampai harus menolak pembeli karena habis.

“Kau seharusnya membawa banyak kue ke sini,” kata salah satu pembeli yang tidak kebagian onde-onde.

Ya, benar! Aku harus menambahkan kue lagi. Apa ya? Pikir Miumiu.

Tiba-tiba ia melihat sebuah paprika kuning kecil yang sedang makan donat. Melihat hal itu, Miumiu mendapat gagasan baru.

“Aha … donat paprika!” Ia pun pulang dan meminta bantuan ibu membuat donat.

Ibu memberitahu cara membuat donat. Mulai dari menyiapkan bahan sampai cara membuatnya. Kemudian, Miumiu mencobanya.

Ia membuat donat dengan isian paprika. Buah tersebut dipotong kecil-kecil dan ditambahkan ke adonan. Tak lama kemudian, donat pun sudah jadi.

“Ibu, coba cicipi donatku,” pinta Miumiu.

“Hm … masih keras. Donat yang hijau juga pedas.”

“Oh, berarti aku harus mengurangi tepung. Sebaiknya aku tidak menggunakan paprika hijau saja,” ungkap Miumiu.

Ia mencoba membuat donat lagi. Tapi, tepungnya habis. Miumiu akhirnya mengambil uang tabungannya untuk membeli tepung. Sampai di warung, ia melihat banyak pembeli. Mereka membeli kue dengan kemasan kotak. Wah, kemasannya menarik. Ada gambar dan nama kuenya. Apakah itu yang membuat mereka membeli?

Aha … Miumiu punya ide baru untuk kemasan kuenya. Setelah membeli tepung, dia segera pulang ke rumah. Miumiu segera menyelesaikan pembuatan donat. Ia mencari kotak yang cocok untuk kue donat. Beruntung di rumah ada kotak kecil, tapi hanya ada satu. Ia membutuhkan banyak kotak.

Miumiu harus membelinya. Ia mengambil uang tabungannya lagi. Saat di toko, ternyata harga kotak mahal. Ia menggantinya dengan plastik kecil. Tak apa, Miumiu bisa membuatnya lebih menarik.

Pulang ke rumah, Miumiu membuat gambar desain untuk kemasan. Gambar tersebut akan ditempelkan di plastik. Ia ingin ada gambar dirinya dan Ibu. Oh, tetapi tidak cukup. Kalau gambarnya terlalu besar, kue jadi tidak kelihatan. Miumiu hanya menggambar siluet ibunya sebagai logo. Di bawahnya diberi nama Kue Ibu Miumiu dan nomor ponsel. Ia perlu memperbanyak logo di tempat fotokopi.

Selain itu, ia harus membuat tulisan dulu di depan rumahnya seperti toko lainnya. Namun, ia tidak memiliki kertas tebal dan spidol warna. Ia juga perlu membuat tulisan promosi. Miumiu kembali harus mengambil uang tabungan. Uangnya sudah tinggal sedikit. Tidak apa-apa, semoga cara ini berhasil membuat pembeli semakin banyak.

Semua bahan yang dibutuhkan sudah tersedia. Saatnya Miumiu menempelkan logo pada plastik kue. Ia juga membuat tulisan dan menempelkannya di depan rumah. Semua orang harus tahu kue buatan ibunya dan Miumiu.

Terakhir, ia akan melakukan promosi agar banyak pembeli. Miumiu menyebarkan kertas promosi di pasar, lapangan, dan ke rumah-rumah. “Silakan pesan onde-onde dan donat di nomor ini, ya.”

Saat kembali ke rumah sudah ada pembeli yang datang. “Onde-ondenya ada?” Sebuah paprika hijau bertanya.

“Tentu saja ada.” Miumiu menyambut pembeli pertama dengan riang gembira. Kemudian diikuti dengan pembeli paprika merah, kuning, dan lainnya. Semakin lama pembeli kue semakin banyak.

Tidak terasa Miumiu menabung lebih banyak dari hasil berjualan. Sampai akhirnya, uang tabungannya sudah cukup untuk membeli sepeda.

“Hore aku punya sepeda.” Sekarang Miumiu bisa lebih cepat datang ke sekolah. Kue juga bisa diantar ke warung lebih pagi.

(Dimuat di buku Alkisah Kumpulan Cerita untuk Anak-Anak, 2023)

Bagikan artikel ini:

5 pemikiran pada “Kue Istimewa Miumiu”

Tinggalkan komentar