Oleh: Yunia Susanti
Hidung Moru mencium aroma yang lezat. Moru menuju dapur sambil berlari. Wah, ibu sedang menggoreng ikan bandeng. Moru suka ikan bandeng.
“Moru mau ikan bandeng? Sabar ya, belum matang,” kata ibu sambil menggoreng.
Moru menatap ibu tanpa berkedip, lalu berjalan mendekati meja makan. Moru tidak boleh naik, tapi dia penasaran.
Hap! Moru sudah berada di atas meja makan. Ada kue dan segelas air putih. Moru merasa haus dan meminumnya. Telinga Moru bergerak-gerak. Seperti ada seseorang di dekatnya.
“Moru!” teriak Tasya. “Tidak boleh minum di gelas ibu. Ayo turun!”
Moru bukannya turun, namun malah mendekati kue ulang tahun yang ada di dekat gelas air putih. Ibu bergegas menyingkirkan gelas. Kemudian menggendong Moru untuk diturunkan.
Moru berlari menuju ruang tengah. Lalu merebahkan badan di lantai. Dia melihat ayah sedang meniup balon.
Ibu menata makanan di atas piring. Moru menegakkan badan dan berjalan menuju ibu. Dia berdiri di samping kaki ibu.
“Ibu beri ikan bandeng kalau Moru tidak nakal,” janji ibu sambil membelai kepala Moru.
Sore pun tiba. Moru sudah lapar. Ibu membawa makanan ke ruang tamu. Dia mengikuti langkah kaki ibu.
Ada teman-teman Tasya di sana. Juga kue di atas meja. Ternyata itu kue ulang tahun. Hari ini adalah ulang tahun Tasya. Gadis itu memakai gaun berwarna ungu. Wajahnya terlihat bahagia.
Tasya memotong kuenya. Tak hanya Tasya yang mendapat makanan lezat. Ibu juga memberi Moru ikan bandeng spesial yang hanya ada di hari ulang tahun Tasya. Dia makan dengan lahap.
Moru berharap Tasya ulang tahun setiap hari.
Eh..Moru..kamu lucu..