Lintas Gelap (Novel Petualangan Regu Elang): Pengiring Perjalananku Melintasi Cuaca Buruk Penerbangan

Judul Buku                                          : Petualangan Regu Elang : Lintas Gelap

Jenjang usia                                       : 10+

Penulis                                                 : Caritra Sari

Ilustrator sampul & isi                    : Abdun N. Rahman

Penerbit                                              : Cerivitas

Tahun terbit/cetakan ke                  : 2022/4

Jumlah halaman                               : 288

Saat pesawat yang kutumpangi mulai mengudara, kuambil sebuah buku yang telah kusiapkan di saku kursi pesawat. Buku  bersampul depan dominan warna putih dengan gambar anak pramuka yang sedang tersenyum dengan latar bukit dan pepohonan.  Begitu membalik sampul belakang, kontras dengan sampul depan, warnanya dominan hitam, seolah hendak membayangi isinya. Begini kalimat awal blurb-nya:

Enam anak pramuka, dua kakak pembina, perjalanan pulang menembus gelap. Sebuah cerita tentang persahabatan, keluarga, dan perjuangan mencapai tujuan.

Aku menengok ke luar jendela, Mendung dan gelap. Beberapa  goncangan membuat pramugari memberikan pengumuman. Hatiku sedikit ciut. Jangan-jangan aku membaca buku yang salah di saat cuaca penerbangan sedang kurang bersahabat?

Rasa penasaran membuatku tak bisa berhenti. Kira-kira begini awal mula permasalahannya.  Regu Elang mengikuti acara pendakian ke Gunung Semeru. Regu yang dipimpin  Satya dengan anggota Bimo, Saka, Wira, Ardi, dan Dwi itu memutuskan untuk pulang terpisah dari rombongan besar. Mereka menumpang mobil Bakti, salah satu kakak pembinanya. Kakak Pembina yang satu lagi bernama Darma adalah kakak Satya.

Siapa sangka, satu kejadian membuyarkan harapan untuk segera bisa pulang. Perjalanan  itu menjadi penuh liku dan perjuangan. Akankah mereka berhasil tiba di rumah? Harus ada yang tertinggal di belakang? Ataukah ada yang bahkan gagal untuk pulang?

Satu setengah jam di angkasa dengan guncangan-guncangan tak menghalangiku untuk menamatkannya. Ukuran tulisannya besar-besar sehingga memanjakan mata. Ilustrasi tokoh-tokohnya juga cakep.

Sistematika novel yang terbagi menjadi prolog, bagian 1 sampai dengan 4 yang selalu diawali dengan quotes cantik, lalu epilog. Lalu tiap bagian dibagi lagi menjadi  8 bab.  Masing-masing tokoh mendapat bagian satu bab untuk menceritakan kejadian apa yang mereka alami, konflik pribadi apa yang menyertai, bagaimana ia melihat konflik utama yang sedang dihadapi bersama-sama, berikut jalan pikiran dan cara bertindaknya. Sistematika yang rapi, tetapi penuh kepingan puzzle, yah! Pembaca siap untuk menerka!

Bagi banyak pengarang, tidaklah mudah untuk menyelaraskan konflik pribadi banyak tokoh dalam satu cerita dengan konflik utama, tetapi sampai di halaman akhir pengarang sangat lihai meramunya.  Alurnya campur maju mundur untuk menjelaskan alasan mengapa tokoh yang sedang kebagian bercerita itu berpikir atau berbuat seperti itu sehingga menghindari plot hole. Semua ada alasannya dan pastinya harus logis, bukan?

Seringkali pengarang menjadi bias dengan karakter tiap tokohnya apabila tokohnya banyak seperti pada novel ini. Sama-sama anggota pramuka, sama-sama laki-laki, dan usianya juga sebaya.  Tadinya aku mengira begitu.  Giliran babnya Wira atau Saka, eh, jangan-jangan tetap berasa Satya aja yang main. Eh, ternyata  aku salah! Karakter masing-masing tokohnya konsisten  sampai dengan akhir bab dan berkembang baik.

Satu lagi, cara penyelesaian konflik masing-masing tokohnya juga beragam.  Upaya mereka untuk menyelaraskan  perbedaan-perbedaan itulah yang membuat novel ini hidup demi terselesaikannya konflik utama mereka.

Karena aku pada dasarnya aku suka banget baca buku petualangan semacam Lima Sekawan, novel ini benar-benar memberi angin segar buat anak-anak Indonesia. Apalagi  kegiatan Pramuka menjadi agenda rutin di banyak sekolah.  Sayang banget untuk dilewatkan. Beberapa konfliknya tampaknya lumayan berat untuk anak seusia itu meski kuyakin ada banyak anak di bagian bumi Indonesia raya ini  pada kenyataannya mengalami konflik jauh-jauh lebih berat daripada tokoh-tokoh yang ada di cerita ini. Semoga tak ber-ISBN-nya buku ini tak menjadi penghalang bagi buku ini untuk bisa dibaca banyak anak dan remaja Indonesia hehehe.

Jangan pernah menyerah, terus berjuang dan berdoa untuk mencapai tujuan, dan … muara terbaik anak-anak untuk mengadu adalah kepada keluarga. Pesannya berasa banget.

Aku pun kembali memandang keluar jendela pesawat. Pesawat terus berputar-putar di angkasa tanpa ada informasi akan segera mendarat.  Guncangan yang cukup keras membuatku tersentak. Seketika aku teringat dengan anak-anakku di rumah. Dalam ketidakpastian itu, ada pengumuman bahwa pesawat akan menunggu di atas selama 20 karena cuaca buruk. Kembalilah kami dibawa berputar-putar di angkasa sambil terus berdoa di dalam hati.  Akhirnya pendaratan dialihkan ke Juanda. Syukurlah 30 menit kemudian  ada pengumuman lagi pesawat akan terbang lagi karena cuaca buruk telah mereda dan  pesawat mendarat dengan selamat di Malang. Aku pun mengembus lega.

“Nak, sebentar lagi Bunda pulang.”

(Pernah diunggah di https://cafebacabuku.blogspot.com/2023/02/lintas-gelap-novel-petualangan-regu-.html?m=1  dengan beberapa perubahan)

Bagikan artikel ini:

2 pemikiran pada “Lintas Gelap (Novel Petualangan Regu Elang): Pengiring Perjalananku Melintasi Cuaca Buruk Penerbangan”

  1. OMG.. asli kaget masuk resensi di sini ? thank you so much Kak Diaaaan, semoga bermanfaat dan menghibur ♥️♥️ buat yg mau baca bukunya ada di Google Playbooks yaa. Kalau mau versi cetaknya bisa japri ke IG caritrasari ?

    Balas

Tinggalkan komentar