Judul : Princess Shahabiyah
Penulis : Lisdy Rahayu
Ilustrator : Nur Cilia
Penerbit : Qibla
Cetakan : Pertama, Mei 2018
Tebal : 260 halaman
ISBN : 978-602-455-527-6
Mendidik anak dengan nilai-nilai moral dan etika (akhlak baik) sejak dini merupakan tugas orang tua sebagai madrasah pertama. Oleh sebab itu orang tua harus pandai dalam mengenalkan pendidikan akhlakulkharimah dalam keseharian anak dengan cara yang menyenangkan. Salah satunya adalah dengan metode bercerita atau menyimak buku bersama.
Buku “Princess Shahabiyah” karya Lisdy Rahayu, bisa menjadi salah satu pilihan. Buku ini terdiri dari 10 kisah yang menceritakan tentang putri-putri yang memiliki akhlak baik sebagaimana akhlak yang dimiliki shahabiyah di zaman Rasulullah. Seperti Khadijah, Fatimah, Aisyah, Sumayyah dan banyak lagi. Dilengkapi dengan ilustrasi cantik dan menarik, pastinya akan membuat anak semangat untuk melihat dan membaca kisah-kisah teladan di sana.
Misalnya, kisah berjudul “Princess Khadiza”. Menceritakan tentang Princess Khadiza yang memiliki hobi membuat kerjinan tangan, mulai dari bros, pernak-pernik kerudung bahkan sering kali mendesain dan menjahit bajunya sendiri. Selama ini dia memang telah diajari ibunya. Meskipun dia lahir dan tinggal di lingkungan kerajaan, hal itu tidak membuat Princess Khadiza menjadi manja. Ibunya telah mendidik Princess Khadijah untuk menjadi putri yang mandiri dan rajin. Ia bahkan tidak segan berbagi pada sesama.
Melalui kisah ini kita diajarkan untuk menjadi anak yang dermawan. Sebagaimana yang dicontohkan Princess Khadiza dan Bunda Khadijah binti Khuwailid ra, yang juga istri Nabi Muhammad. Meski memiliki kekayaan yang banyak, hal itu tidak membuat Bunda Khadijah menjadi sombong. Beliau tetap hidup sederhana dan dermawan (hal 25).
Atau kisah “Princess Asma”. Kisah ini menceritakan tentang kepribadian Princess Asma yang pemberani dalam membela kebenaran. Dia tidak takut dengan prasangka orang lain dan omongan orang lain. Hal itu dapat kita lihat dari sikap Princess yang langsung sigap menolong kakek tua yang tinggal sendirian di hutan dan nampak kesakitan. Princess tidak takut ketika harus ke hutan yang terkenal angker untuk menolong seseorang yang membutuhkan.
Sikap Princess ini sebagaimana yang dicontohkan Bunda Asma binti Abu Bakar. Dia mendapat julukan perempuan yang memiliki selendang. Gelar itu dia dapat ketika menolong Nabi Muhammad SAW, dan ayahnya yang akan hijrah ke Madinah. Dengan selendang yang dibelah dua, dia mengirimkan makanan ke Gua Tsur (hal 103).
Ada pula kisah berjudul “Princess Hafsa” Kisah ini menganjurkan kita untuk menjadi anak yang gemar membaca. Dengan membaca kita akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita. Selain suka membaca, kita juga bisa belajar menulis. Karena menulis bermanfaat untuk mengikat ilmu dan bisa bermanfaat bagi orang lain.
Pada zaman dahulu kebiasaan ini telah dicontohkan oleh Hafsah binti Umar bin Khattab. Dia dikenal sebagai sosok yang gemar membaca dan pandai menulis. Padahal di masa tersebut masih sangat jarang perempuan yang memiliki keterampilan yang baik dalam membaca dan menulis. Oleh sebab itu Bunda Hafsah terpilih menyimpan ayat-ayar Al-Quran dalam bentuk tulisan pada kulit, pelepah kurma, dan tulang hingga kemudian menjadi sebuah kitab. Bahkan Mushaf asli Al-Quran tersebut berada di rumah Bunda Hafsah sampai dia meninggal (hal 129).
Selain yang sudah dipaparkan di atas masih ada tujuh kisah shahabiyah yang patut kita teladani dalam sikap, akhlak dan pribadinya. Sepetri Bunda Rufaidah binti Sa’ad yang menjadi ahli perawat pertama, atau Bunda Al Khansa binti Umar yang memiliki kesabaran tinggi ketika mendapat cobaan dari Allah dan banyak lagi. Kebagusan akhlak mereka akan mengajarkan kita menjadi anak yang berbudi luhur.
Sebuah buku yang patut dibaca bagi anak atau untuk semua kalangan usia. Karena di sini selain belajar pendidikan akhlakul karimah, kita juga bisa mengenal lebih dekat dengan shahabiyah di zaman Rasulullah.