Pernak-pernik Ramadhan Raya #Part19

Hari RaYa

Sejak pukul 04.00 lebih beberapa menit, Yahya sudah bangun dan bergegas membangunkan anggota keluarga yang lain. Ia sangat antusias akan merayakan Hari Raya di kampung halaman. Ini memang pengalaman pertama bagi Maryam dan Yahya. Mereka ingin tahu, apakah ada perbedaan merayakan Idul Fitri di rumah mereka dengan di kampung halamannya.

Suara takbiran bersahut-sahutan, suasana hari raya makin terasa menyentuh hati. Sejak subuh anak-anak sudah berlalu lalang di depan rumah. Lokasi lapangan tempat akan dilaksanakannya Shalat Ied memang tidak jauh dari rumah Nek Ipa, sehingga pagi itu terasa begitu ramai. Maryam dan Yahya, berdiri di teras depan rumah. Karena rumah panggung, jadi mereka bisa melihat keramaian dari atas rumah. Mereka sudah tidak sabar untuk ikut berkumpul di lapangan dan merasakan euforia lebaran di kampung halaman.

Sebelum pukul enam pagi, mereka sudah bersiap berangkat. Yahya, keluar masuk rumah mencari Nek Ipa. Umma yang melihatnya mondar-mandir, langsung bertanya. “Cari siapa dek?”

“Cari Nek Ipa, kan kita sudah mau berangkat Umma,” jawab Yahya.

“Oalah, Nek Ipa sih udah dari tadi standby di lapangan Nak. Nek Ipa, bawa sajadah dan menggelarnya di lapangan untuk anak-anak dan cucu-cucunya, agar bisa tetap duduk di saf depan. Karena itu, Nek Ipa berangkat lebih awal dan menunggu kita disana,” Umma menjelaskan.

“Oh, begitu ya,” tutur Yahya sambil mengangguk-angguk.

“Kalau semua sudah siap, ayo berangkat!” ajak Umma.

“Ayoo!” seru Maryam dan Yahya dengan penuh semangat.

Mereka menuju lapangan dengan berjalan kaki. Di perjalanan, Umma dan Abah saling melempar senyum dan menyapa orang-orang. Hanya beberapa menit berjalan, mereka sudah tiba di lapangan tempat dilaksanakannya Shalat Id. Maryam dan Yahya mencari-cari keberadaan Nek Ipa. Tidak butuh waktu lama untuk mencari, mereka sudah berhasil melihat Nek Ipa yang sedang melambaikan tangan. Di sana sudah tergelar beberapa sajadah yang sengaja Nek Ipa sediakan.

Takbir masih terus dikumandangkan. Tepat pukul tujuh pagi, shalat Id dimulai. Jamaah shalat dua rakaat dengan khusyuk. Setelah shalat dilaksanakan, Maryam memeluk Umma, bersalaman dan mengucapkan selamat hari Raya dan doa agar amal ibadah mereka diterima di sisi Allah subhana wata’ala.

“Taqabbalallahu minna wa minkum, Umma. Selamat Hari Raya Idul Fitri,” ucap Maryam. “Selamat Hari Raya Idul Fitri sayang, Taqabbal yaa Kariim,” Umma membalas ucapan Maryam. Di saf laki-laki Yahya pun melakukan hal yang sama bersama Abah.

Pak Ustadz memberi khutbah dengan bahasa bugis. Maryam dan Yahya hanya bisa memahami beberapa kata dari apa yang diucapkan Pak Ustadz. Karena penasaran, Maryam menanyakan artinya pada Umma. Setelah khutbah selesai, jamaah berdiri dan saling bersalaman satu sama lain. Dimulai dari keluarga terdekat terlebih dahulu. Suasana begitu hangat dan sangat terasa kekeluargaannya. Agenda rutin setelah shalat Id di kampung, adalah mengunjungi makam Kakek, suami Nek Ipa.

Setelah itu, mereka mengunjungi rumah sanak keluarga untuk bersilaturrahim dan bersantap masakan khas lebaran. Dimulai dari rumah keluarga yang paling dekat dengan lapangan menuju ke arah rumah Nek Ipa. Di setiap rumah yang dikunjungi, mereka disuguhi makanan berat seperti burasa’, nasu likku, tumbu’ dan kari, ayam goreng kecap, udang dan kepiting, serta masih banyak lagi menu lainnya. Jadi, bukan sekedar kue lebaran dan sirup saja.

“Umma, aku boleh pulang duluan enggak?” tanya Yahya.

“Memangnya kenapa Nak? Yahya sakit?” Umma balik bertanya. Baru dua rumah yang dikunjungi Yahya sudah kekenyangan dan ingin pulang. Tapi, masih ada empat rumah lagi yang harus mereka kunjungi sebelum tiba di rumah Nek Ipa.

“Tidak kok Umma, tapi Yahya sudah kekenyangan,” jawab Yahya.

“Hahaha, kan sudah kakak bilang, makannya sedikit-sedikit saja,” celetuk Maryam.

“Tapi kan makanannya enak-enak, sayang kalau dilewatkan,” tutur Yahya, membela diri.

“Kalau begitu, enggak usah makan lagi, nyicip saja,” Maryam menawarkan solusi.

“Iya Nak, gitu saja. Tetap ikut silaturrahim dulu ya,” pinta Umma.

Berkat kunjungan dari rumah ke rumah, Maryam dan Yahya menjadi semakin akrab dengan sanak keluarga yang ada di kampung. Mereka lebih akrab dengan sepupu-sepupu serta paman dan bibinya. Mereka sangat menikmati suasana lebaran di kampung Nek Ipa. Mereka bersyukur berkesempatan untuk merayakan Hari Raya tahun ini disana. Tidak lupa, mereka mengabadikan momen-momen berharga disana sebanyak mungkin.

“Jazaakumullahu Khair yaa Abah dan Umma, sudah diajak lebaran disini,” tutur Maryam pada Abah dan Umma saat mereka duduk santai di sore hari di hari Raya.

“Terima kasih ya Abah dan Umma, kami bahagia bisa lebaran disini. Alhamdulillah!” ujar Yahya tidak mau ketinggalan.

“Alhamdulillah,” ucap Abah dan Umma bersamaan.

Mereka semua tersenyum dan sangat menikmati hari-hari bahagia di kampung halaman, terutama saat Hari Raya. MasyaAllah.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar