Rumah Tahan Gempa

Pada liburan kenaikan kelas, Ayah mengajak Dewa bersepeda ke desa tetangga. Setelah sarapan, mereka mulai menggowes. Sepanjang perjalanan mereka saling bertukar cerita. Ayah berkisah tentang masa kecilnya. Sedangkan Dewa bertutur seputar teman-teman di sekolah.

Tidak terasa mereka sudah berada di desa tujuan. Keringat mereka bercucuran karena matahari mulai panas terik.  Ayah mengusulkan untuk beristirahat ketika melihat ada beberapa pohon rindang di pinggir lapangan rumput.

Merekapun menuju ke pepohonan yang rimbun tersebut. Setelah meletakkan sepeda di bawah pohon, Dewa merebahkan badan. Sambil melepaskan penat, Dewa memperhatikan ayahnya yang sibuk membongkar bekal. 

Aneka penganan buatan ibu diletakkan berjajar di depan Dewa. Semuanya terlihat lezat. Tanpa disengaja, perut kosong Dewa berbunyi nyaring. Suara itu membuat mereka tertawa terbahak-bahak.

Ayahpun segera mengajak Dewa menikmati jajanan tersebut. Tidak lama kemudian, seluruh kudapan tersebut habis. Dewa yang kekenyangan, bersandar pada ayah sembari menyaksikan kawanan kambing yang merumput di lapangan. 

Pandangan mata Dewa berhenti pada bangunan di seberang lapangan. Bangunan tersebut seperti rumah tetapi berbentuk silinder dengan ukuran yang sangat besar. 

“Itu apa, ayah?” ujar Dewa seraya tangannya menunjuk pada bangunan yang unik itu.

Ayah menengok dan memperhatikan bangunan yang berbeda dengan tempat tinggal pada umumnya. Setelah beberapa saat, kepalanya menggeleng.

“Entahlah,” jawab ayah. 

Mata mereka terus tertuju pada bangunan berupa tabung. Ada 2 tabung yang saling terhubung. Atapnya dari daun-daun kering yang mengerucut. Di sekeliling rumah itu tumbuh pohon pisang, singkong, ubi jalar, dan tanaman lain yang membuat terlihat segar.

Ayah terkagum-kagum memandanginya. Dia tidak mengetahui ketika seekor kambing datang mendekat. Tiba-tiba, kambing tersebut menyeruduk sepeda ayah. Mereka terpekik karena  terkejut.

Teriakan mereka membuat seorang perempuan paruh baya keluar dari rumah silinder. Dia bergegas menghampiri. Setelah tahu apa yang terjadi, ibu itu tertawa terpingkal-pingkal. 

“Kambingnya cemburu dengan sepeda,“ ujarnya sambil tersenyum geli. Ayah dan Dewa  terbahak-bahak mendengar komentarnya. Mereka menjadi akrab. Bu Is nama pemilik rumah silinder.

Bu Is mengajak masuk ke rumah. Ayah dan Dewa menerima tawarannya. Keingintahuan mereka pada rumah silinder sangat besar. Di ruang tamu, mereka merasakan kesejukan, meskipun di luar sangat panas.  

Cerita Bu Is, tempat tinggalnya dibangun dengan bentuk silinder agar tahan gempa. Fondasinya dari kerikil. Tujuannya memecah getaran yang terjadi saat gempa sehingga tidak membuat bangunan itu runtuh. 

Material yang dipakai juga ramah lingkungan. Tanah, jerami dan bahan-bahan alami diaduk dengan takaran tertentu. Setelah tercampur rata, bahan tersebut dimasukkan kedalam kantong. Kemudian, disusun berbentuk silinder dengan ketinggian mencapai 7 meter. 

Tidak heran bila dinding tersebut sangat tebal. Menurut Bu Is, material itu menyimpan panas dari sinar matahari sehingga suhu dalam ruangan tetap rendah. Sambil bertutur, Bu Is menggiring mereka ke ruangan lain.

Bilik yang berfungsi sebagai tempat istirahat tamu. Mata ayah dan Dewa terbelalak menyaksikan keindahan kamar itu.  Cahaya matahari yang masuk berwarna-warni. Aneka warna tersebut berasal dari botol-botol kaca yang ditanam di dinding.

Pada saat pembuatan tembok kamar tamu, Bu Is meletakkan botol-botol kaca yang beragam ukuran dan warna. Wadah berbahan kaca tersebut berada di antara karung tanah. Letaknya tidak beraturan. 

Bu Is sangat mencintai lingkungan. Cinta yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun membutuhkan waktu yang lama, Bu Is tetap teguh merealisasikan tempat tinggal yang ramah lingkungan dan tahan gempa.

Tanpa terasa matahari mulai tenggelam. Ayah dan Dewa harus pulang. Sebelum meninggalkan rumah Bu Is yang mengagumkan, ayah memeriksa sepedanya. Beruntung, tidak ada kerusakan yang disebabkan oleh kambing yang cemburu.

Ayah dan Dewa berpamitan. Mereka kembali menggowes. Menyusuri jalan yang telah teduh. Bahkan, beberapa lampu mulai menyala. Menerangi perjalanan pulang. Dewa tak henti-henti mengungkapkan kegembiraannya bersepeda kali ini.

***

Sumber foto :Cekpremi.com

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar