Apa sih kelas menulis itu?
Kalau diingat-ingat, mungkin sudah puluhan kelas menulis yang kuikuti. Baik daring (dalam jaringan internet) maupun luring (luar jaringan interner). Lalu, apa sebenarnya kelas menulis itu?
Kelas menulis sendiri merupakan kelas yang di dalamnya ada mentor menulis, mentee atau murid dan admin atau pihak penyelenggara suatu kegiatan belajar menulis.
Bisa beragam genre dan berbagai cara, tema dan gaya pengajaran. Ada yg hanya satu tema tanpa output menjadi buku. Ada juga yang memakai kurikulum hingga lahir jadi sebuah tulisan bahkan buku.
Pertanyaannya, kenapa bisa sampai puluhan dan mengapa perlu ikut kelas menulis?
Aku jawab dulu pertanyaan mengapa perlu ikut kelas menulis, ya.
Alasanku antara lain:
- Karena menulis naskah baik fiksi dan non fiksi itu punya kriteria dan syarat tertentu, maka aku harus mengenalnya lebih dekat. Cara yang paling efektif dan efisien buatku sebagai pendatang baru di dunia menulis pada tahun 2009 adalah, ikut kelas menulis. Dari sini aku bisa mengenal banyak kriteria kepenulisan sehingga paham, mana yang terlebih dahulu kucoba pelajari saat memulai menulis.
- Membangkitkan semangat dan nuansa menulis itu penting. Semua itu bisa didapat saat kita ikut kelas menulis. Baik online maupun offline. Karena dengan demikian kita dapat mengenal teman-teman sesama penulis serta membangun networking yang kelak bermanfaat bagi kita penulis yang baru merintis.
- Memberikan banyak ilmu pengetahuan dari pihak-pihak yang mempraktekkannya. Jadi para praktisi itu tidak saja memberikan teori-teori kepenulisan, namun juga pengalaman mereka sebagai penulis sekaligus trik dan tips yg mereka terapkan saat menulis. Ini penting, karena semakin sering dan lama pengalaman kita menulis, maka semakin banyak kiat-kiat yang memudahkan penulis memulai tulisan hingga menerbitkannya. Hal ini akan didapatkan saat kita ikut kelas menulis.
Pertanyaan selanjutnya, kenapa sampai puluhan kelas menulis?
Sebetulnya, di awal, aku hanya ikut kelas online atau daring. Namun lama kelamaan, masuk komunitas dan akhirnya malah dikenalkan dengan kelas menulis offline atau luring. Level keseruannya berbeda, meskipun targetnya tetap sama, yakni menulis tema atau genre tertentu.
Aku ingat, pertama kali ikut kelas menulis itu, kelasnya mbak Ifa Avianty. Waktu itu modelnya belajar lewat email. Kisaran tahun 2007 kalau tidak salah. Aku mengenal beliau lewat platform Multiply.
Kelas kedua dan masih online adalah kelas Kang Iwok Abqary melalui platform Blogfam. Kami belajar melalui jalur group FB ya kalau tidak salah. Ini kisaran tahun 2009. Aku sudah punya momongan waktu itu. Dari kelas online ini, naskahku ada yang terbit di majalah Bobo berjudul Sayap Peri Elly dan ada yang terbit di kumcer terbitan Penerbit Talikata berjudul Rahasia Rumah Reyot.
Sejak itu, aku ikut banyak sekali kelas online. Mulai dari kelasnya Kang Ali Muakhir di Winner Class, kelasnya Teh Ary Nilandari, kelasnya mas Bambang Irwanto di Rumah Kurcaci Pos dan puluhan kelas lainnya, berbayar maupun gratisan. Sampai ikut kelasnya Tasaro di wag dan kelas menulis dari hati ala A Fuadi. Termasuk serial kelasnya mas Bambang Trim dan juga kelas menulis Dee Lestari.
Kalau dihitung-hitung, lebih 40 kelas online yang kuikuti sejak 13 tahun terakhir. Kebanyakan sih, kelas menulis fiksi cerita genre anak-anak, hingga genre dewasa. Dari bentuk cerpen, picbook hingga novel.
Aku masih inget banget, ikutan workshop menulis sehari bareng Asma Nadia, juga pernah bareng Pena Lectura, tak lupa workshop bareng Triani Retno dan Bambang Trim. Ini adalah sebagian kelas offline berupa workshop yg kuikuti. Bang Asis, suamiku, berperan besar di sini. Karena dia bersedia menjaga Billa saat aku belajar di ruangan. Dia dan Billa menunggu di ruangan lain dan aku biasanya bolak-balik memberi ASI untuk Billa putri pertamaku.
Yang paling mengesankan untuk karir menulisku di bidang novel anak adalah dua kelas offline, yaitu: Satu kelas workshop First Novel kerjasama Tiga Serangkai dengan Komunitas FPBA. Aku lolos melahirkan dua novel anak serial Odie dari workshop pertama di Bandung 2010. Kemudian, aku ikut kelas offline dalam beberapa kali pertemuan, bersama kelas ajaibnya Bhai Benny R di Museum Mandiri. Dari kelas ini aku melahirkan 2 novel anak yakni The Cousins dan Gomawoyo Chef!
MasyaAllah, aku juga ikut dan lolos audisi Workshop Room To Read 2017 dan 2018 di Yogyakarta. Hingga lahirlah Pictoral Book pertamaku berjudul Tuing-Tuing dan Sihir Otir. Keduanya mendapat penghargaan dari pemerintah maupun dari pembaca cerita anak. Alhamdulillah, puluhan kelas online dan offline tersebut memberikan banyak sekali keuntungan buatku baik sebagai penulis pemula belasan tahun lalu, mau pun menjadi mentor sekarang ini di kelas Permen (Program Menulis Novel (Anak) dan kelas Perca (Program Menulis Cerita (Pendek) Anak) sejak sembilan tahun lalu.
Berikut ini, sedikit simpulan jika tertarik kelas online atau offline.
Jika memilih kelas online, maka keuntungannya adalah, menghemat waktu, terutama bagi ibu rumah tangga model saya. Nggak perlu ke luar rumah, hemat ongkos, cukup dengan memantau dan konsentrasi belajar dari rumah sambil berhadapan dengan ponsel atau laptop.
Cenderung memiliki fleksibilitas waktu yang cukup. Sehingga bisa sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Jeleknya sih, susah fokus sehingga sering kali pengetahuan yg didapat tidak 100 persen dipahami. Selain itu, semangat menulisnya lebih banyak datang dari diri sendiri.
Atmospere semangat menulis tidak terlalu besar, meskipun tetap memberi pengaruh banyak bagi mood booster menulis.
Sementara itu, kelas menulis offline, membutuhkan effort lebih besar karena harus hadie secara fisik di lokasi dan mengikuti kegiatan seharian atau lebih dari dua jam. Ini membutuhkan siasat waktu dan ijin pasangan jika kita emak-emak, ya. Karena harus meninggalkan pekerjaan mau pun rumah tangga berikut isi keluarganya dalam beberapa waktu.
Kelebihan ikut kelas offline menurutku adalah lebih fokus dan cenderung bisa konsentrasi penuh saat mengikuti kelas karena diliat langsung. Selain itu athmospere dari belajar bersama itu membuat semakin semangat menulis karena tidak saja situasinya namun kesempatan diskusi dan brainstorming bersama teman-teman satu profesi, sangat mudah memancing ide dan semangat menulis.
Demikianlah, sebagian kecil pengalamanku mengikuti kelas menulis.
Buatku, dunia belajar melalu kelas menulis inilah yang membuatku mampu menulis dan menjadi mentor menulis seperti sekarang.
Rasa-rasanya akan lebih sulit buatku untuk bisa mencapai posisi saat ini, jika aku tidak ngotot belajar menulis melalui kelas-kelas dari banyak penulis berpengalaman.
Jadi, kapan teman-teman sekalian mau mencoba ikutan kelas menulis cerita anak?
Betcuulll bingiiitttsss uniiiii~~
Ikut kelas menulis membuat kita mendapatkan beberapa sudut pandang keilmuan dari banyak sekali para mentor yang sudah jauh berpengalaman.. Ini yang bikin kita jadi bisa ngantongin ilmu daging dari mereka..
Doakan dita yg masih newbie ini yaa, uni.. Semoga bisa segera menelurkan banyak karya dan menemukan pembacanya ??
InsyaAllah rajin membaca, mendengar dan berlatih menulis, akan membuat kita semakin baik jadi penulis. Amiiin