Sudah satu minggu, Si Putih kelaparan.
Penghuni komplek sedang liburan.
Jadi, tak ada yang memberinya makan.
Si Putih menanti suara-suara memanggil…
Putih … putih … ayo kemari.
Putih, putih… ayo makan sini.
Lalu dirinya akan menikmati
butiran-butiran gurih berwarna-warni.
Setalah makan, tenaganya pun segera kembali.
Tapi tak ada siapapun.
Tak ada sebutir makanan pun.
Dari bayi sampai remaja,
Si Putih selalu jadi kesayangan manusia.
Tak pernah repot mencari cari makanan.
Tinggal mengeong, makanan pun datang.
Bentuknya butiran, sangat gampang ditelan.
Si Putih tertidur kelaparan.
Ia berteduh di bawah perosotan.
Endus … endus
Tiba-tiba hidungnya mengendus sesuatu
Aroma yang sangat gurih dan lezat
Si Putih mendadak bangkit dan maju
Perlahan lahan ia berjalan
Namun , Si Putih terheran
Hanya ada burung-burung di lapangan
Apa burung bisa dimakan?
Hmm, tapi aroma mereka sungguh menggoda.
Perut Si Putih pun meronta-ronta.
Tak sabar, ia pun menerjang.
Eh, burung-burung malah terbang.
“Ha ha ha ha!”
Terdengar suara tawa membahana.
Ternyata, Si Oren dari tadi ada di sana.
“Bukan begitu caranya!” kata Si Oren jumawa.
Si Oren menyuruh Si Putih diam dan mengamati
Si burung kembali, mematuk remah roti.
Si Oren mengendap tanpa suara
Kepalanya merunduk, matanya siaga
Burung itu tak sadar, ada yang mengintai
Ia terus makan dengan santai
Si Oren mendekat, dan makin dekat,
Lalu, Hap!
Si burung tertangkap.
Si Putih ikut gembira
Ekornya mengibas-ngibar
Air liurnya semakin deras
Tapi Si Putih malu,
Tak berani dia meminta.
“Ayo kemari, kita makan bersama”
Si Oren memanggil dengan ceria.
Si Putih berterima kasih,
Ternyata, daging burung sangat nikmat.
Ia berjanji akan membalas kebaikan si Oren.
Si Oren tertawa senang,
“Besok kuajari cara menangkap belalang.
Kamu harus berhasil, agar kita bisa makan siang.”
Si Putih terngaga,
Hah, belalang juga bisa dimakan?
/ᐠ マ
ദ്ദി ˉ͈̀꒳ˉ͈́ )✧
Pengin balas pake ikon juga tapi aku gak punya, kkk. Makasih Ka Nisaa udah mampir