Ulama Besar di Makkah, Asal Indonesia

 

Ulama besar di kota Makkah tidak hanya asli kelahiran kota Makkah, lho. Ternyata banyak juga yang berasal dari berbagai negara lain, termasuk dari Indonesia! Bahkan ulama asal Indonesia itu ada yang menjadi staf pengajar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Nama para ulama dari Indonesia lebih mudah dikenal dari nama pada ujungnya. Mengapa begitu? Karena ujung namanya itu diambil dari nama daerah kelahirannya. Misal : Al-Batawy, berarti ulama tersebut lahir di daerah Betawi (Jakarta). Lalu ada Al-Bughury. Kira-kira itu nama kota apa ya? Yup! Kota Bogor. Demikian juga Al-Falembani, Al-Gharuty, dan lain-lain.

Berikut beberapa ulama besar yang lahir di Indonesia, belajar di Makkah, lalu mengabdikan ilmunya di Makkah hingga tutup usianya.

  1. Syeikh Muhammad Ahid bin Muhammad Idris Al-Bughury

Beliau seorang pengajar di Masjidil Haram yang menguasai berbagai cabang ilmu, terutama ilmu Falaq dan ilmu Mawarits. Lahir di kota Bogor, Jawa Barat, Indonesia, pada tahun 1302 H dan wafat di Makkah pada tahun 1372 H.

Semasa di Indonesia, di bangku sekolah Tsanawiyah, beliau terkenal cerdas dan hafal berbagai macam kitab klasik. Beliau juga pandai dalam bidang Matematika. Pada usia 15 tahun, pergi berhaji ke Makkah, lalu menetap di sana.

  1. Syeikh Muhammad Husain Al-Falembani

Seorang ulama besar yang terkenal sebagai pendiri berbagai madrasah di Kota Makkah. Beliau lahir di Palembang, Indonesia, pada tahun 1319 H dan wafat pada tahun 1399 H, dalam usia 80 tahun. Sejak kecil dibimbing oleh ayahnya yang seorang imam masjid. Bahkan beliau pun pada usia 12 tahun telah menjadi imam masjid berkat kefasihannya dalam menghafal Quran. Pada usia 12 itu pula, beliau pergi ke Makkah untuk berhaji dan menuntut ilmu. Di Makkah beliau berguru pada ulama-ulama termasyhur. Lalu dalam perjalanan waktu, murid-murid beliau pun kemudian menjadi ulama-ulama besar.

  1. Syeikh Abdul Karim Al-Banjari

Menjadi staf pengajar di Masjidil Haram selama 53 tahun tanpa henti. Lahir di kota Banjarmasin, Indonesia, pada tahun 1342 H. Sejak kecil beliau dikenal sebagai pecinta ilmu, hafal Al-Quran, dan dan hafal beberapa matan ilmu Bahasa Arab. Beliau pergi berhaji ke Makkah dan belajar di sana, pada usia 15 tahun. Kegigihannya dalam menimba ilmu patut ditiru. Begitu pula prinsip hidupnya yang selalu ingin hidup dengan jerih payah keringat sendiri tanpa mengandalkan pemberian orang lain. Selain sukses sebagai guru, beliau pun sukses berbisnis dengan usaha pembuatan cincin perak. Beliau wafat di Makkah pada tahun 1422 H, dalam usia 80 tahun.

  1. Syeikh Abdul Qadir Al-Mandaily

Seorang pengajar yang dikagumi dan dirindukan masyarakat kota Makkah. Lahir di kota Mandailing, Sumatera, Indonesia, pada tahun 1322 H. Selain belajar di kota kelahirannya, beliau pun menimba ilmu ke negeri jiran, Malaysia, dan mengajar di sana. Pada usia 25 tahun pergi berhaji ke Makkah sekaligus belajar. Selain sebagai pengajar di Masjidil Haram, beliau juga kerap menggelar ta’lim di rumahnya sendiri di Kota Ajyad. Beliau termasuk sosok yang disukai, setiap kali ceramah seringkali ratusan orang hadir menyimak ilmunya. Beliau wafat pada tahun 1385 H dalam usia 63 tahun.

  1. Syeikh Nawawi Al-Bantani

Ulama besar yang karya ilmiahnya mencapai ratusan buku. Lahir pada tahun 1230 H bernasab pada keturunan Maulana Hasanudin Putra Sunan Gunung Jati, Cirebon. Beliau merupakan keturunan ke-11 dari Sultan Banten. Bakat dan kecerdasannya sudah terlihat sejak kecil. Pada usia 5 tahun sudah membuat ayahnya kerepotan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkannya. Beliau berhaji ke Makkah pada usia 15 tahun dan bermukim di sana untuk belajar. Selama 69 tahun, beliau mengabdikan diri sebagai guru dengan memberikan pencerahan atas berbagai permasalahan umat Islam. Pada tahun 1314 H beliau wafat di Makkah. Ada pula yang mencatat tahun wafatnya 1316 H.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar