Akibat Dzolim

Cerah sekali pagi itu, awan terlihat putih di langit yang biru. Burung-burung camar beterbangan di atas lautan yang tenang. Nampak perahu-perahu nelayan  pulang menuju pantai setelah mencari ikan di malam hari.

Satu persatu para nelayan turun dari kapalnya dan menambatkan kapal mereka. Suara ombak berdebum pelan memecah di bibir pantai. Para nelayan itu saling menyapa satu sama lain, kegembiraan tampak di wajah mereka yang menenteng jaring-jaring penuh berisi ikan.

Ada satu nelayan yang jaringnya terlihat kempes, tetapi wajahnya terlihat ceria. Rupanya dia hanya berhasil menangkap satu ekor ikan yang besar, dia akan membawa ikan itu pada istrinya yang sudah menunggu di rumah. Pasti istri dan anak-anaknya akan senang.

Tiba-tiba seorang preman bertubuh besar dan bertato menghadangnya, dengan garang dia meminta ikan itu. Tentu saja sang nelayan yang bernama pak Mantau tidak rela ikan satu-satunya diambil. Dia mengusulkan preman itu meminta pada nelayan yang tangkapannya banyak. Namun, preman itu tidak mau. Dia tetap meminta ikan pada pak Mantau dengan alasan ikannya lebih besar, sedangkan hasil tangkapan yang lain ikannya kecil-kecil.

Pak Mantau tetap tidak mau memberikan ikannya, dia terus berjalan menjauhi preman itu. Preman yang dikenal sebagai si Brewok menjegal kaki Pak Mantau hingga jatuh, kemudian kerah bajunya dijambak. “Akan aku rampas ikan itu dan aku pukuli kau hingga pingsan,” katanya mengancam.

Pak Mantau tidak mau berdebat lagi, daripada ribut akhirnya ikan itu diberikan sambil berdoa di dalam hati. “Ya Allah, hamba-Mu ini lemah, tolong kuatkan hamba dan berilah hamba keadilan.”

Si Brewok senang bukan main, sambil tertawa dia pulang ke rumahnya. Di tengah perjalanan tiba-tiba ikan yang sudah mati itu hidup kembali dan menggigit jarinya. Lelaki garang itu menjerit kaget dan kesakitan. Dijatuhkannya ikan itu sesaat, kemudian dipungut lagi dari tanah. Si Brewok bingung kenapa ikan yang sudah mati masih bisa menggigit.

Di rumah, dia langsung membersihkan ikan tersebut dan menggorengnya. Brewok makan dengan lahap, setelah kenyang dia pun tertidur. Lelaki  itu bangun ketika matahari meninggi, tubuhnya kepanasan bersimbah keringat. Dia sangat terkejut ketika melihat satu jarinya bengkak meradang. Jari yang digigit ikan itu mulai terasa panas dan sakit.

Hari demi hari berlalu, rasa sakit di jarinya tidak menghilang malah semakin menjadi-jadi dan sudah menjalar ke bagian tangan. Brewok tak tahan lagi, diapun mendatangi tabib. Tabib terkejut melihat jari dan tangan yang meradang besar sekaligus bernanah. Setelah mendengar penjelasan Brewok dan meneliti jarinya, Tabib mengatakan ikan yang menggigit itu memiliki virus mematikan. Rasa sakitnya tidak akan berhenti walau diberi obat. Tabib menyarankan tangannya harus diamputasi, ditakutkan virusnya terus menyebar.  Brewok sangat terkejut, dia tidak menyangka akan menjadi demikian. Tetapi karena tak tahan dengan rasa sakitnya, Brewok pun menyetujui tindakan itu.

Akhirnya si Brewok bisa bernafas lega, dia tidak merasakan sakit lagi walau tangannya sudah tidak ada. Tetapi kini dia mulai kesulitan melakukan sesuatu, termasuk berpakaian.

Tak berselang lama, tiba-tiba lengannya sakit. Brewok mulai ketakutan, dia takut lengannya akan diamputasi. Dia berusaha tidak pergi ke tabib, tetapi rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Akhirnya dengan berurai air mata, dia mendatangi tabib dan meminta agar lengannya tidak diamputasi lagi.

Tabib sangat heran, mengapa sakit itu datang kembali. Akhirnya tabib itu bertanya, “Apakah kau sudah mendzalami seseorang yang berkaitan dengan sakitmu?”

Brewok teringat pada nelayan itu. Dia mengangguk, “Ya, aku telah merampas ikan darinya dan ikan itulah yang  menggigit jariku.”

“Carilah ia dan minta maaflah padanya, semoga tanganmu sembuh,” saran tabib.

Segeralah si Brewok mencari Pak Mantau.

“Pak nelayan, maafkanlah aku yang telah merampas ikanmu!” seru Brewok ketika melihat pak Mantau. Tentu saja pak Mantau sangat terkejut, terlebih ketika melihat tangan si Brewok tidak ada satu.

“Kemana tanganmu?” tanya Pak Mantau. Preman itu menceritakan semuanya hingga dia harus rela kehilangan tangannya. Dan sekarang lengannya sedang sakit, si Brewok tampak sangat mengkhawatirkan.

Pak Mantau tertegun, dia ingat pada doanya. Timbul rasa kasihan pada si Brewok, “Baiklah aku maafkan engkau, jangan berbuat dzalim lagi untuk selamanya.”

Brewok sangat bahagia, secara misterius sakit di lengannya pun hilang. Walau dia sudah kehilangan tangan tetapi tak mengapa, si Brewok berjanji akan berubah menjadi orang baik. Dia pun menawarkan diri menemani pak Mantau melaut. Akhirnya mereka berdua menjadi teman dan si Brewok menjadi orang yang rajin bekerja, tidak merampas milik orang lain lagi.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar