Bola Hoya

Teras belakang rumah Aisha yang sederhana, bagai surga kecil menenteramkan jiwa. Semerbak wangi dari berbagai jenis anggrek Ayah Bondan, membuat betah berlama-lama. Laksana magnet, tak ingin beranjak jauh darinya. Bukan kicauan burung,  tetapi suara Cici, kucing kesayangan Aisha, mendengkur dan mengeong. Aisha mengajak temannya menghampiri Cici dan kedua anaknya. Aisha mengeluarkan kedua anak Cici dari kandang dan menggendongnya penuh sayang.

Sesekali kedua anak kucing itu, bermain sulur Hoya yang menjuntai, merambat dan melilit pada ram-raman kawat. Anak kucing itu berusaha melompat meraih bunga hoya wangi, yang bergelantungan menyerupai bola. Kedua anak Cici tiba-tiba berlarian tak tentu arah. Menabrak ram-raman kawat dan menggulingkan beberapa pot hoya.

Ternyata, kedua anak kucing itu ketakutan melihat Aisha yang refleks menghentak-hentakkan kakinya.

“Pergi … pergi!” teriak Aisha panik sambil mengibas-ngibaskan bajunya.

Puluhan semut hitam mengerubutinya. Semut hitam itu tiba-tiba keluar dari pot hoya yang dipegangnya. Bahkan sudah ada beberapa yang masuk ke dalam bajunya.

“Aisha … tenang! Semut hitam ini tidak gatal.” Lisa datang membantu membersihkan semut hitam dari baju Aisha.

Koloni semut hitam itu pergi menjauh. Tangan Aisha masih gemetar. Lisa memegang erat lengan Aisha. Keringat dingin membanjiri keningnya. Napasnya terengah-engah.

“Terima kasih, Lisa.” Aisha berusaha menenangkan diri. Sesekali ia mencoba menahan napas.

Lisa memasukkan kembali kedua anak Cici yang berlarian ke dalam kandang. Kedua anak kucing yang sudah tenang di dalam kandang sesekali mengeong dan berceloteh tidak jelas. Cici menjilati kedua anaknya penuh kasih sayang.

“Cici, jaga anakmu baik-baik, ya,” ucap Lisa mendekatkan kedua anak kucing itu kepada induknya.

Aisha menatap sedih tanaman sukulen yang berantakan di depannya. Hoya-hoya ayahnya yang wangi dan berkilau seperti porselen itu, porak-poranda. Kuntum-kuntum bunga hoya yang berpola bintang dan permukaannya diselimuti bulu-bulu halus berserak di lantai. Sekumpulan kuntum hoya itu sudah tidak membulat sempurna seperti bola

Ayah Bondan mempunyai beberapa jenis hoya. Hoya australis berwarna putih dan Hoya diversifolia berwarna merah jambu yang rusak paling parah. Media sekam bakarnya berhamburan  di lantai.

“Hoya … maafkan aku,” desah Aisha sambil merapikan kembali beberapa pot hoya yang terguling. Ia mengembalikan media sekam bakar ke dalam pot yang sebelumnya diisi pecahan genting agar lebih berat.

Lisa membantu memunguti daun-daun yang berserak dan batang-batang yang patah. Ia menaruhnya ke tempat sampah.

“Batang-batang yang keluar akar di setiap ruasnya dapat ditanam kembali,” ucap Aisha sambil tersenyum kepada Lisa dan mengambil gunting.

Aisha mengambil kembali batang-batang hoya dari dalam bak sampah dan memilahnya dengan saksama. Ia menggunting beberapa batang hoya yang masih memungkinkan untuk ditanam kembali.

“Wow … batang-batang hoya ini masih bisa hidup?” tanya Lisa tampak heran.

“Iya, masih ada kemungkinan keluar tunas dan sulur baru,” ucap Aisha sambil mengambil pot plastik dan media sekam bakar.

Aisha sering melihat ayahnya mencangkok sulur  batang hoya. Setelah beberapa minggu kemudian, si tanaman lilin ini akan keluar akar baru yang siap ditanam di media terpisah. Tanaman yang tidak suka kondisi terlalu basah ini, kaya manfaat. Hal ini membuat Aisha semakin suka dengan hoya.

“Harapan itu masih ada,” ucap Lisa sambil tersenyum.

“Insyaallah!” Aisha tampak optimis.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar