Cincin Pelezat Masakan

Paman Tom adalah seorang juru masak istana yang handal di Negeri Pelangi Timur. Karena umurnya sudah tua, Paman Tom bermaksud mengundurkan diri. Namun,  dia bingung siapa yang akan menggantikannya?

Sam adalah asisten setianya. Dari umur belasan tahun dia sudah ikut Paman Tom. Mulai dari tukang cuci piring, tukang bersih-bersih, menyajikan makanan, dan sekarang dia telah menjadi tangan kanan Paman Tom di dapur.

Akan tetapi khusus masakan raja dan keluarganya, Paman Tom meraciknya sendiri. Soalnya, baginda raja sangat teliti dan sedikit cerewet.

“Sam, kamu tahukan saya sebentar lagi pensiun?” tanya Paman Tom ketika usai memasak. Sam pun mengangguk.

“Beberapa hari ini saya berpikir. Sepertinya kamu cocok menggantikanku. Saya sudah bicarakan ini kepada baginda ratu.”

Dahi Sam berkerut seperti lipatan gorden. Dia tidak menyangka Paman Tom akan mempromosikannya kepada Ratu Negeri Pelangi Timur.

“Mulai besok saya akan mengajarimu memasak,” Paman Tom menyerahkan satu lembar daun lontar yang berisikan daftar menu.

“Wah!” Sam kaget. Nama menunya aneh semua. Selai apel penuh senyum, jus alpukat kejujuran, sop delima rasa cinta dan masih banyak lagi.

Keesokan harinya Paman Tom memenuhi janjinya. “Kamu sudah baca bahan-bahan dan tata cara membuat masakan di daftar menu? Sekarang praktekkan!”

Sam tersenyum. Dia memilih jus alpukat kejujuran. Namun, lima menit kemudian, Sam kebingungan. Gula sarang semutnya habis. Dia malu kalau harus bertanya kepada Paman Tom soalnya Sam sudah terbiasa membuat jus alpukat untuk abdi kerajaan. Akhirnya, Sam memutuskan sendiri untuk memakai gula hijau.

Bibir Paman Tom melipat. Matanya memicing. Dia memikirkan sesuatu. “Ini jus alpukat kejujuran, Sam?” Paman meletakkan cangkir batok kelapa itu ke meja.

Sam mengangguk. “Bagaimana rasanya, Paman?”

“Kelihatannya segar sekali. Namun, rasanya aneh. Benar kamu telah melakukan sesuai petunjukku?” Paman Tom penasaran.

“Iya, Paman.”

“Diingat lagi, Sam?”

Sam kemudian berpikir. Tidak lama kemudian, ia menceritakan yang sebenarnya.

“Jujur dan mau bertanya itu penting, Sam!” ucap Paman Tom.

Hari berikutnya, Sam kembali belajar. Dia memilih kue selai penuh senyum. Apa yang sulit pikirnya? Sam sering membuat kue itu untuk dimakan sendiri. Hanya saja Paman Tom menamai makanan tersebut dengan yang aneh-aneh, pikir Sam.

Sam mengupas apel sambil beryanyi. Brettt… pisau yang tajam mengenai telunjuk kirinya. “Uhhh…sakitnya! Aduh!”  Sam menggerutu sana sini. Sampai akhirnya selai yang dibuatnya agak gosong. Dia juga lupa memasukan gulanya.

Mata Paman Tom kembali memicing “Saat sedang melakukan sesuatu kamu harus fokus supaya masakanmu enak!”

“Iya Paman!”

Sam kembali membaca dengan meneliti satu persatu menu dan tata cara memasaknya. Ia berjanji dalam hati akan berkonsentrasi dan tidak menganggap sepele menu dari Paman Tom. “Baiklah Paman, saya akan memasak sesuai petunjukmu.”

“Satu lagi, Sam, Paman punya sebuah cincin istimewa pelezat masakan. Jika kamu memakai cincin itu semua masakanmu pasti nikmat,” bisik Paman Tom.

“Saya mau paman,” jawab Sam semangat.

“Paman akan berikan, jika kamu telah menguasai semua menu yang kuberikan.” Sam pun mengangguk-angguk. Ia terlihat bahagia sekali.

Begitulah Sam, hari demi hari dirinya belajar. Paman Tom mengacungkan jempolnya melihat perkembangan Sam. Tak terasa waktu sebulan pun berakhir.

“Sekarang, kamu berikan makanan ini untuk Baginda Kedar.” Perintah Paman Tom. Sam langsung ketakutan. Badannya panas dingin saat mengantarkan makanan itu.

Sam menunggu dengan gelisah. Dia tak sabar menunggu reaksi sang raja. Apapun yang terjadi, Sam harus siap menerimanya.

Setengah jam kemudian. Paman Tom keluar dari ruang makan raja. Dia menghampiri Sam. Mukanya ditekuk, matanya melotot tajam. Sam semakin ketakutan. Kakinya sudah tidak kuat berdiri. Saya telah mengecewakan Paman Tom, batinnya.

“Sam, sini!” Paman Tom memanggilnya kencang.  Sam gemetar melihat Paman Tom. Baginda Kedar pasti sudah memarahinya.

“Buk! Paman Tom menepuk bahunya. Tolong kamu buatkan lagi masakan yang tadi. Sepertinya baginda sangat suka,” pinta Paman Tom dengan senyum khasnya.

“Paman! Hampir saja jantungku lepas,” protes Sam.

“Haha…bercanda, Sam. Jadinya seru, kan?” Paman Tom pun terpingkal-pingkal melihat wajah Sam yang pucat pasih

“Eeh, emmm, Paman, mana cincin pelezat masakannya?” Sam mengingatkan janji Paman Tom karena sudah pandai memasak.

“Masih perlukah, Sam?”

“Iya, dong!” jawab Sam tidak sabaran.

“Kamu ingat, apakah selama ini Paman memakai cincin setiap memasak?”

Sam mengingat-ingat tidak lama kemudian dia menggeleng.

“Itu juga bercanda Sam supaya kamu lebih semangat. Buktinya, tidak memakai apa-apa baginda sudah memuji masakanmu. Kuncinya, masaklah dengan penuh cinta. Apapun yang kamu masak pasti enak.

Sam merenungi ucapan Paman Tom. Dia setuju dengan kata-kata itu. Ia pun tambah rajin memasak. Makin hari masakannya makin enak pas dengan selera raja. Saatnya Paman Tom mengundurkan diri. Akhirnya, Sam menjadi juru masak istana

“Terima kasih Paman Tom,” ucap Sam sendiri.

Terbit di Majalah Bobo 6 Agustus 2015

Bagikan artikel ini:

2 pemikiran pada “Cincin Pelezat Masakan”

Tinggalkan komentar