DASTER DAN ULANG TAHUN IBU

Oleh: Anastasia Triwinarni

Adik menangis tanpa henti. Padahal ibu sedang arisan di rumah Bu Rini. Ayah coba menggendongnya, adik diam sebentar, lalu  menangis lagi. Ayah coba memberinya susu, tangisnya makin menjadi. Aku mau memanggil ibu. Tapi ayah bilang tidak perlu.  Ayah menyerah, setelah sepuluh menit berlalu. Teriaknya,”Panji, cepat panggil ibu!” 

Aku baru saja mau menyusul ibu di tempat Bu Rini. Tapi, kudengar ayah berteriak, “Tunggu Panji, tak usah panggil Ibu!” Aku kembali, kudengar dari luar pagar, tangis adik tak terdengar lagi. Yesss, ayah berhasil menenangkan adikku, pikirku.

Apa yang  kira-kira membuat adik diam, ya? Aku penasaran, dan cepat-cepat masuk untuk melihatnya. Hahaha, aku melihat ayah memakai daster ibu, menggendong adik sambil menyanyikan lagu Kupu-kupu yang Lucu

Ayah memakai daster ibu yang sudah dipakai  ibu seharian. Rupanya sudah kucel, baunya agak-agak  asam. Namun, ternyata itu yang buat adik tenang dan nyaman. Bau khas ibu yang menemaninya pagi, siang, dan malam.

Tak lama, Ibu pulang dari arisan. Ibu senang, rumah rapi, dan tak terdengar tangisan bayi. Tapi ibu keheranan melihat ayah memakai daster kedodoran. Sementara adik tertidur pulas dalam gendongan.

Ayah lalu mengedipkan mata padaku. Tanda kalau aku harus menyanyikan lagu ulang tahun untuk ibu. 

Kubernyanyi dengan semangat menggebu. Eh, eh….adik terbangun karena kaget mendengar suaraku. 

Mata adik langsung tertuju kepada ibu. Ia tertawa dan merengek minta digendong ibu. Kemudian, kami bernyanyi bersama untuk ibu. Ibu pun tersenyum penuh haru.

*Cerita kiriman untuk event Ultah Paberland

Gambar : TheAsianParent

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar