Enobi Kesayangan

Hujan turun deras. Kolam ikan di depan rumah Hasna tampak lebih jernih. Warna-warni ikan koi tampak lebih indah. Berenang kesana kemari. Ikannya tidak begitu banyak, hanya ada sembilan ekor ikan koi dan satu ikan sapu-sapu. Bunga anggrek yang menempel di batang pohon pakis menambah keindahan. Anggrek mini ini, tumbuh rimbun menutup batang pohon pakis yang tinggi. Bunganya berwarna putih. Terdapat corak ungu di pinggir kelopaknya. Indah sekali.

“Hasna, sedang apa?” sapa ayah Hasna sambil menghampirinya.

“Hasna lihat ikan koi, Yah,” jawab Hasna.

Hasna tampak senang. Hasna memasukkan tangannya ke dalam kolam. Ikan-ikan koi itu bergerak menghampirinya. Tangan Hasna digigit-gigit. Hasna tertawa geli. Tanpa dia sadari, rambutnya basah terkena tempias air hujan.

“Ayah, bunga anggreknya bagus,” kata Hasna memuji bunga kesayangan ayahnya.

“Iya, Hasna,” jawab ayahnya. “Si putih itu, namanya Dendrobium Enobi, Hasna,” lanjutnya. “Tetap tumbuh sehat meski kepanasan dan kehujanan,” jelas ayah Hasna.

“Ayah, enobinya enggak busuk, ya, meski kena air hujan?” tanya Hasna penasaran.

“Salihah, enobinya sudah terbiasa terkena air hujan,” jawab ayahnya. “Tunas barunya sudah tangguh, Hasna,” lanjut ayahnya.

“Dia enggak mudah sakit?” tanya Hasna penasaran.

“Hasna, dia sudah beradaptasi, maka akan tetap sehat dan rajin berbunga,” jelas ayah Hasna sambil tersenyum. “Lihat … seperti hari ini, bunga dan daunnya menutupi batang pohon pakis.”

“Indah, sekali!” seru Hasna sambil tersenyum.

Hasna dan ayahnya menikmati hujan sore itu. Enobi kesayangan ayahnya menambah keasyikan mereka. Melihat air hujan yang jatuh dari langit, tanpa disertai petir. Ayah Hasna mengajaknya berdoa. Semoga hujan ini membawa manfaat dan keberkahan. “Allahumma shoyyiban nafi’an,” ucap Hasna. “Aamiin,” kata ayahnya mengakhiri doa Hasna.

“Ayah, Hasna boleh mandi air hujan?” pinta Hasna sambil tersenyum kepada ayahnya.

“Boleh, Hasna,” jawab ayahnya.

“Ayo, bermain hujan-hujanan bareng Ayah.” ajak ayahnya.

“Ayo, Yah” jawab Hasna penuh semangat sambil menarik tangan ayahnya menuju halaman rumah.

Setiap mandi air hujan, Hasna selalu ditemani ayahnya. Hujan deras sore itu, tak hanya membasahi bumi. Hujan sore itu membawa kebahagiaan. Hasna berlari kesana kemari bersama ayahnya. Mereka saling berkejaran. Hasna sesekali berlompat-lompat, berguling-guling, dan mencipratkan air hujan kepada ayahnya. Mereka tertawa bersama. Ibunya mengamati keseruan mereka dari balik jendela.

“Hasna, mandi air hangat dan keramas, ya,” kata ayahnya sambil menggandeng tangan Hasna masuk ke dalam rumah. Hasna sudah cukup puas bermain air hujan sore itu. Meskipun hujan deras belum reda.

“Ibu sudah menyiapkan air hangat.” kata ibunya saat melihat Hasna berjalan menghampirinya.

“Iya, Bu,” jawab Hasna. “Hujannya deras, air kolamnya jernih, Bu,” kata Hasna. “Enobi ayah juga tidak layu, meskipun kena air hujan,” cerita Hasna kepada ibunya.

Hasna menceritakan keseruan sore itu kepada ibunya. Hasna senang ayahnya mengizinkannya bermain hujan-hujanan. Air hujan tidak membuatnya sakit, seperti enobi ayahnya. Si Enobi sudah beradaptasi. Tetap tumbuh sehat dan rajin berbunga meskipun kepanasan dan kehujanan. Enobi kesayangan ayah tahan banting.

“Seru, ya, hujan-hujanan bareng Ayah?” tanya ibunya sambil melepas baju Hasna yang basah kuyup.

“Iya, seru banget, Bu,” jawab Hasna sambil tersenyum semringah.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar