Insting Si Kukang

Di sebuah hutan di malam hari, Kukang dan teman-temannya, Kuskus, Musang,dan Tarsius sedang bermain. Lalu mereka melihat sebuah pengumuman.

“ Wah! Ada perlombaan berburu Kadal. Ayo ikut!”, seru Tarsius.

“Sepertinya seru, aku mau ikut!”, sahut Kuskus.

“Aku juga!, kalau kamu bagaimana, Kukang?”, tanya Musang.

“Aku tidak yakin.” Jawab Kukang tidak percaya diri.

“Ayo Kukang! tidak ada kamu tidak seru!”, kata Kuskus.

“Iya, kita kan selalu bermain bersama, kalau kamu tidak ikut jadi terasa kurang.” Sahut Musang.

“Aku kenal seorang guru yang mahir berburu, kita semua bisa belajar bersama.” Kata Tarsius.

Kukang masih belum merasa percaya diri, tapi dia merasa tidak enak pada teman-temannya jika tidak ikut serta.

“Emmm baiklah.” Kukang menjawab.

“Hore! gitu dong!” sahut Musang dengan antusias.

Setelah puas bermain, Kukang dan teman-temannya pulang ke rumah masing-masing. Melihat Kukang yang tampak cemas, Ibu Kukang mendekati dan merangkul pundak Kukang.

“Ada apa? Apa ada masalah?” tanya Ibu Kukang.

“Teman-teman mengajakku untuk mengikuti lomba berburu. Aku merasa tidak enak dengan teman-teman, jadi aku jawab iya.” Jawab Kukang lemas.

“Apa yang membuatmu ragu?” Ibu Kukang bertanya kembali.

“Aku merasa tidak percaya diri karena gerakku lamban.” Jawab Kukang dengan berkaca-kaca.

Ibu kukang tersenyum mendengar jawaban anaknya dan memeluknya erat untuk memberikan dukungan.

“Apakah mungkin Aku yang lamban bisa berburu dan mengalahkan teman-temanku yang lebih gesit?” tanya Kukang.

“Ibu percaya kamu bisa.” Jawab Ibu Kukang.

Keesokan harinya, Kukang dan teman-temannya berkumpul di rumah guru yang diperkenalkan oleh Tarsius.

“Teman-teman, perkenalkan ini Pak Burung Hantu.” Kata Tarsius.

“Salam kenal anak-anak..” Sahut Pak Burung Hantu.

Pak Burung Hantu memberikan beberapa tips berburu pada Kukang dan teman-temannya.

“Kunci dalam berburu adalah dengan mengendap-endap, jangan sampai gerakan kita disadari oleh target. Lalu perhatikan target dengan seksama, dan jangan terburu-buru.” Saran Pak Burung Hantu.

“Wah! Terimakasih atas tipsnya Pak. Kami akan berlatih dengan giat.” Kata Musang.

Kukang dan teman-temannya pun berlatih berburu bersama. Tarsius terlihat paling gesit melompat di antara pepohonan. Kuskus dan Musang pun tidak kalah gesitnya. Kukang merasa cemas.

Kukang perlahan begelantungan erat pada sebuah batang pohon. Dia menggunakan instingnya untuk menerka keberadaan kadal. Dia bergerak perlahan dari satu dahan ke dahan lain memperhatikan kemungkinan keberadaan Kadal incarannya.

Waktu berlalu dan matahari pun hampir terbit. Namun, Kukang belum berhasil menangkap satu Kadal pun. Tidak seperti teman-temannya yang terlihat mudah dalam berburu.

“Sampai bertemu di malam perlombaan ya!”, kata Musang.

“da daa..”, Sahut Kukang, Kuskus, dan tarsius.

Mereka pun kembali ke rumah masing-masing. Lagi-lagi Kukang sampai rumah dengan wajah yang hampir menangis. Tak kuasa menahan tangisnya, Kukang pun menangis tersedu-sedu. Ibu Kukang yang melihatnya hanya duduk dan melihat Kukang tanpa bertanya. Setelah puas menangis, Ibu Kukang mendekatinya dan menawarkannya pelukan.

“Tidak apa-apa, walau kau lamban dan tidak berhasil dalam perlombaan, ibu tetap bangga padamu nak.” Ujar Ibu Kukang.

“Terimakasih Ibu, Aku akan berusaha semampuku.” Kata Kukang.

Ibu Kukang memeluk Kukang dengan hangat. Kukang pun merasa lebih tenang dan merasa didukung.

Tibalah pada malam perlombaan. Kukang dan teman-temannya berkumpul di tengah hutan untuk berburu Kadal.

“Aku bisa!” Teriak Kukang dalam hati.

“Semangat teman-teman!” seru Musang.

“Semangat! Kita pasti bisa!” Teriak Tarsius dan Kuskus.

Dengan kakinya yang panjang, Tarsius melompat dengan lihai di antara pepohonan. Namun, gerakannya yang terlalu cepat membuat Kadal sadar dan lari menghindar.

Kuskus dengan cakarnya yang tajam dan ekornya yang panjang berpindah-pindah dari satu dahan ke dahan yang lain.

“Hap! Dapat!” Teriak Kuskus riang.

Ternyata yang ditangkap Kuskus bukan Kadal, melainkan tangkai pohon yang patah. Kadalnya lepas!

Dengan perlahan-lahan, Musang memanjat pohon yang menjadi incarannya. Dia mengintai Kadal yang sedang berhenti di pohon itu. Tiba-tiba…

“Hap!”

“Hore! dapat!” seru Musang girang.

Di pohon yang berbeda, Kukang sudah mengamati Kadal dengan cukup lama. Dia menggunakan instingnya untuk menentukan waktu yang tepat untuk menangkap kadal. Dengan perlahan Kukang mendekati Kadal. Gerakannya yang lamban membuat Kadal tidak sadar akan kehadirannya.

“Hore! dapat!” Seru Kukang haru.

Waktu pelombaan usai. Musang menempati posisi pertama dan Kukang menempati posisi kedua. Kuskus dan Tarsius ikut bergembira atas kemenangan teman mereka. Walau menempati posisi kedua, Kukang merasa bangga pada dirinya. Setiap makhluk pasti memiliki kekekurangan dan kelebihannya masing-masing. Sejak saat itu, Kukang menjadi semakin percaya diri.

*Cerita ini dimuat dalam antologi fabel “Jejak Kisah Sang Fauna” yang diterbitkan oleh penerbit Maharani 2023 dengan sedikit perubahan.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar