Kelinci Putih Tersayangku

Hari ini Ayah akan berangkat keluar kota. Itu sebabnya pagi ini aku menjadi sedih. Karena Ayah pasti  tidak bisa menemaniku bermain sepeda di lapangan belakang.

“Ya Ayah! Jalan-jalan keluar kotanya jangan sekarang Yah!!”

Aku berusaha memohon kepada Ayah karena besok aku ingin sekali unjuk kebolehanku naik sepeda memutari lapangan  dengan lebih lancar di depan Ayah.

“Upi sayang. Ayah keluar kota itu untuk bekerja bukan untuk jalan-jalan.”

“Memang keluar kotanya  kemana Yah? Ke Bandung ya?”

“Bukan sayang tapi ke Bogor.”

“Ibu guru bilang Bogor itu kota hujan Yah. Ayah jangan lupa bawa payung ya Yah!

“Iya Upi cantik. ”

“Terus besok siapa yang menemani Upi main sepeda?”

“Upi Upi! Kamu itu sudah besar masih minta ditemani. Ya sudah, besok Ibu temani kamu main sepedanya” Ibuku yang cantik tersenyum sambil memasukkan pakaian-pakaian Ayah kedalam tas hitam.

“Asiiiik!  Ibu baik deh.”

Aku bersorak gembira karena Ibu pasti menepati janjinya.

Setelah barang-barang bawaan Ayah sudah siap, kami bersama-sama sarapan nasi goreng spesial buatan Ibuku.

Sebelum Ayah melajukan sepeda motornya aku sempat berpesan pada Ayah.

“Ayah pulangnya bawa oleh-oleh yaa!”

“Iya nanti Ayah bawakan kelinci untuk Upi dan Dik Esa.”

Wah! Aku benar-benar senang tak terkira. Karena selama ini aku hanya bisa melihat kelinci di televisi atau di buku IPA saja. Dan aku juga punya boneka kelinci hadiah dari tante Rini waktu ulang tahunku yang ke- sepuluh.

Aku sangat menunggu kepulangan Ayah, yang pastinya dengan membawa kelinci lucu.

“Bu, Ayah besok pulang ya?”

“Iya Upi.Besok Ayah pulang dan pasti membawa kelinci-kelinci buat Upi dan buat Dik Esa juga.”

“Yaa Ibu! Tapi Adik Esa masih kecil baru bisa ketawa hi hi hi pasti belum tahu apa itu kelinci.”

“Lho Adik Esa hanya mau lihat masa tidak boleh?. Ya sayang ya?” Ibuku bicara pada adikku yang sedang dipangku.

Akhirnya hari kepulangan Ayah datang juga. Ayah pulang malam hari membangunkanku yang hampir tertidur.

“Assalamualaikum Upi, Esa. Ayah bawa kelinci loo!”

“Walaikumsalam. Ayaaah pulang! Ini kelincinya ya?” Aku memperhatikan dengan seksama kelinci-kelinci yang dibawa Ayah.

“ Ayah kelincinya lucu. Ibu lihat sini! Kelincinya ada yang berwarna putih dan abu-abu. Wah lucu! Yang berwarna putih untukku dan yang abu-abu untuk Dik Esa.”

Aku langsung memegang kelinci yang berwarna putih. Lalu ku belai bulunya yang halus. Saat kugendong badannya terasa sangat mungil dan ku lihat matanya bersinar warna merah.

“Ayah kelincinya lapar Yah!”

“Upi tahu darimana kelincinya lapar?” Ibu mendekatiku dan membawakan seikat wortel yang juga oleh-oleh yang Ayah bawa dari Bogor.

“Ini Bu!” Aku meraba-raba perut kelinci putih itu.

“Tu kan perutnya kosong, belum makan.”

“Mana coba Ayah pegang” Ayah memegang kelinci putih itu dan meraba-raba perutnya .

“Wah! Iya Upi benar. Kelincinya keroncongan belum makan.”

“Hik..hik..kasihan kelincinya Ayah. Kelincinya belum dikasih makan.”

Aku menangis tersedu-sedu  menyadari kelinci lucu-lucu itu belum dikasih makan.

“Sudah-sudah Upi jangan menangis lagi. Mulai sekarang Upi yang harus rajin kasih makan kelinci-kelinci ini. Supaya tidak kelaparan dan supaya kelincinya sehat. “

Ibuku ikut serta membelai kelinci putih yang kupegang.

“Nah,  nanti kalau kelincinya sudah besar, kelincinya pasti melahirkan anak-anak kelinci yang lebih lucu lagi.”

“Benar Bu? Nanti kelincinya punya anak ya? Anaknya banyak ya Bu?”

“Ya siapa tahu. Terus kamu bisa jadi peternak kelinci deh. Tapi ingat jangan malas buat kasih makannya ya!”

“Iya Upi tahu kok. Kelincinya pasti suka dikasih makan wortel. Ini kelinci makan ya! Makan yang banyak supaya gendut seperti Adik Esa.”

Kini setiap hari Minggu aku tidak hanya bermain sepeda tapi juga bermain bersama kelinci-kelinci tersayangku. Kelinci-kelinci itu aku rawat dikandang kayu buatan Ayah. Setiap harinya kelinci-kelinci itu  makan wortel dan kangkung. Kelinci-kelinci itu sangat senang melompat-lompat dan juga berlari-lari kesana kemari. Semakin besar kelinci-kelinciku memang sedikit nakal. Mereka suka menggigit tanaman dan menginjaknya. Mereka juga suka membuat lubang di tanah. Walaupun mereka suka nakal aku tetap sayang pada kelinci-kelinciku.

Teman-temanku juga suka bermain bersama kelinci-kelinci itu. Mereka bilang kelinci-kelinciku sangat lucu dan menggemaskan. Dan aku berjanji akan selalu merawat kelinci-kelinci tersayangku dengan baik.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar