Kupu-kupu dan Elang

Alkisah di sebuah hutan, ada seekor kupu-kupu yang indah. Tak cuma cantik sayapnya, namun dia juga dikenal sebagai kupu-kupu yang pintar karena senang sekali membaca dan berpetualang. Karenanya, dia dijuluki Si Kupu Pintar

Suatu hari, si Kupu Pintar merasa bosan. Ia ingin mencoba mencari bunga yang tak biasa. Maka ia pun terbang jauh dan semakin jauh, sehingga ia sampai ke sebuah semak bunga yang penuh warna. 

Usai menyesap nektar, barulah ia sadar bahwa dirinya tak ingat jalan pulang. Dia tersesat. Ia mengingat-ingat buku-buku yang sudah dibacanya, juga cerita-cerita dari para burung yang bermigrasi,  untuk mencari tahu arah pulang.  Saat ia sedang mondar-mandir sambil berpikir, ada seekor gajah yang lewat. 

“Kau cantik sekali. Aku belum pernah melihatmu sebelumnya di sini. Apa kau tersesat?” tanyanya ramah.

Kupu-kupu merasa malu. Dia tak ingin terlihat konyol karena tak tahu jalan pulang. Dia adalah si pintar. Dia ingin si Gajah tahu bahwa dia adalah kupu-kupu yang pintar. 

“Aku juga baru melihat gajah seukuranmu. Kuperkirakan umurmu sekitar sepuluh tahun, dan jenismu pastilah gajah sumatera!” kata si Kupu Pintar.

Mata si gajah berbinar. “Kamu benar sekali! Kupu-kupu sepintar kamu tak mungkin tersesat. Selamat bertualang!” kata si gajah sambil beranjak pergi.

Kupu-kupu kembali mondar-mandir. Ia mencoba segala tips mencari arah dari buku-buku yang pernah ia baca. Tapi tetap saja ia gagal. Ia hanya berputar-putar lalu kembali ke tempat semula. Tak lama, muncullah seekor kelinci yang berbulu belang. Ia menyapa.

“Hai, Kupu-kupu! aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau tersesat?” tanyanya.

Si Kupu Pintar terdiam sejenak. Lalu dia berpikir akan berusaha sekali lagi. Dia tak ingin terlihat bodoh di depan kelinci yang bahkan tak tahu cara mengambil nektar sepertinya. 

“Oh, halo! Kamu kelinci belang yang unik, pasti saudaramu hanya sedikit ya? setahuku, kelinci sepertimu sudah tinggal sedikit. Melihat warna ekormu yang merah, kamu pasti kelinci sumatera, bukan?”

Mata si kelinci berbinar. “Kamu benar sekali! Kupu-kupu sepintar kamu tak mungkin tersesat. Selamat bertualang!” kata si kelinci sambil melompat pergi.

Kupu-kupu menghela napas. Dia sudah lelah dan ingin segera pulang. Sekali lagi dia mondar-mandir, tapi tetap kembali ke tempat semula. Saat itulah ia mendengar sebuah suara dari atas pohon.

“Kamu tersesat bukan? Akuilah!” kata suara itu.

Si Kupu-kupu Pintar mendongakkan kepala, lalu terbang ke atas pohon. Ia menemukan asal suara itu. Seekor elang tengah berdiri dengan tatapannya yang tajam.

“Oh, hai!” sapa si Kupu-kupu. “Kau pasti elang …”

“Sudahlah, aku sudah mengamatimu dari tadi,” potong si elang sambil menatapnya tajam. “Kenapa kamu tidak mau bertanya saja? si gajah adalah pengingat yang baik, dan si kelinci itu juga sudah menjelajahi seluruh hutan, sampai susah sekali kutangkap.” kata si elang bijaksana. 

Si Kupu-kupu Pintar memalingkan wajah. Ia sangat malu karena ketahuan.

“Kulihat kamu punya banyak pengetahuan. Tapi tahukah kamu apa yang membuat kamu terus punya pengetahuan baru?” 

Kupu-kupu menatap si elang, lalu menggeleng.

“Bertanyalah, Kupu-kupu kecil,”

Kupu-kupu Pintar terhenyak. Dia lupa bahwa sebelum dia banyak membaca buku dan mendengar cerita, dia senang bertanya. 

Kupu-kupu mulai tersenyum kembali, dengan malu-malu, ia pun bertanya,

“Emm, Pak Elang, aku tersesat. Tahukah kau jalan menuju air terjun kupu-kupu?” kata si Kupu-kupu Pintar sambil menunduk. 

“Tentu. Ikutilah arah matahari tenggelam, kau akan menemukannya,” jawab si elang dengan bijaksana.

Kupu-kupu tersenyum lega. Dia berterima kasih lalu terbang mengikuti arah matahari tenggelam. Tak lama, dia pun melihat rumahnya. Si Kupu-kupu Pintar bersyukur, kini ia bisa beristirahat dengan tenang. 

 

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar