Mengejar Idola Cilik Bagian 2

Bab 2 Karina Bikin Heboh

Sesampainya di rumah Alesha, mereka uring-uringan. Mereka tak mau bisnis mereka hancur karena laporan Karina, bagaimana ya?

“Sudahlah, beri dia komiknya dahulu. Kita akan tagih uangnya keesokan harinya.” Kata Naya pasrah.

“Pengen lihat, dia bayar atau tidak. Sekali ini saja ya!” balas Alesha mengangguk.

Esoknya, Naya memberikan Karina buku itu, Karina puas dan langsung membacanya. Naya senang, Karina suka buku yang ia beli. Tapi, ia belum membayar buku komik itu. Lantas, bagaimana mereka bisa mendapatkan uang dari Karina?

“Sudah diduga,” Alesha cemberut.

“Karina, uangnya mana?” Tanya Naya, Karina memutar bola matanya.

Hari itu, adalah hari ketiga Naya dan Alesha menagih uang Karina semenjak ia mendapatkan buku komik itu.

“Yaelah, kenapa sih kalian menagih aku terus. Aku bakal bayar kok! Gimana sih!? Dasar mata duitan!” Kata Karina, Alesha sebal.

“Siapa yang ditagih, siapa yang marah.Sering terjadi pada anak-anak zaman sekarang,” Sindir Alesha.

Karina melotot. “Kalian tuh, mata duitan! Cuma uang dua puluh lima ribuan aja, sudah menaagih terus!” Seru Karina, Alesha mendengus.

“Siapa yang mata duitan, Karina?” Suara Alvaro, ketua kelas mereka.

“Itu tuh, Alesha dan Naya. Waktu itu, aku beli komik dari mereka. Terus, aku dikasih komiknya. Aku baca deh, mereka malah nagih-nagih terus dari tiga hari yang lalu. Kan, sebel.” Kata Karina, ia melirik ke arah Alesha dan Naya.

Semua mata murid-murid kelas itu menuju ke arah mereka, Alesha dan Naya menjadi gugup seketika.

“Kenapa tidak disegerakan membayar, Rin?” Tanya anak bertubuh jangkung itu, Karina gugup dan tak mampu menjawab.

“Kalau sudah membeli sesuatu, diusahakan membayar secepatnya. Kan, kasihan Alesha dan Naya kalau tak dibayar cepat. Siapa tahu, mereka membutuhkan uang itu.” Sahut Alvaro,semua siswa mengangguk.

“Kamu pasti bawa uang jajan kan? Ayo, dibayar dahulu.” Timpal Abiem, wakil ketua kelas.

Fiuh, lega. Ternyata, teman-teman sekelas membela mereka.

Karina menyodorkan pada Alesha uang dua puluh lima ribu, dengan malu-malu. Setelah itu, semua

murid duduk kembali di tempatnya masing masing. Mereka memulai pelajaran pagi itu, Alesha dan Naya lega karena Karina sudah membayar komik itu.

**

“Alhamdulillah, uang komik Karina sudah terbayar, ya! Aku senang sekali.” Sahut Naya sambil menyeruput es teh manis yang ia beli di kantin, mereka sedang ngobrol di kelas saat istirahat. Kelas yang berwarna oranye berpadu dengan putih ini sepi, hanya ada Alesha dan Naya. Murid yang lain sedang membaca di perpustakaan, jajan di kantin, atau sedang latihan untuk lomba.

“Naya, aku mau beli dong komiknya.”Kata Dirga, ia penasaran dengan komik yang terletak di

atas meja Naya dan Alesha. Komik itu masih mulus, dan berplastik.

“Oke, tapi uangnya?” Tanya Naya, Dirga menyerahkan uang sepuluh ribuan.

“Hmm.. nyicil dulu bisa? Uang jajanku setiap hari cuma segini.” Kata Dirga, Alesha hanya

mengangguk keheranan.

“Masak iya, uang jajanmu cuma sepuluh ribu Dirga?” Tanya Alesha.

Anak lelaki itu mengangguk lembut.

**

Namun esok harinya, Dirga hanya membayar lima ribu. Padahal, ia sudah bilang akan membayar sepuluh ribu setiap harinya. Karena komik yang dipilihnya berharga tiga puluh ribu. Dirga memang memilih komik yang sangat bagus.

“Maaf ya, teman teman. Hari ini, aku cuma bawa segini. Ibu membaginya dengan adikku. Ia selalu meminta lebih banyak dariku, padahal ibu sudah bilang kalau aku sekolah lebih lama. Jadi, aku membutuhkan energi yang lebih banyak. Tapi ya, begitulah.” Kata Dirga, iamenunduk malu.

“Oke, tak apa apa.” Kata Naya.

Kemudian ada Farel, yang duduk semeja dengan Dirga. Ia menghampiri mereka.

Ono opo, Dir?” Tanya anak yang berdarah Jawa itu, Dirga menceritakan hal yang terjadi.

O githu tho, ya wes tak bayarke kene. Noh Mir, lima welas ngewu. Kan, Dirga dah bayar separo.” Kata Farel dengan aksen jawanya, Dirga berterimakasih pada Farel. Memang Dirga juga sudah sering membantu Farel, jadi mereka sering saling membantu.

“Farel baik ya, suka berbagi.” Kata Dirga.

Alesha hanya mengangguk lembut dan memberikan komik yang dibeli oleh anak itu, kemudian Dirga segera menyusul Farel yang menunggunya di depan pintu kelas.

**

Setelah semua komik jualan mereka habis, mereka menghitung uangnya. Ternyata uang itu masih kurang untuk dua tiket konser Raina Gayatri, penyanyi yang juga jago menari itu.

“So, kita mau gimana?” Kata Naya sambil menelusuri artikel tentang penyanyi idolanya, Raina Gayatri di Google.

“Kekurangannya berapa sih?” Tanya Alesha, Naya melihat daftar harga tiket konser Raina.

“Seratus ribu doang kok, tapi uangnya itu lho dari mana?” Naya kebingungan, Alesha mencari akal.

“Uang jajan mu kan sehari, dua puluh ribu, aku juga. Jadi, mungkin dalam lima hari kita bisa ngumpulin uang itu!” Kata Alesha bersemangat, sementara Naya bingung.

“Maksudnya gimana sih?” Naya menatap Alesha,dan Alesha hanya menepuk jidatnya.

“Ya kita puasa jajan di kantin, lah. Gimana sih? Nanti, setiap hari kita bakal bawa bekal dari rumah sendiri sendiri. Jadi, kita tidak usah jajan di kantin.” Kata Alesha, Naya mengangguk.

Ia baru mengerti, dan Alesha hanya geleng-geleng kepala.

**

Dalam lima hari, mereka berhasil melakukan puasa jajan dan uang senilai seratus ribu itu terkumpul. Mereka pergi ke toko es krim milik Papa Alesha, mereka ditraktir es krim.

“Nah, Naya. Pesan sekarang saja, tiketnya. Sebelum kita kehabisan, tiket itu.” Saran Alesha sebelum menyuapkan sesendok penuh es krim vanila ke mulutnya sendiri.

“Oke!” Kata Naya, ia menyuapkan sesendok es krim stroberi dan mengambil ponselnya.

Alesha mendekat ke Naya, ia ingin melihat Naya memesan tiket konser Raina. Alesha juga terkadang memberitahu cara melakukannya ke Naya.

“Nah, itu aplikasi tempat membeli tiketnya, untung saja ketemu. Kenapa ya, aplikasinya agak

susah dibuka?” Tanya Naya, Alesha diam.

“Oh, mungkin banyak orang yang sedang membuka aplikasi ini juga. Kita harus berebutan tiket, dong. Ayo cepat, Naya!” Seru Alesha, Naya pun mempercepat proses pembeliannya.

Tersisa dua bangku di bagian tengah, tak terlalu jauh dari panggung. Naya segera memencet layar dan membeli dua tiket itu, untung saja keburu!

“Papa, aku mau pergi transfer tiket konser ya!”

“Hati-hati, kalian pesan tiket di agen resmi, kan?” Tanya Papa.

“Tentu saja, Om!” Sahut Naya.

Mereka berdua segera menghabiskan es krim mereka, pamit ke Papa Naya dan menyeberang

jalan untuk menstranfer uang pembelian tiket.

“Ini nomornya, jangan sampai salah kirim ya!” Kata Naya, ia memegangi ponselnya untuk Alesha sementara Alesha memencet angka-angka itu di mesin ATM.

“Oke, transaksi selesai! Hari Minggu kita berangkat!” Seru Alesha kegirangan, untung saja ATM sedang sepi jadi tak ada yang terganggu.

Hore, Alesha dan Naya akan pergi ke konser hari Minggu! Yeay!

Bersambung ke Bab 3

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar