Mengejar Idola Cilik Bagian 6

Bab 6 Awal Perpecahan

“Mau di mana?” Tanya Naya, Alesha menunjuk taman perumahan mereka.

Taman di perumahan mereka memang terkenal kebersihan dan keindahannya. Ada bangku-bangku dari kayu tertata rapi tersebar di taman, rerumputannya segar dan hijau, dan pohon menghiasi taman ini. Ada banyak jenis pohon buah serta tanaman obat-obatan. Oya, ada juga yang hanya hiasan lho.

Karena keindahannya, Alesha dan Naya akan membuat videonya di sana. Apalagi di hari Senin sore ini, taman sepi. Orang-orang masih kerja di kantor, atau hanya di dalam rumah. Anak-anak remaja yang biasanya berkumpul tak ada.

“Wah, sepi nih. Ayo, kita buat sekarang. Kalau banyak orang kan, berisik dan tentu saja aku malu.” Kata Naya, ia menaruh ponselnya di tripod yang ia bawa dari rumah.

Naya mengatur tempatnya, dan segera merekam. Mereka tak kompak, tarian yang mereka siapkan saat pelajaran pertama Pak Yudi tadi salah-salah.

“Ih, gimana sih?” Kata Alesha, Naya kesal.

“Sudah deh, kita nggak usah pakai koreografi. Lagipula kan ini lomba nyanyi, bukan lomba menari.” Kata Naya, Alesha mengangguk.

Mereka pindah tempat, dari yang awalnya berdiri di dekat pohon mangga ke tengah taman di bawah pohon kersen atau talok.

“Tiga, dua, satu! Action!” Kata Alesha layaknya seorang sutradara, Naya mulai menyanyi dan Alesha mengikutinya.

“Stop, stop, stop!!” Seru Alesha, ia mematikan videonya di ponsel Naya. Naya bingung, ia tak tahu apa yang salah.

“Suaramu fals, deh. Bisa nggak, bagusan dikit gitu loh?” Kata Alesha, Naya menghela nafas dan mengangguk dengan senyum simpul.

“Satu senyum, satu kebaikan. Uwoo..” Nyanyi mereka berdua, Alesha mengerutkan dahi.

“Stop, stop, stop!” Lagi-lagi ada yang salah, Alesha berjalan ke ponsel Naya dan mematikan

video tadi.

“Apalagi sih, Alesha?” Tanya Naya, Alesha memutar bola matanya.

“Waktu bagian ‘uwoo’ nya itu kamu kok jadi fals, sih?” Kata Alesha, ia mulai tak sabar. Naya mengangguk keras, dan berharap ini cepat selesai.

“Naya, coba kamu poles bibir kamu dengan lip gloss ini. Bibir kamu terlalu pucat, nanti disangka orang kamu lagi sakit. Nih!” Kata Alesha, Naya hanya menurutinya. Meskipun, ia sebenarnya kesal dibilang kalau bibirnya terlihat pucat.

“Satu senyum, satu kebaikaan! Uwooo!!” Nyanyi mereka, Alesha nampak kesal.

“Ih, Naya!! Suara mu kok fals banget, sih! Merusak lagu, deh. Kan beda banget, suaraku emang suara penyanyi. Kamu? Jelek!” Kata Alesha, kemarahannya meluap luap.

“Ih, ya itu memang suaraku! Kalau memang menurutmu suaraku jelek, ya bikin saja videonya sendiri!” Kata Naya, ia mengambil ponsel dan tripodnya lalu pergi.

“Huh! Ya terserah kamu!” Alesha merengut, dan pergi ke arah berlawanan dengan Naya.

**

“Assalamualaikum Mama, Alesha pulang.” Kata Alesha dengan nada sebal, Mama bingung.

“Tumben pulangnya cepat, biasanya harus dipanggil dulu baru pulang. Lalu, kenapa kamu?” Tanya Mama melihat muka Alesha, Alesha membaringkan diri di sofa biru lautnya.

“Naya tuh, Ma! Dia marah, suaranya kubilang fals dan jelek. Katanya, aku disuruh bikin video saja sendiri. Sebel banget, deh!” Seru Alesha, kekesalannya pada Naya makin meluap.

“Yaiyalah, Naya sebal. Mana ada yang nggak marah dan sebal kalau suaranya dikatai seperti itu?” Kata Mama, Alesha memutar bola matanya.

“Tapi kan, itu emang salahnya Ma. Aku bilangin dia kalau jangan fals, dia malah tambah fals.

Dia ngeyel banget, ih!” Seru Alesha sambil menutup matanya karena kesal, Mama menggeleng.

“Ya tapi, jangan begitu juga dong. Yang penting itu, persahabatan kalian. Jagalah kekompakan itu, dan itu akan jadi kenangan kalau kalian berpisah.” Kata Mama, Alesha hanya mendengus kesal.

“Udah ah, ngomong sama Mama bikin kesel! Mama malah memihak sama Naya, bukannya sama Alesha!” Kata Alesha sebal, ia masuk ke kamarnya dan menutup pintunya.

Alesha menyalakan lampu kamar, dan juga lampu hias yang ia beli bersama Naya. Lampu itu sering dipakai oleh Alesha saat membuat video untuk YouTube. Apa yang Alesha lakukan?

Alesha ternyata membuat video yang tadi gagal dibuat bersama Naya, Alesha tak mau kesempatan untuk dinner bareng Raina menjadi gagal. Ia menghafal liriknya sebentar, lalu bersiap untuk membuat video.

Ia memoles bibirnya dengan lip gloss merah muda. Ia memakainya dengan tipis-tipis, ia takmau terlihat menor.

“Senyumlah, senyumlah o, o.. ” Alesha tersenyum dan mematikan rekaman itu, ia tersenyum dan melihat hasilnya.

Hm.. bagus sih, tapi.. ada yang kurang. Rasanya ada yang hilang, ia tak tahu apa itu. Apakah itu kekompakannya dengan Naya?

Tiba tiba Alesha merasa bersalah pada Naya, tapi ia gengsi untuk minta maaf. Apalagi, ia masih sedikit kesal dengan Naya.

“Ah, nggak usah deh. Naya itu ngeselin kok, dia ngeyel banget.” Kata Alesha, pada dirinya sendiri.

Ia keluar dari kamar, dan mengambil es buah yang ia buat bersama Mama beberapa hari yang lalu dan membawanya ke kamar.

Ia mengambil ponselnya, melihat kembali video itu. Memang, video itu masih terlihat kurang. Ah, biarlah. Besok ia bisa membuatnya lagi, sendiri. Toh, suara Alesha jauh lebih bagus daripada Naya.

“Nyamm, kiwinya enak.” Kata Alesha, ia menggigit esnya lagi. Ia masih merasa bersalah pada Naya, aduh kenapa jadi begini?!

Bersambung ke Bab 7

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar