Mengejar Idola Cilik Bagian 8

Bab 8 Menang Kalah Itu Biasa

Setelah tahu mereka tak memenangkan lomba berhadiah makan malam bareng Raina, Alesha dan Naya nangis berdua di kamar Alesha. Mama Alesha yang baru saja pulang dari arisan, bingung.

“Eh, kenapa?” Mama panik, Alesha sesenggukan.

“Ma.. Mama… Ale nggak menang lomba nyanyi, Ma, huhuuu.”

Mama tersenyum, dan Naya hanya menangis.

“Ih, kirain kenapa. Lagipula, menang kalah itu biasa kok.” Kata Mama santai, mengelus jilbabnya yang harum.

“Tapi Tante, hadiahnya makan malam bareng Raina Tante! Naya pengen banget, bisa ketemu Raina. Huhuhu..” Jerit Naya histeris.

Mama berusaha menahan tawa.

“Oh, pantas saja kalian sampai menangis histeris. Tenyata hadiahnya dinner bareng Raina, toh. Tak apa, pasti ada kesempatan lain. Kamu bisa menulis di blogmu, Alesha. Bagaimana cara menghadapi kekalahan,” Hibur Mama Alesha, ia menaruh tasnya di meja belajar Alesha.

“Hiks..” Alesha mengusap air matanya yang mengalir deras.

“Bagaimana, kalau kita makan es krim gelato bareng?” Bujuk Mama agar dua gadis itu tak menangis lagi, Naya dan Alesha mengangguk sambil sesenggukan.

“Let’s go!” Seru Mama, ia meninggalkan kamar Alesha diikuti dua gadis itu.

Mama membuka kulkas, mengeluarkan sekotak gelato rasa stroberi dan rasa matcha. Mereka

bertiga menikmati gelato di meja makan. Enak sekali! Alesha dan Naya sudah tidak sedih lagi,

mereka jadi happy karena gelato. Gelato buatan Papa Alesha memang membuat hati senang!

“Nah, karena kalian sudah tidak sedih lagi. Mama mau kasih tahu, nih. Raina bakal ada meet

‘n greet di Gramedia Balai Kota, lho! Editor Mama yang bilang,” Mama membuat keduanya terkejut.

“Seriusan, Ma?” Alesha tak percaya, Naya cepat cepat membuka akun Instagram Raina. Ternyata kata Mama betul!

“Iya, di Gramedia! Oke, ayo kita kesana besok.” Kata Alesha, ia bersemangat lagi.

“Sama Mama saja, Mama besok mau ke rumah teman Mama. Jalannya searah, kok.” Ajak Mama.

Alesha dan Naya mengangguk. Kebetulan, besok mereka libur. Kakak kelas enam akan ada ujian nasional, dan mereka jadi libur. Yeay, libur!

**

Keesokan harinya, Alesha mengenakan sweater putih, dan celana legging hitam. Sedangkan, Naya menggunakan kaus bergambar mawar merah muda dan rok ungu pastel. Mereka sarapan di rumah Naya dengan bubur kacang hijau, dan segera memakai sepatu mereka. Mereka ke rumah Alesha dan menunggu Mama Alesha yang sedang berdandan.

“Yuk!” Ajak Mama, Alesha dan Naya mengangguk.

Telepon Mama berbunyi, Mama berhenti di ruang tamu dan menjawab telepon itu terlebih dahulu.

“Harus sekarang, Pak?” Kata Mama pada orang yang di telepon itu. Alesha menguping, dan penasaran apa yang sedang dibicarakan Mama dan orang itu.

Mama menutup telepon, dan berganti baju dengan baju yang lebih resmi. Ia melakukannya dengan cepat, seperti sedang dikejar oleh waktu.

“Ada apa, Ma?” Tanya Alesha, Naya juga penasaran.

“Maaf ya Ale, Naya. Mama tak bisa mengantar kalian, tiba-tiba editor untuk buku terbaru Mama ingin bertemu Mama sekarang. Dan, kantor penerbitnya sangat jauh. Jadi, Mama harus

berangkat sekarang. Tapi, arahnya beda. Jadi, kalian bisa pakai transportasi umum kan?” Jelas

Mama, Naya mengangguk.

“Nggak apa-apa, Ma. Kita kan, sudah besar. Bisa kok, mandiri.” Kata Alesha, ia tersenyum.

“Nih, Mama tambah uangnya. Hati hati, ya. Maaf ya, Nak.” Kata Mama, Alesha mengangguk.

“Bye, Ma!” Seru Alesha, Naya melambai pada Mama Alesha yang sudah ada di dalam mobil dan pergi.

“Jadi, kita mau pergi pakai apa?” Tanya Naya, Alesha bingung.

“Kalau pakai taksi online?” Tanya Alesha, Naya mengecek harga untuk pergi ke sana.

“Hah!! Mahal sekali!!” Seru Naya, ia sangat terkejut dengan harganya yang sangat mahal untuk isi dompet mereka.

“Wah, sepertinya kita tak bisa pergi dengan taksi online.” Kata Alesha, ia berpikir lagi.

“Hmm, bagaimana kalau pakai bus?” Tanya Naya, Alesha mengangguk. Tarif naik BRT kan, tak seberapa.

Mereka berjalan ke halte BRT yang ada di dekat perumahan mereka, sebenarnya itu agak jauh.

“Mbak, beli tiketnya dua.” Kata Naya, dan menyerahkan selembar uang sepuluh ribu. Mbak itu memberikan dua tiket dan uang kembalian.

Mereka menunggu bus itu tapi setelah tiga bus lewat, semuanya bukan jurusan yang dituju.

Alesha melihat jam tangannya, uh.. nanti lagi telat!

“Ayo, Nay. Kita naik angkot saja. Kalau kita menunggu Bus Trans, kita akan terlambat.” Alesha menarik tangan Naya.

“Oke!” Naya naik angkot bersama Alesha, ia duduk manis di paling pinggir.

Bersambung ke Bab 9

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar