Toko kue Tuan Pankie punya menu andalan, namanya Choco Softcake. Choco Softcake adalah bolu lembut yang dituang saus cokelat dan ditaburi kacang. Setiap hari kue itu selalu habis terjual.
Yang berjasa membuat kue itu jadi lezat adalah si Coko cokelat. Siapa yang tak suka dengan Coko? Aroma, kelezatan, dan gurihnya selalu dicari pengunjung.
Tapi sebenarnya, Coko merasa kesepian di rak dapur. Tidak ada teman seru yang mau diajak bersenang-senang. Hanya ada gula, tepung, dan kacang yang pendiam. Coko tidak punya teman untuk berbagi cerita.
Suatu malam, saat toko sudah waktunya tutup, anak sulung Tuan Pankie yang bernama Marlie berkata,
“Ayah, bagaimana kalau kita membuat menu baru?”
Tuan Pankie menaikkan alisnya. “Menu baru?”
“Ya. Tapi, kali ini bukan lagi dari cokelat, melainkan vanili,” jawab Marlie sambil membersihkan meja dapur. “Mungkin ada yang suka vanili. Menu kita pun jadi beragam!”
Coko yang baru sebentar memejamkan mata, terbangun mendengar penuturan Marlie.
“Teman baru? Itu bagus! Aku tidak akan kesepian lagi! Yuhuy!” Coko bersorak sambil melompat-lompat di dalam rak.
“Hm, boleh juga.” Tuan Pankie tersenyum mendengar ide anaknya.
***
Keesokan harinya, vanili sudah tiba di toko Tuan Pankie. Coko senang karena ia punya teman baru. Mereka pun berkenalan. Vano, nama vanili itu. Vano adalah teman yang menyenangkan. Ia suka bercerita tentang pengalamannya. Bersama Vano, Coko merasa waktu berlalu begitu cepat.
Hari pun berganti. Toko Tuan Pankie semakin ramai, karena pelanggan jadi punya pilihan. Cokelat atau vanili. Tetapi, Coko merasa ada yang aneh. Hatinya gundah. Namun, ia tidak mau menceritakan kegelisahannya itu pada Vano.
Saat jam istirahat,
“Ayah, bagaimana ideku? Cemerlang, ‘kan? Penjualan kue dengan vanili sangat tinggi!” seru Marlie sambil melempar asal topi dan celemeknya.
Para pegawai lain bertepuk tangan dan bersorak. “Tuan Marlie memang hebat!” puji mereka.
“Kurasa, orang-orang sudah bosan dengan cokelat,” kata Tuan Pankie.
Coko semakin sedih mendengar semua itu. Ia duduk di sudut rak sambil menutup matanya. Vano menghampiri Coko.
“Sekarang kau jauh lebih disukai daripada aku. Mereka melupakanku.”
“Tidak, Ko. Kau tetap favorit pelanggan,” hibur Vano.
***
Lama-kelamaan, menu cokelat tergeser oleh menu vanili. Vanili berada di posisi teratas di papan menu. Menu cokelat menempati posisi paling bawah. Para pelanggan lebih sering memesan Vano daripada Coko.
Tak sampai sebulan, nama Coko pun hilang dari papan menu. Dan, ini membuat persahabatan Coko dan Vano merenggang. Coko tidak di tempatkan lagi di rak. Melainkan di lemari khusus untuk bahan yang sudah hampir kadaluarsa.
***
Siang itu, lonceng pintu toko berbunyi. Tampak tiga pria setengah baya memasuki toko.
“Hai, teman! Lama tak bertemu!” seru Tuan Pankie gembira menyambut kedatangan teman-temannya.
“Sudah lama sekali kami tidak singgah di tokomu, Pankie,” kata pria dengan janggut panjang.
“Tapi, tokomu sedikit berbeda, ya.” Timpal pria lain yang bertubuh besar. Pria berjanggut mengangguk setuju.
“Berbeda?” Alis Tuan Pankie bertaut.
“Ya, harum tokomu tidak seperti yang dulu,” sahut pria berjanggut tadi.
Tuan Pankie pun segera mengajak teman-temannya duduk. Mereka menoleh ke arah papan menu.
“Di mana Choco Softcake-mu, Pankie?” tanya salah satu temannya. “Kau menghapusnya dari menu? Lalu, apa pula ini? Vanilla Cupcake? Vanilla Softcake? Di mana semua menu cokelatmu?”
“Aku tidak membuatnya lagi sekarang,” jawab Tuan Pankie, membuat teman-temannya terkejut.
“Padahal kami datang ke sini untuk menikmati cokelatmu yang lembut.”
Wajah ketiga temannya mulai kecewa. Tapi cepat Tuan Pankie mengatasi keadaan.
“Tenang saja, aku akan membuatnya untuk kalian.”
Di dapur, ia menyampaikan pesanan teman-temannya kepada para koki. Tapi sayang, mereka lupa takaran untuk membuat Choco Softcake.
Akhirnya, Tuan Pankie yang harus turun tangan, Ia mengambil Coko dari lemari khusus. Coko terkejut. Ia berpikir Tuan Pankie akan membuangnya. Tapi tidak! Yeee, aku dipakai lagi, gumam Coko senang. Coko rindu suasana seperti ini. Vano pun ikut senang.
Tak lama, pesanan teman-teman Tuan Pankie siap. Pelayan menghidangkannya. Harum kue cokelat itu menggoda selera pengunjung lain.
“Ah, aku jadi ingin merasakan lagi bolu cokelat favoritku,” ujar seorang ibu. “Pelayan! Aku pesan Brownies Sweet!”
“Aku Choco Softcake!”
“Choco Cupcake!”
Hoho, ternyata banyak yang rindu dengan Coko.
Sejak saat itu, Coko kembali digemari. Pengunjung boleh suka dengan Vano, tetapi mereka tidak akan lupa dengan Coko. Marlie punya ide. Ia akan membuat kue Chocovanilla Softcake. Hmm… Yummy! ***