Monster Gigi

“Nyam, nyam, nyam…” 

Umar mengunyah coklat dengan nikmat sekali. Satu buah coklat ukuran kecil sudah ia habiskan sembari menonton serial kartun kesukaannya. Coklat habis, Umar berlari ringan menuju lemari es. Ia ingat bahwa ada stok es krim yang abahnya beli kemarin. Umar menarik kursi di meja makan, lalu menaikinya. Ia membuka pintu freezer, hembusan uap dingin mengenai wajahnya. Di dalam freezer tersebut ada beberapa varian es krim, yaitu vanila, stroberi, mangga, dan coklat. Umar mengambil es krim varian vanila, kemudian menutup kembali pintu freezer. 

Ia berjalan kembali ke ruang tengah sambil membuka kemasan es krim. 

Slurp, slurp, slurp… 

Rasanya manis dan harum vanila serta sensasi dingin menyatu. Nikmat sekali! Umar memakan es krimnya dengan pelan sembari melanjutkan tontonannya tadi. 

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00, waktunya untuk tidur. Umma pun mematikan televisi. 

“Umar, sebelum tidur gosok gigi dan wudhu dulu, ya,” kata umma. 

“Iya, Umma,” kata Umar sambil menahan kantuk dan rasa lengket di tangannya bekas es krim yang meleleh. 

Umar pun berjalan ke kamar mandi sambil menguap beberapa kali. Matanya sudah terasa berat. Setiba di kamar mandi, Umar hanya mencuci tangan dan membasuh wajahnya saja, karena sudah sangat mengantuk. Ia ingin segera tidur. 

Selesai kegiatannya di kamar mandi, Umar langsung naik ke kasur dan terlelap. 

*** 

Tiba-tiba Umar berada di sebuah tempat yang asing, ia bingung melihat lingkungan sekitarnya yang gelap. Di kejauhan ia melihat sebuah cahaya yang cukup besar. Cahaya itu semakin mendekat dan ternyata itu adalah sesosok monster gigi bolong yang menyeramkan. 

Monster itu tertawa besar dan suaranya menggema. “Hahaha… hahaha… akulah monster gigi bolong! Hahaha…” seru si monster suaranya terdengar menyeramkan. 

Melihat penampakan monster membuat Umar ketakutan. Ia pun berlari berusaha menghindari monster tersebut. 

“Mau ke mana kamu, Umar? Kamu tidak gosok gigi, ya?” monster gigi bolong terus mengejar Umar. 

Umar terus berlari menghindari kejaran si monster yang akan menangkapnya. Namun, tiba-tiba bruk! Umar terjatuh kakinya tersandung akar pohon besar. Ketika menoleh ke belakang, ternyata monsternya semakin dekat. 

“Aarrgghh…!” Umar berteriak. Ia pun terbangun dan sadar ternyata tadi adalah mimpi. 

“Aduh…” Umar mengeluh ia merasakan sakit di pipi bagian kiri. Tapi yang sakit adalah giginya, rasanya nyut-nyutan. 

Umar mencoba menahan nyeri giginya, namun semakin ditahan semakin terasa sakit. Kemudian ia berjalan ke luar dari kamar menuju dapur. 

Di dapur ada umma yang sedang menyiapkan sarapan. Umma melihat Umar yang tengah memegangi pipi kirinya sambil meringis. 

“Umar, kamu kenapa, Sayang? Sakit gigi, ya?” tanya Umma sambil menghampiri Umar yang kini duduk di kursi meja makan.

Umar mengangguk, matanya mulai mengembun. 

“Semalam kamu gosok gigi nggak?” 

Umar menggeleng sambil sedikit nyengir. 

“Tuh kan, makanya jadi sakit giginya. Coba Umma lihat giginya yang sakit?” Umma melihat-lihat ke dalam mulut Umar, mencari gigi yang sakit. Ternyata gigi geraham kiri bawah ada yang bolong. 

“Gigi kamu ada yang bolong, Sayang. Umar juga kemarin makan makanan manis, kan?” 

“Hehe, iya, Umma. Semalem juga Umar mimpi buruk, dikejar monster gigi bolong, serem banget!” Umar berkata sambil bergidik takut.  

“Subhanallah, mimpi buruk itu datangnya dari setan, Sayang. Ya udah, sekarang Umar gosok gigi lalu wudhu dan sholat subuh, ya.” Kata Umma sambil mengelus-elus kepala Umar. 

“Iya, Umma.” Kemudian Umar turun dari kursi, berjalan menuju kamar mandi hendak melakukan apa yang umma perintahkan. Di dalam pikirannya, Umar merasa menyesal juga karena tidak menuruti perkataan umma. 

Selesai melaksanakan sholat subuh dan gosok gigi, Umar kembali ke dapur ia mau sarapan bersama abah dan umma. Umar mencoba tetap memakan sarapannya yaitu sereal sambil menahan nyeri di giginya. 

“Aduh sakit…” Umar mengeluh sakit sambil memegangi pipinya. 

“Umar Sayang, Umar harus sabar dan tidak boleh mengeluh. Karena sakit bisa menggugurkan dosa-dosa kita, jika kita bersabar menerimanya.” Ujar abah menasehati Umar.

Umar mengangguk pelan. 

“Betul, pagi ini kita ke dokter gigi, ya, Umar. Setelah itu Umar harus rajin sikat gigi, supaya giginya sehat.” Kata umma. 

“Iya, Umma. Umar janji akan rajin sikat gigi.” Balas Umar dengan anggukan yang mantap. 

Ia bertekad untuk rajin sikat gigi supaya giginya sehat dan ia juga tidak mau bermimpi bertemu dengan monster gigi bolong yang menyeramkan.

Sumber gambar : Dinkes.jogyaprov

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar