Nastar Tia

Hari raya Idul Fitri tinggal menghitung hari. Tetapi Tia justru terlihat murung. Lebaran kali ini akan menjadi lebaran yang sepi bagi Tia, karena ayahnya telah meninggal dunia. Kini, Tia hanya tinggal berdua dengan ibunya saja.

Meja makan terlihat sepi. Biasanya ketika lebaran akan tiba, ayah Tia akan membeli bermacam-macam kue untuk menyambut hari raya. Tia menjadi semakin sedih karena teringat sang ayah.

“Tia, ikut ibu pergi ke pasar yuk sayang,” seru ibu

“Tia malas Bu.”

“Ayolah Tia, ibu mau membeli bahan-bahan untuk membuat kue lebaran nih.”

Mendengar kata kue, Tia segera bangkit dan menemui ibunya. Mereka berdua segera pergi membeli bahan-bahan kue di pasar.

“Tumben ibu mau bikin kue lebaran sendiri?” tanya Tia

“Sesekali ibu mau coba buat sendiri. Nanti Tia bantu ya. Rasanya pasti enak,” ucap ibu sambil tersenyum.

Mereka akhirnya pulang dan menaruh barang-barang di atas meja dapur. Ada tepung terigu, telur, gula halus, margarin, mentega, gula halus, vanili, minyak goreng, susu bubuk dan selai nanas.

“Aha Tia tahu Bu. Ibu pasti mau buat kue nastar bukan?”

“Betul Tia. Kue nastar adalah kue klasik lebaran dengan isian selai nanas. Tia suka?”

“Suka sekali. Ayo Bu kita buat sekarang.”

Ibu mulai memasukkan margarin, mentega dan gula halus. Kemudian ibu menggunakan mixer dan mencampurkannya sampai rata. Tia memisahkan putih dan kuning telur. Lalu kuning telur dimasukkan ke dalam campuran margarin, mentega dan gula halus tadi.

Kemudian ibu kembali menambahkan tepung terigu, vanili dan susu bubuk. Setelah semuanya tercampur rata, ibu lalu mengaduk adonan dengan menggunakan spatula. Lalu ibu kembali menguleni adonan dengan tangan hingga benar-benar kalis dan lembut.

“Sudah selesai Bu?” tanya Tia

“Belum sayang. Setelah adonannya jadi, kita ambil sedikit adonan, pipihkan lalu taruh selai nanas sekitar satu sendok teh di dalamnya. Kemudian kita bulatkan. Lihat seperti ini.” Ibu menunjukkan cara membuat kue nastar. Nastar ibu terlihat bulat sempurna.

“Ibu, Tia mau coba buat juga.”

“Boleh. Ayo Tia kita buat yang banyak.”

Tia jadi bersemangat. Saking semangatnya, Tia lalu mengisi selai nanas banyak sekali hingga kadang adonan yang dia buat tidak dapat tertutup rata karena terlalu banyak selai di dalamnya.

“Tia, selainya jangan terlalu banyak.”

“Ah biar saja Bu. Jadinya nanti nastarnya makin enak karena isiannya banyak. Pokoknya yang ini punya Tia. Biar Tia yang makan.”

Ibu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Tia. Setelah semua adonan selesai dibentuk, ibu segera mengolesinya satu persatu dengan kuning telur dan memanggang adonan di dalam oven.

“Sekarang kita tunggu sekitar tiga puluh menit sampai kuenya matang. Tia sapu rumah dulu ya, ibu mau mencuci piring.”

“Siap ibu,” seru Tia sambil bergaya hormat.

Tia suka sekali kue lebaran terutama kue nastar. Rasa nanas yang manis ditambah kue yang renyah membuat Tia senang dan suka sekali kue nastar. Kadang saking sukanya, Tia bisa makan satu toples kue nastar sendirian.

Tiga puluh menit telah berlalu. Bau harum kue mulai tercium. Alangkah terkejutnya Tia. Kue nastar buatan Tia berantakan dan lengket karena selai nanasnya menyembul keluar. Nastar Tia tidak tertutup rata dan rapi seperti buatan ibu.

“Uh, terlalu manis dan lengket sekali. Rasanya tidak enak,” keluh Tia

“Ibu tadi sudah bilang bukan? Sedikit saja Tia. Kalau kita membuat kue ada takaran bahannya. Jangan terlalu banyak, tetapi jangan terlalu sedikit juga. Lihat, sekarang kue Tia jadi terlalu manis karena Tia menaruh selai nanas kebanyakan.”

Tia hanya menunduk malu.

“Nih cobain punya ibu juga,” seru ibu sambil menyuapi nastar buatannya ke mulut Tia

“Wah enak sekali! Ibu, Tia minta maaf ya. Seharusnya Tia patuh pada nasihat ibu. Kalau Tia patuh pasti semua kuenya akan terlihat bagus dan enak.”

“Tidak apa-apa sayang. Namanya juga baru belajar. Kalau mau membuat kue yang lezat, jangan terburu-buru dan ikuti resep yang ada. Sekarang ayo bantu ibu menaruh kue-kue ini di toples.”

Tia tersenyum. Lebaran kali ini Tia mendapatkan pelajaran berharga. Bahwa kita harus menaati perkataan orangtua dan jangan terburu-buru dalam melakukan sesuatu. Meski kali ini Tia harus menjalani lebaran tanpa ayah, tetapi Tia merasa lebaran kali ini akan tetap terasa manis. Seperti kue nastar buatan ibu.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar