Perjalanan Lio ke Sawah

Sekolah Cinta Alam akan mengadakan kegiatan jalan santai. Lio sudah siap dengan pakaian olahraga. Ibu juga sudah menyiapkan bekal untuk makan siang dan cemilan. Cemilan adalah makanan ringan yang dibeli di sebuah minimarket dekat rumahnya.

Setelah sampai di sekolah Lio bergabung dengan teman-temannya yang sudah ramai di depan kelas.. Bu Ina selaku wali kelas tiga memberi aba-aba untuk berbaris dan memberi pengarahan. Lio sangat gembira hari ini karena akan belajar di luar kelas. Sepanjang perjalanan Lio bercanda dengan teman-temannya. Perjalanan semakin menyenangkan ketika melewati persawahan.

Lio melihat di aliran sungai tepi sawah sangat jernih. Ikan-ikan kecil berenang berkejaran. Lio juga melihat ada capung dan kupu-kupu yang beterbangan berkejaran. Lio dan teman-temannya bahkan sempat berlari mengejar capung dan ingin menangkapnya. Namun mereka kalah lincah dengan capung. Capung dengan lihainya menghindar dari usaha anak-anak menangkapnya.

Capung-capung itu seperti menggoda dengan terbang rendah dan hinggap di batang rumput. Begitu tangan anak-anak hampir menangkapnya capung itu dengan cantiknya terbang. Lio dan teman-teman bukannya kecewa tidak bisa menangkap capung, tetapi mereka malah tertawa. Sepertinya mereka sedang bercanda dengan binatang yang bentuknya seperti helikopter.

Berlarian di pinggir sawah dengan suasana alam ternyata sangat menyenangkan. Setelah lumayan berjalan Bu Ina mengajak anak-anak untuk beristirahat di tempat yang teduh. anak -anak pun ribut membuka bekal mereka. Mereka saling berbagi bekal dengan teman-temannya. Seperti halnya Nino yang melihat bekal Lio.

“Lio, kamu bawa apa kok sepertinya enak?” tanya Nino

“Ini nasi yang dibungkus telur dadar dan nori.” jawab Lio.

“Kok, tidak ada sayurnya?” tanya Nino lagi sambil melihat bekal Lio

“Aku tidak suka sayur.” sahut Lio sambil menyuapkan nasinya ke mulut.

Nino kemudian ikut mencicipi makanan Lio. Lio melihat bekal Nino ada rolade dari sayur, dia juga ikut mencicipi dan rasanya enak. Hingga tak sadar kedua anak saling tukar bekal mereka. Lio yang tidak suka sayur menghabiskan rolade yang ternyata terbuat dari sayuran.

Setelah itu mereka membuka makanan ringan mereka. Sambil ngemil mereka mendengarkan Bu Lia yang sedang menjelaskan tentang asal mula beras yang kita makan. Anak-anak sangat antusias mendengarkan cerita dari Bu Lia. Beras dihasilkan dari perjuangan petani yang menanam padi. Mereka akan memulai dengan mengolah tanah dengan membajak. Menyemai padi supaya menjadi bibit. Kemudian memindah bibit ke area yang sudah disiapkan untuk menanam padi.

Petani tidak hanya berhenti sampai disini, mereka akan dengan telaten menengok sawah. Mengambil rumput-rumput liar yang nantinya akan mengganggu pertumbuhan padi. Ketika padi sudah mulai menguning mereka akan mengusir burung-burung yang memakan bulir-bulir padi. Luar biasa kerja keras petani. Bu Lia mengajak anak-anak mengucapkan terima kasih kepada para petani yang sedang ada di sawah. Para petani yang sedang di area sawah sangat senang anak-anak datang ke sawah.

Seandainya para petani sudah malas menanam padi mereka tidak bisa makan nasi dengan baik. Setelah puas memandang hamparan sawah yang hampir menguning mereka memutuskan kembali ke sekolah. Sebelum pergi Bu Lia menyuruh membersihkan tempat duduk mereka dan tidak boleh meninggalkan sampah. Lio dan teman-temannya memunguti kembali sampah yang tadinya sempat dibuang.

Mereka tidak lupa memisahkan sampah dari plastik dan yang bisa mengurai. Sampah yang bisa mengurai mereka kumpulkan jadi satu dan dibuang ke tempat sampah di dekat sawah. Sampah itu nantinya akan dijadikan pupuk. Sementara sampah dari plastik mereka bawa pulang. Apabila nanti menemui tempat sampah mereka akan membuang bungkus-bungkus makanan tersebut.

Lio dan kawan-kawan tidak ingin sampah plastik itu mengotori sawah ataupun sungai yang ada di pinggirnya. Mereka sayang terhadap alam dan ingin menjaga kelestariannya. Supaya tanah sawah akan tetap subur dan dapat menghasilkan hasil padi yang berlimpah.

Sepulang dari kegiatan jalan-jalan Lio bercerita kepada ibunya. Lio merasa senang bisa pergi ke sawah dan mengetahui bagaimana asal mula nasi yang dimakannya. Melalui prose panjang agar berujud menjadi nasi. Lio yang tadinya makan tidak habis menjadi habis. Lio mengingat petani yang menanam padi dengan kerja keras. Dari mulai mengolah tanah supaya gembur, mengairi, menanam bibit padi. Setelah padi tertanampun masih menjaga agar rumput tidak menganggu tumbuhnya padi. Ketika padi mulai menguning masih menjaga agar tidak dimakan burung dan ulat. Ibu menjadi bangga terhadap Lio karena sudah menghargai nasi. Sekarang setiap makan Lio mengambil secukupnya kira-kira dia bisa menghabiskan. Piring selalu bersih tidak ada sisa sebutir nasipun.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar