Persahabatan Momo dan Ipan

Di sungai Brantas, hiduplah seekor buaya hitam bernama Momo. Sungai itu berada di dalam hutan rimba. Suasana sekitar sungai Berantas sangatlah sepi. Jarang sekali ada orang berkunjung ke sungai itu. Mereka takut, karena kabarnya ada buaya di sungai tersebut.

Momo selalu memilih mendarat di pinggir sungai setiap harinya. Di tempat itu, ada seekor katak hitam. Hewan-hewan lain memanggilnya dengan Ipan. Si Momo sering melihat Ipan.

Awalnya si Ipan takut sekali apabila melihat Momo. Momo sedang terdampar di pinggir sungai.

“Aduh, si Momo datang lagi.”

Melihat Momo datang ke tepi sungai, Ipan segera pergi. Ternyata sifat buaya hitam berbeda dengan sifat buaya pada umumnya.

“Hai, Ipan… Mau kemana?”

Ipan mencoba menghindar dari si Momo.

“Aku takut denganmu!” ucap Ipan dengan nada gemetar.

Ipan melangkah mundur berangsur-angsur.

“Kamu mau mencelakaiku?”

Wajah ipan menandakan sangat ketakutan berdekatan dengan Momo.

“Aku hanya ingin berteman denganmu, Ipan.”

Ipan langsung menghentikan langkah kakinya. Momo bergegas mendekati Ipan.

“Aku ingin bersahabat denganmu!” ucap Momo sembari menjulurkan kaki kanannya.

Ipan menerima Momo sebagai sahabatnya. Momo kemudian berjanji tidak akan mencelakai Ipan.

Momo dan Ipan setiap hari bermain bersama di pinggir sungai. Mereka saling memberi dan saling membantu apabila salah satu dari mereka mengalami kesulitan atau musibah.

“Ipan, kamu kenapa? Sakit?”

“Iya, agak kurang sehat.” jawab Ipan sambil tiduran di tempat tidur.

“Aku akan mencari seorang Tabib.”

Momo menyelam ke dalam sungai. Dia berenang menuju seberang sungai, ke tempat tinggal tabib tersebut. Si kera berkulit cokelat sangat terkenal bisa menyembuhkan banyak penyakit.

“Tabib, tolong sahabatku. Dia sedang kurang sehat.”

“Ya, Momo.”

Bergegas, tabib langsung mengambil tas hitam di dalam rumah.

“Ayo, naik ke punggungku.” ajak Momo.

Tabib naik ke punggung Momo. Momo segera menyeberang balik menuju rumah Ipan.

“Ipan, ini tabib sudah sampai.”

Momo dan tabib menemui Ipan yang sedang tiduran di kamar.

“Gejala seperti ini mulai kapan?”

“Tadi malam.”

Tabib memeriksa seluruh anggota badan Ipan.

“Kamu kelelahan dan kurang istirahat. Saya beri beberapa ramuan.”

Tabib meracik ramuan sendiri. Lalu, tabib memberikan ramuan itu kepada Ipan.

“Silahkan, diminum.”

Ipan langsung meminum ramuan tersebut.

“Saya pamit dulu, ya.”

“Terimakasih, Tabib.”

Momo sudah mempersiapkan beberapa buah pisang untuk Tabib.

“Tolong, ini diterima, Tabib.”

“Terimakasih, Momo.”

Momo mengantar lagi Tabib ke rumahnya.

Suatu hari, ada seekor ular cokelat datang mau memakan Ipan. Ular itu dikenal galak. Dia memakan semua mangsa yang ada di depannya. Nama ular itu dikenal dengan si Comel. Di saat itu, Momo sedang menuju tempat si katak. Comel bersiap-siap mau memakan Ipan dari arah belakang .

“Hai, Comel! Jangan kau sakiti sahabatku!”

Buaya langsung menggigit ekor si Comel.

“Aduh…! Ternyata kau menyerangku, tunggu balasanku!”

Terjadilah perkelahian yang seru antara Comel dan Momo. Mereka saling menyerang dengan kuat. Gigitan mereka berulangkali, hingga menumpahkan banyak darah. Ipan melihat perkelahian itu dengan rasa cemas.

“Semoga mereka baik-baik saja.” doa si Ipan.

Darah dari Comel menetes di permukaan tanah. Setiap kali Comel berubah posisi badan, darah ikut menetes. Keadaan Momo juga sama. Ipan merasakan rasa sakit, dengan melihat Momo dan Comel terluka seperti itu.

“Tolong hentikan berkelahian kalian! Kasihan badan kalian!”

Spontan mereka berhenti. Ipan mendekati Comel.

“Aku obati lukamu.”

Ipan mengolesi beberapa luka dengan beberapa ramuan yang dimilikinya.

“Semoga segerah membaik.”

“Terimakasih, Ipan.” ujar Comel dengan suara lemah menahan sakit luka di badan.

“Ya, sama-sama. Tidak usah menjadi musuh, dengan persahabatan semua indah.”

“Ya, Ipan. Terimakasih nasihatnya.”

Ipan kemudian berbalik arah berjalan. Dia menuju ke Momo.

“Momo, kamu bisa ambil pelajaran dari persahabatan kita, ya?”

“Ya, Ipan.”

Ipan mulai mengobati semua luka yang ada di tubuh Momo.

“Semoga lekas membaik.”

Ipan menggadeng Momo untuk mendekat kepada Comel.

“Comel, maafkan aku, ya. Aku tidak akan mengulang lagi kesalahanku.”

“Aku juga minta maaf, aku galak ke kamu.”

Akhirnya, Momo dan Comel berpelukan. Ipan senang sekali bisa mengubah mereka menjadi teman.

Bagikan artikel ini:

Satu pemikiran pada “Persahabatan Momo dan Ipan”

  1. cerita Fabel yang begus pesan tersampaikan walau melalui perkelaian yang menyadarkan mereka bahwa persahabatan lebih indah dari pada permusuhan.

    Balas

Tinggalkan komentar