Di sebuah kerajaan makmur, bernama kerajaan Aruna tinggallah seorang putri yang cantik jelita. Dia satu-satunya penerus kerajaan yang sangat disayangi baginda raja dan ibu ratu. Ia bernama putri Lingga. Baginda raja adalah raja yang baik hati sekaligus pemimpin kerajaan yang mengutamakan kepentingan rakyatnya. Sedangkan ibu ratu adalah sosok wanita berhati lembut dan sangat mencintai keluarganya. Putri Lingga adalah sosok putri yang cerdas, mudah bosan dan penasaran akan suatu hal. Kehadirannya, membuat semua orang bersuka cita. Karena rasa sayang baginda raja dan ibu ratu yang melimpah kepadanya, mereka ingin membuat Lingga menjadi putri terbaik di negeri ini.
Sejak kecil, Lingga sudah dilatih untuk mengikuti berbagai kegiatan kebangsawanan. Dididik oleh guru terbaik agar ia tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berbudi.
Waktu berlalu begitu cepat, hingga Lingga tumbuh menjadi seorang gadis menawan. Dia juga melakukan rutinitas menjadi seorang putri. Bersosialisasi dengan anak-anak bangsawan, mengikuti pelatihan menari, bermain musik, belajar sastra dan berbagai bahasa. Hingga suatu hari, saat putri Lingga sedang terbaring di kamar tidurnya, tiba-tiba terlintas di pikirannya menjadi seorang gadis biasa.
“Hidupku selalu dimudahkan dan apapun yang kuminta, ayah dan ibuku selalu memenuhinya. Aku jadi penasaran bagaimana rasanya menjadi gadis biasa.” gumam Lingga pelan.” Ia berpikir sambil melamunkan dirinya jika menjadi seorang gadis biasa.
Sejak kecil sampai dewasa putri Lingga tidak pernah keluar jauh dari Istana. Ke mana pun ia pergi, ia selalu dikawal oleh pasukan. Semua orang yang melihatnya langsung memberi hormat kepadanya. Kadang-kadang ia merasa tidak bisa bebas meskipun pengawalnya hanya ditugaskan untuk melindunginya. Putri Lingga ingin pergi kemanapun dengan bebas dan bisa melihat banyak hal selain istana.
Suatu pagi, putri Lingga membuat rencana untuk bisa keluar dari istana tanpa pengawalan. Ia ingin pergi ke desa dan berbaur menjadi orang biasa. Putri Lingga akan menyamar menjadi seorang gadis desa untuk melihat-lihat. Dengan penuh tekad dan sedikit trik, ia berhasil keluar istana tanpa sepengetahuan raja dan pengawal kerajaan.
Ia mulai menyusuri jalan sambil menyanyikan lagu favoritnya. Ia pergi ke tempat-tempat yang ingin dikunjungi. Putri lingga pergi ke pasar, melihat orang-orang bertani, melihat anak-anak kecil bermain dan berlarian dan melihat lalu lalang orang di jalan. Mereka tidak menyadari kehadiran Lingga dan itu membuatnya sangat senang.
“Hari ini adalah hari yang berkesan bagiku. Aku bisa melihat banyak orang dengan bebas.” Ucap Lingga sambil melihat-lihat sekitar.
Ia bosan berada dilingkungan istana dan selalu bergaul dengan anak-anak bangsawan.
“Jika aku menjadi gadis biasa, apakah aku akan punya teman yang tulus ?” tiba-tiba pertanyaan itu terlintas di pikirannya.
Tidak terasa hari sudah sore. Tanpa disadari, putri Lingga berjalan cukup jauh dari istana. Karena kegembiraannya, ia lupa untuk kembali ke istana secepatnya. Sementara keadaan kerajaan menjadi gaduh mengetahui putri Lingga menghilang. Baginda raja dan sang ratu sangat khawatir akan keselamatannya. Karena takut terjadi apa-apa, raja memerintahkan pasukan secara diam-diam untuk mencarinya.
Lingga lama-lama tersadar bahwa ia berjalan cukup jauh dan sudah banyak hal yang ia lihat. Ia akhirnya memutuskan untuk pulang. Saat menyusuri jalan untuk kembali, tanpa sengaja ia mendengar suara orang minta tolong. Lingga mencari sumber suara itu. Beberapa saat kemudian, ia melihat bahwa ada seorang gadis sedang memegang akar pohon untuk bertahan agar ia tidak terperosok ke jurang. Tanpa berpikir panjang, Lingga berlari ke arahnya dan menolongnya. Dia dengan sekuat tenaga berusaha menariknya agar gadis itu tidak terjatuh ke jurang. Dengan bantuannya, akhirnya gadis itu berhasil selamat.
“Apa yang kau lakukan sampai kau berada di situ. Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Lingga khawatir.
“Terima kasih telah menolongku. Aku tadi mencari tanaman herbal untuk ibuku dan secara tidak sengaja tergelincir hingga jatuh. Untung ada kamu yang membantuku”, ucap gadis itu sambil memburu nafas.
“Siapa namamu dan di mana rumahmu ?”
“Namaku Ratih dan rumahku tidak jauh dari sini. Oh ya, aku belum tahu siapa namamu.”
“Panggil saja aku Lingga”.
“Sepertinya, kamu bukan orang sini. Apakah kamu sedang tersesat?”
“Ya dan aku tidak tahu harus ke mana,” jawab Lingga bohong untuk menutupi identitasnya.
“Hari sudah mulai gelap, ayo menginaplah di rumahku. Besok akan kuantarkan kamu pulang sebagai tanda terima kasihku karena kamu sudah menyelamatkanku.” Ajak Ratih.
Setelah mengakhiri percakapan, Lingga memutuskan untuk menginap di rumah Ratih. Sepanjang perjalanan, mereka banyak bertukar cerita dan berbagi pengalaman. Mereka tertawa dan saling melempar lelucon. Tanpa disadari, akhirnya mereka tiba di sebuah rumah tua kecil bercat coklat dan berdinding kayu. Saat mereka masuk, nampak seorang wanita paruh baya sedang terbaring di tempat tidur. Dia adalah ibu Ratih yang sedang menderita sakit lumpuh.
“Ibu, ini kenalkan teman Ratih bernama Lingga. Dia malam ini apa boleh menginap disini bu ? Dia sedang tersesat.” Ucap Ratih pada ibunya.
“Boleh nduk, cantik sekali temanmu. Sepertinya dia bukan orang sini. Siapa namanya ?” tanya ibu Ratih.
“Lingga bu, dia memang bukan orang sini.”
Ratih tidak memberitahu ibunya tentang apa yang baru saja dialaminya. Dia takut ibunya menjadi sedih dan tidak akan mengizinkannya untuk mencari tanaman herbal untuk kesembuhan kakinya. Mendengar penjelasan Ratih, ibunya menyetujui Lingga untuk bermalam di rumahnya. Lingga merasa senang sekali karena keinginannya untuk berbaur menjadi orang biasa terpenuhi. Mereka bertiga berbincang-bincang dan saling tertawa. Ibu Ratih adalah sosok penyayang dan sabar. Sedangkan Ratih adalah gadis yang suka belajar dan sangat menyayangi kedua orang tuanya.
“Kalau boleh tahu, apakah sakit lumpuh ibu sudah lama ?” tanya Lingga disela-sela percakapan mereka.
“Sudah ndok sekitar 5 tahunan. Ibu sudah berobat ke mana-mana tapi hasilnya belum ada peningkatan. Setahun ini, Ratih mencoba belajar ilmu pengobatan hanya untuk menyembuhkan ibu. Ratih memang anak yang sangat baik. Maaf Ratih, ibu sudah menyusahkanmu”. Tutur ibu Ratih sambil berkaca-kaca.
“Tidak bu, Itu sudah menjadi tugas seorang anak untuk bisa membantu dan menjaga orang tuanya. Ratih ikhlas dan sangat menyayangi ibu”. Jawab Ratih lirih.
Mendengar percakapan mereka, ada sesuatu hal yang menampar Lingga. Kata-kata Ratih membuat Lingga termenung. Pikirannya tiba-tiba teringat kedua orang tuanya. Selama ini Lingga merasa dia belum menjadi anak yang bisa menjaga keluarganya. Lingga mengingat semua hal-hal nakal yang pernah dilakukannya. Termasuk kabur dari istana. Lingga merasa bersalah karena dia tidak memikirkan perasaan orang tuanya.
“Ratih apakah selama ini kamu yang menemani ibumu sendiri ? Kalau boleh tahu, ke mana ayahmu Ratih ?” tanya Lingga penasaran.
“Ayahku meninggal saat aku belum genap berusia 1 tahun. Menurut ibu, dia adalah sosok ayah yang hebat meskipun aku belum mengenalnya. Kata ibu, dia sangat menyayangi keluarganya. Dulu ayahku bekerja sebagai tabib di sebuah kapal milik saudagar. Tetapi nasib malang menimpa ayah. Kapal itu mengalami kecelakaan. Semenjak itu, ibu berusaha membesarkanku sendirian. Tak berselang lama, kejadian nahas pun terjadi. Ibu terjatuh di pemandian dan mengalami kelumpuhan. Kita sudah berobat tapi ibu belum bisa sembuh secara total”. Tutur Ratih panjang lebar.
Mendengar penjelasan Ratih, membuat Lingga terharu dan ingin membantu mereka.
“Besok, saat kamu mengantarkanku ke rumah, maukah kamu bertemu ayah dan ibuku ?” pinta Lingga.
“Ya Lingga, tapi aku tidak bisa lama karena ibuku sendirian di rumah”.
“Baiklah kalau begitu. Aku setuju”.
Keesokan harinya, Ratih mengantarkan Lingga ke rumahnya. Dia berjanji kepada ibunya, bahwa dia tidak akan lama di sana. Selama perjalanan mereka berbicara tentang hobi dan kesukaan masing-masing. Lingga merasa Ratih adalah teman yang menyenangkan. Lingga memutuskan saat mereka sampai di istana, dia akan menceritakan Ratih dan ibunya kepada baginda raja dan ibu ratu. Lingga ingin membantu mereka karena Ratih dan ibunya adalah orang baik yang pantas menerima hal-hal baik. Mungkin inilah alasan kenapa hatinya meminta nya untuk keluar istana. Untuk bertemu Ratih dan ibunya. Merasakan menjadi orang biasa yang bisa melihat kesabaran mereka.