POHON KOCAK DI DESAKU

Di sebuah desa kecil bernama Desa Mentari, terdapat sebuah kebiasaan unik yang menjadi ciri khas budaya masyarakatnya. Budaya itu adalah kegemaran menanam pohon di sekitar desa. Di setiap sudut, di setiap pekarangan, bahkan di tengah jalan desa pun bisa ditemui pohon-pohon yang tumbuh subur. Desa Mentari memang layak disebut sebagai “desa pohon” karena di sana, pohon bukan hanya menjadi peneduh, tetapi juga menjadi bagian hidup dan kebahagiaan penduduknya.

Cerita ini bermula dari seorang anak muda bernama Andi, yang baru saja kembali ke Desa Mentari setelah menyelesaikan pendidikan di kota besar. Andi sangat terkejut melihat betapa subur dan rindangnya desanya dengan berbagai jenis pohon yang tumbuh di sekelilingnya.

“Sungguh, apa yang membuat desa ini menjadi seperti hutan mini?” gumam Andi, heran.

Andi pun bertanya-tanya kepada Pak RT, tokoh paling berpengaruh di desa itu. Pak RT menjelaskan dengan penuh semangat, “Di Desa Mentari, pohon adalah teman hidup kita. Mereka memberikan udara segar, teduh di siang hari, dan bahkan buah yang lezat. Kita merawat mereka sebagaimana mereka merawat kita.”

Andi tersenyum mendengar penjelasan itu, dan dia pun berusaha menyatu dengan budaya desanya. Setiap pagi, dia rajin menyiapkan peralatan berkebun, dan tanpa ragu-ragu, dia ikut menanam pohon bersama warga desa lainnya.

Namun, tidak semua pengalaman Andi dalam menanam pohon berjalan mulus. Ada satu kejadian lucu yang terjadi saat dia mencoba menanam pohon mangga di pekarangan belakang rumahnya. Saat itu, dia sedang asyik-asyiknya menggali lubang untuk menanam bibit mangga, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang licin dan bergerak di bawah tanah.

“Duh, apa ini?” serunya sambil mengeluarkan tangan dari lubang.

Ternyata, yang dia gali adalah seekor cacing besar yang baru saja menggali liangnya di tanah. Cacing itu meloncat ke udara, membuat Andi terkejut dan terjatuh ke belakang. Warga desa yang melihatnya hanya bisa tertawa melihat tingkah kocak Andi dengan cacing itu.

Andi menggelengkan kepalanya sambil tertawa, “Baiklah, mungkin aku lebih baik menanam pohon mangga di tempat lain.”

Meskipun ada kejadian lucu seperti itu, Andi semakin mencintai kebiasaan menanam pohon di desanya. Dia merasa seperti memiliki ikatan yang kuat dengan alam setiap kali dia merawat pohon-pohon di sekitarnya.

Tidak hanya kejadian kocak yang terjadi, namun ada juga kisah menarik tentang pohon-pohon di Desa Mentari. Salah satu kisah yang terkenal adalah tentang Pohon Ketawa, sebuah pohon besar yang tumbuh di tengah-tengah desa. Konon, setiap kali ada orang yang lewat di dekatnya, pohon itu akan bergoyang-goyang dan dedaunan di atasnya seolah-olah ikut tertawa. Tentu saja, hal itu hanya mitos belaka, tetapi cerita tentang Pohon Ketawa selalu menjadi sumber hiburan dan kekaguman bagi penduduk desa.

Selain itu, ada pula Pohon Bicara, sebuah pohon bambu tua yang konon bisa berbicara dengan siapa pun yang mendekatinya dengan hati yang tulus. Meskipun keberadaan pohon tersebut belum pernah dibuktikan secara ilmiah, namun cerita tentang kemampuan berbicara pohon itu menjadi legenda di Desa Mentari.

Andi merasa terpesona dengan berbagai cerita dan legenda tentang pohon-pohon di desanya. Baginya, pohon-pohon tersebut bukan hanya sekadar tumbuhan, melainkan memiliki jiwa dan cerita yang menarik di baliknya.

Suatu hari, ketika Andi sedang duduk di bawah pohon rindang, dia merenung tentang betapa berharganya keberadaan pohon-pohon itu dalam hidupnya. Dia menyadari bahwa pohon-pohon tersebut bukan hanya memberikan manfaat fisik, tetapi juga memberikan kebahagiaan dan keindahan bagi dirinya dan seluruh desa.

“Duh, betapa beruntungnya aku tinggal di desa ini,” gumam Andi sambil tersenyum.

Dari situlah, Andi semakin termotivasi untuk terus merawat pohon-pohon di desanya, dan dia pun berjanji akan menjaga kebiasaan budaya menanam pohon yang sudah turun-temurun di Desa Mentari.

Dengan senyum di bibirnya, Andi berdiri dan mengelus batang pohon di depannya dengan penuh kasih sayang. Baginya, pohon bukan hanya tanaman, melainkan sahabat setia yang selalu ada untuknya, siapapun dia. Dan di Desa Mentari, kebahagiaan terpancar dari setiap daun yang bergoyang di angin, dari setiap batang yang menari bersama riang, dan dari setiap akar yang kokoh menopang hidup. Sungguh, budaya menanam pohon di desanya tidak hanya menciptakan keindahan alam, tetapi juga kebahagiaan yang tiada tara bagi semua yang tinggal di sana.

Andi terus melangkah di tengah-tengah pepohonan yang menghijau. Dalam hatinya, rasa bahagia dan kedamaian menyelimuti dirinya. Namun, tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah menjadi mendung. Angin bertiup kencang, dan dedaunan pun bergerak tak teratur.

“Ada apa ini?” gumam Andi heran.

Tiba-tiba, sebuah suara menggema dari kejauhan, memecah keheningan hutan. “Andi… Andi…”

Andi terkejut. Dia memandang sekeliling, mencoba mencari sumber suara tersebut. Namun, tak seorang pun terlihat di sekitarnya.

“Siapa itu?” tanya Andi dengan ragu.

Suara itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas. “Andi, tolong aku!”

Andi segera melacak asal suara itu, dan dia terkejut melihat sumber suara tersebut. Di balik semak-semak, ada seorang wanita paruh baya yang terjatuh di tanah, wajahnya pucat dan tubuhnya tampak lemah.

“Andi, cepat bantu aku. Aku tersesat di hutan ini dan butuh pertolonganmu,” pintanya dengan suara lemah.

Tanpa ragu, Andi segera menghampiri wanita tersebut dan membantunya berdiri. “Siapa kamu? Dan bagaimana kamu bisa tersesat di hutan ini?”

Wanita itu tersenyum tipis. “Namaku Dewi. Aku adalah penyihir dari kerajaan terdekat. Aku tersesat ketika sedang mencari ramuan obat untuk raja yang sakit.”

Andi tercengang mendengar penjelasan Dewi. Dia tidak pernah membayangkan akan bertemu dengan sesuatu yang begitu luar biasa di hutan dekat desanya.

“Sudahlah, kita harus segera keluar dari hutan ini sebelum hujan turun,” ujar Andi sambil membantu Dewi berjalan.

Mereka berdua berjalan melewati pepohonan yang semakin gelap karena awan mendung yang menutupi matahari. Namun, tiba-tiba mereka dihalangi oleh sesuatu yang tak terduga.

Di depan mereka, muncul sebuah pohon besar yang menghalangi jalan mereka. Pohon itu terlihat berbeda dari pohon-pohon lain di sekitarnya. Daunnya berwarna hitam pekat dan batangnya tampak seperti bertanduk. Andi merasa ada aura yang menakutkan mengelilingi pohon tersebut.

“Andi, hati-hati! Itu adalah Pohon Terkutuk!” seru Dewi dengan ketakutan.

Andi menatap pohon tersebut dengan penuh keheranan. Bagaimana mungkin ada pohon yang terkutuk di tengah-tengah hutan yang sejauh ini sudah ia telusuri?

Tanpa diduga, pohon itu mulai berbicara dengan suara serak dan menakutkan. “Kalian tidak boleh melintasi hutan ini. Kalian harus pergi sekarang juga atau kalian akan menerima kutukan dari saya!”

Andi dan Dewi saling pandang, tidak tahu harus berbuat apa. Namun, Andi merasa ada kekuatan yang memuncak di dalam dirinya. Dengan mantap, dia berbalik menghadapi Pohon Terkutuk.

“Kami tidak akan mundur! Kami akan tetap melintasi hutan ini dan membantu Dewi keluar dari sini,” ucap Andi dengan penuh keyakinan.

Tiba-tiba, sesuatu yang luar biasa terjadi. Pohon-pohon di sekitar mereka mulai bergerak, bergabung menjadi satu entitas besar yang menyerupai manusia. Mereka menunjukkan dukungan mereka kepada Andi, si pemuda dari Desa Mentari.

“Pohon-pohon di desa ini mendukungmu, Andi! Kami tidak akan membiarkan Pohon Terkutuk menghalangi misimu,” ujar salah satu pohon dengan suara gemuruh.

Andi dan Dewi tercengang melihat pemandangan tersebut. Mereka tak pernah membayangkan bahwa pohon-pohon di desa tersebut memiliki kekuatan seperti itu.

Dengan semangat baru, Andi dan Dewi bersama-sama melintasi hutan yang gelap dan menakutkan itu. Dukungan dari pohon-pohon di sekeliling mereka memberikan kekuatan dan keyakinan bahwa mereka pasti akan keluar dari situasi tersebut dengan selamat.

Setelah melewati berbagai rintangan dan bahaya, mereka akhirnya berhasil keluar dari hutan. Cahaya matahari yang terik menyambut mereka di ujung hutan, dan mereka merasa lega karena berhasil selamat dari petualangan yang menegangkan.

“Andi, aku tidak bisa berterima kasih lagi atas bantuanmu,” ujar Dewi sambil tersenyum.

Andi hanya mengangguk, merasa bangga bisa membantu sesama, bahkan jika itu berarti harus menghadapi Pohon Terkutuk.

Dari hari itu, cerita tentang petualangan Andi dan Dewi tersebar di seluruh Desa Mentari. Mereka menjadi pahlawan bagi penduduk desa, dan Pohon Terkutuk pun menjadi legenda baru yang akan dikenang selamanya.

Dengan demikian, Andi menyadari bahwa kekuatan sejati bukan hanya ada dalam dirinya sendiri, tetapi juga dalam dukungan dan persahabatan dengan alam di sekitarnya. Dan dari pengalaman itu, ia semakin yakin bahwa kebiasaan menanam pohon di desanya bukan hanya sebagai budaya, tetapi juga sebagai simbol persatuan, kekuatan, dan kebaikan yang ada di hati setiap penduduk Desa Mentari.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar