Pohon Semarak

Mama geleng-geleng kepala saat masuk ke kamar Rena. Di pojok dekat meja belajar, tumpukan kertas bekas bungkus kado terlihat menggunung. Tanpa banyak bicara, mama mengambil koleksi aneh tersebut, kemudian membuangnya ke tempat sampah di dapur.

Ya, akhir-akhir ini Rena punya hobi aneh. Setiap ada yang ulang tahun, Rena selalu meminta kertas bungkus kado yang habis dipakai. Ia memperlakukan kertas warna-warni itu seperti barang berharga. Tangannya akan melicinkan kembali bagian-bagian yang kusut. Bahkan, selotip yang menempel dilepasnya secara hati-hati agar tidak sampai merobek kertas cantik tersebut.

“Ma … kertas kadoku jangan dibuang, dong.” Rena yang baru saja datang dari sekolah langsung membuntuti mama.

“Eh, Rena udah pulang? Iya, nih. Daripada numpuk di kamar, lebih baik dibuang aja. Siapa tahu ada yang lebih membutuhkan. Kamar Rena juga kelihatan lebih bersih.”

“Jangan, Ma. Nanti Rena rapikan kembali, terus taruh di dalam kantong plastik besar biar nggak berdebu. Boleh ya, Ma?” Mata Rena bersorot penuh harap.

“Janji, ya? Mama nggak mau lihat kamar Rena berantakan.”

“Janji.” Rena mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah.

Mama tersenyum melihatnya.

*****

Sebentar lagi sudah Agustus. Untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan, biasanya akan diadakan lomba-lomba. Begitu juga dengan lingkungan perumahan tempat Rena tinggal. Kemarin, ada surat edaran dari RT yang memberitahukan bahwa ada lomba kebersihan tiap rumah. Hadiahnya lumayan menggiurkan. Uang sebesar tiga ratus ribu rupiah.

Pak RT sengaja mengundang pengurus RW untuk menjadi jurinya. Lomba akan berlangsung selama satu bulan dari minggu ini. Penilaiannya tidak diberitahukan, jadi setiap rumah harus siap sewaktu-waktu jika dinilai. Bisa ditebak, pada hari Minggu pagi, semua warga ramai-ramai membersihkan rumah mereka.

Keluarga Rena juga tak mau ketinggalan. Sejak pagi, mereka sudah berbagi tugas. Mama dan Kak Raya bertanggung jawab dengan kebersihan rumah bagian dalam. Papa bersama Rena mendapat tugas untuk membersihkan taman, selokan serta teras.

“Ren, coba minta kaleng-kaleng bekas biskuit yang tidak terpakai ke mama,” kata Papa.

“Buat apa, Pa?”

“Mau Papa cat biar bagus. Nanti dijadiin pot bunga.”

“Wah, pasti keren, Pa.” Rena langsung berlari ke dalam rumah.

Beberapa menit kemudian ia membawa kaleng biskuit dengan aneka bentuk dan ukuran. Papa segera menuangkan kreasinya dengan kuas cat, sedangkan Rena menyapu daun-daun kering pohon mangga yang berserakan.

“Pa, mangga kita udah mulai besar, tuh. Banyak yang menjuntai ke jalan.”

“Iya, nanti Papa rapiin biar nggak ganggu orang lewat.”

“Ehh, Pa. Rena punya ide nih.” Rena mendekat dan berbisik ke Papa.

“Wah, ide hebat. Pintar juga nih anak Papa.” Papa mengacungkan jempol.

Rena kembali masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, ia keluar sambil membawa stapler dan tumpukan kertas bekas bungkus kado koleksinya. Setelah semua kaleng bekas biskuit selesai dicat, papa segera menerapkan ide Rena.

Di sebelah rumah Rena, ada becak berhenti. Bu Windu turun dengan membawa pot besar berisi bunga ephorbia merah. Ada juga pot-pot kecil berisi aneka tanaman hias.

“Wah, borong bunga ya, Bu Windu?” tanya Papa Rena.

“Iya, Pak Hadi. Dua tahun berturut-turut saya menang lomba kebersihan, masa iya, tahun ini harus kalah? Saya yakin bisa menang lagi, sebab koleksi tanaman hias saya, kan, banyak.”

Papa dan Rena saling pandang sambil tersenyum simpul, lalu berpamitan pada Bu Windu untuk meneruskan aktivitasnya. Menjelang azan Zuhur, mereka sudah selesai dengan hasil kerjanya.

Sorenya, Pak RT berkeliling untuk melihat persiapan warganya dalam mengikuti lomba kebersihan.

“Wah, pohonnya bagus banget, Pak. Kreatif ini,” puji Pak RT.

“Makasih, Pak RT. Ini idenya Rena. Daripada kertas bekas bungkus kado terbuang percuma, lebih baik dimanfaatkan untuk membungkus mangga-mangga yang mulai mengkal.”

“Hebat, Pak. Pohonnya jadi cantik. Semarak dengan kertas kado warna-warni.”

Hari yang ditunggu pun tiba. Warga satu RT berkumpul di lapangan setelah jalan sehat dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan. Mereka sedang menunggu pengumuman hasil lomba.

“Inilah acara yang ditunggu-tunggu.” kata Pak RT. “Juri menobatkan rumah Pak Hadi sebagai juara pertama Lomba Kebersihan tahun ini. Pot bunga dari kaleng biskuit yang dicat cantik bisa dijadikan contoh pemanfaatan barang bekas. Selain itu, pohon mangga yang semarak menjadi daya tarik yang unik.”

Semua warga bertepuk tangan, kecuali Bu Windu yang bertampang masam.

Rena tersenyum bangga. Ternyata, koleksinya selama ini tak sia-sia.

Gresik, 21 Juli 2016

Catatan:

Cernak ini pernah dimuat di koran SOLOPOS, edisi Minggu, 7 Agustus 2016

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar