Postingan Jahat

Raka adalah siswa SD kelas 5 di SD Paberland. Hari ini Raka harus bertemu dengan Pak Hirawan lagi. Ini bukan pertama kalinya terjadi. Raka sudah tahu kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai ia dipanggil menghadap kepala sekolah yang terkenal paling killer seantero jagat. Dia kesal bukan main. Bukan kesal pada dirinya sendiri, tapi kesal karena harus merelakan waktu bermain yang sangat disukainya. Di sekolah Raka, anak-anak yang berbuat ulah tidak akan mendapatkan waktu keluar main. Alih-alih demikian, anak-anak tersebut justru mendapat misi lain dari kepala sekolah yang percayalah, sangat membosankan dan tidak menyenangkan sama sekali!

Dipandanginya folder merah yang berisi bukti-bukti kejahatannya. “Ah, kenapa sih folder ini pake acara keselip segala di dalam buku,” rutuk Raka. “Seandainya folder merah itu tidak terikut, tentu aku tidak akan punya ide untuk memperlihatkannya kepada Enzi, Enzi juga gak bakalan lapor ke wali kelas,” pikirnya.

Diketuknya pintu ruangan kepala sekolah. “Masuk!” terdengar suara pak Hirawan dari dalam. Raka membuka pintu dengan hari-hati. Tanpa senyum pak Hirawan mempersilahkan Raka duduk. Suasana sangat hening sampai Raka bisa mendengar suara jarum jam dinding dan suara degup jantungnya sendiri.

“Coba bapak lihat isi folder merah itu.” Raka menyerahkan folder di tangannya dengan ragu-ragu. Pak Hirawan membolak-balik semua halaman dengan seksama. Dahinya penuh dengan kerutan setiap kali diamatinya gambar-gambar yang tercetak dihadapannya. “Koleksi Editan Kumis Lucu,” Pak Hirawan membaca nama foldernya dengan keras. Dalam hati sebenarnya Pak Hirawan berusaha keras untuk tidak tertawa.

Isi folder merah ini diluar bayangan Pak Hirawan. Ternyata, Raka mengedit foto teman-temannya saat pekan lalu seluruh kelas di SD Paberland kembali online karena banjir yang menggenangi kota. Ia screenshoot teman-temannya yang sedang belajar lewat Zoom dengan ekspresi-ekspresi aneh, lalu ditambahkan macam-macam jenis kumis yang ia gambar sendiri. Raka sebenarnya siswa yang sangat cerdas dan kreatif. Lalu jujur saja hasil editan gambarnya benar-benar lucu. Namun apa yang Raka lakukan tidak bisa dibenarkan. Terlebih lagi Raka mengunggah editan ini ke Instagram pribadinya.

“Kamu berfikir ini lucu, Raka?” Suara keras Pak Hirawan membuat Raka refleks menjawab, “tidak pak”. “Sekarang jelaskan kepada bapak apa motif kamu mengedit foto teman-temanmu seperti ini.”

“Awalnya saya tidak sengaja, pak. Saya cuma bosan jadi screenshot sembarangan. Di rumah saya tidak ada kerjaan, jadi fotonya saya edit-edit.”

“Lalu, kenapa fotonya kamu cetak dan kamu bawa ke sekolah? Bapak dengar kamu juga unggah foto ini ke sosial media kamu, benar begitu?”

“Karena saya rasa editan saya ini bagus pak, jadi saya print dan posting sebagai kenang-kenangan. Di Instagram likesnya banyak loh pak, ribuan.”

HUFT. Pak Hirawan mendengus keras. Raka kembali tegang.

“Apa yang kamu rasakan kalau temanmu melakukan hal yang sama terhadapmu? Apa kamu senang?”

“Teman yang mana dulu ini pak, kalau Enzi gak papa sih, dia sahabat saya jadi tidak masalah.”

“Coba kalau Enzy yang share fotomu. Mukamu yang diedit itu dilihat banyak orang tidak dikenal lalu mereka tertawa-tawa, kasih komentar tidak jelas di Instagram kamu masih suka?”.

“Tidak pak. Rasanya seperti sedang diejek-ejek sama banyak orang.”

“Betul! Kalau kamu bisa rasa itu, teman-temanmu juga pasti rasakah hal yang sama. Jadi sudah tau kamu salahmu dimana?”

Raka menunduk, tidak berani menatap mata Pak Hirawan. Tidak pernah dia memikirkan tentang ini sebelumnya. Raka hanya senang karyanya mendapatkan banyak likes dan komentar tanpa memikirkan perasaan teman-temannya. Ia tidak sadar telah berbuat buruk ke teman-temannya.

Hari itu juga Raka menghapus postingan jahat miliknya. Karya-karyanya juga ia hapus dan ia ganti dengan editan foto kelas yang lebih baik dan layak untuk diunggah. Tau dari mana kalau itu layak diunggah? Nah, itu setelah Raka mendapatkan ijin dari Pak Hirawan dan semua siswa yang ada didalam foto itu tidak berkeberatan dengan editan foto yang ia buat. Sejak kejadian Koleksi Editan Kumis Lucu itupun Raka kemudian tau bagaimana bersikap dengan baik di sosial media.

Karya: NR Sangkala.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar