Qi Xiao dan Gerbang Kelima

Hari seleksi prajurit Kerajaan Xi’an akhirnya tiba. Qi Xiao sudah lama menanti hari itu. Selama bertahun-tahun, dia berlatih keras berbagai keterampilan agar bisa ikut seleksi prajurit kerajaan. Memanah, berkuda, bertarung dengan pedang, dan berenang.

Pagi itu, Qi Xiao bersemangat pergi ke tempat seleksi. Sebelum tes seleksi dimulai, seorang prajurit memberikan penjelasan.

“Seleksi terbagi dalam lima tes. Setiap tes dilakukan di lima tempat yang berbeda. Jika lulus di satu tes, kalian tinggal mengetuk gerbang tempat tes berikutnya. Maka, gerbang akan dibuka dan kalian bisa mengikuti tes selanjutnya. Jadi, semua siap?”

“Siaaap!” jawab semua peserta dengan lantang. Qi Xiao lalu mengantre dan mengetuk gerbang pertama. Gerbang itu terbuka. Qi Xiao lalu mengikuti tes seleksi yang pertama, yaitu berkuda. Beberapa jam kemudian, Qi Xiao keluar dari gerbang pertama dengan tersenyum puas. Dia lulus!

Qi Xiao lalu mengetuk gerbang kedua. Ketika gerbang terbuka, dia melihat arena panahan yang sangat besar. Dengan percaya diri, dia mulai mengikuti tes memanah.

“Berhasil! Aku lulus tes memanah!” seru Qi Xiao. Dia kemudian pergi ke gerbang ketiga. Di tempat seleksi yang ketiga, dia melakukan tes bertarung pedang. Qi Xiao hebat, lagi-lagi dia lulus tes.

Qi Xiao lalu berangkat ke gerbang keempat yang letaknya agak jauh. Saat gerbang keempat terbuka, tampak sungai yang sangat luas.

“Ini pasti tes berenang. Aku pasti bisa!” katanya. Setelah berhasil menyeberangi sungai yang luas itu, dia dinyatakan lulus.

Dengan tubuhnya yang masih basah, Qi Xiao melanjutkan perjalanan ke gerbang kelima. Setelah melewati jalan yang menanjak, sampailah dia di gerbang kelima yang berada di tengah hutan.

Tok, tok, tok! Qi Xiao menunggu gerbang dibuka. Tetapi, tidak ada yang membukakan gerbang untuknya. Kemudian, dia mengetuknya lagi. Tok, tok, tok! Masih tidak ada yang membukakan gerbang.

“Kenapa gerbang ini tidak dibuka?” Qi Xiao kembali mengetuk. Semenit, dua menit… lalu terdengar kaki-kaki berlari mendekat.

“Tidak! Kamu tidak bisa masuk!” teriak suara di balik gerbang.

Qi Xiao terkejut. “Kenapa aku tidak bisa masuk? Aku lulus tes keempat!”

“Tidak! Kamu tidak bisa masuk! Cepat pergi dari sini!” perintah suara itu lagi.

“Tapi… tapi… aku lulus semua tes tadi. Aku seharusnya bisa masuk ke gerbang ini!” teriak Qi Xiao.

“Hei, aku bilang, pergi dari sini! Cepat pergi!” Lalu, terdengar kaki-kaki berlari menjauh.

“Jangaaan, jangan pergi! Tolong bukakan gerbangnya!” jerit Qi Xiao sambil mengetuk gerbang itu keras-keras. Dia lalu mendorong gerbang kelima itu. “Uuugghh! Uuugghh!”

Gerbang yang kokoh itu tidak bergerak sedikit pun. Qi Xiao lalu menendang gerbang itu berkali-kali agar terbuka. Dia bahkan melempar sebuah batu besar untuk mendobraknya. BRUK! Namun, gerbang itu tetap tidak terbuka.

Qi Xiao jatuh terduduk. Napasnya terengah-engah. Keringatnya bercucuran. Dia menundukkan kepalanya dan terisak-isak.

“Sedikiiit lagi. Hanya satu gerbang lagi. Satu tes lagi. Setelah itu, aku bisa menjadi prajurit kerajaan. Tetapi… kenapa jadinya begini?” Qi Xiao menangis sesungukan.

Beberapa hari berlalu, Qi Xiao tidak mau bekerja dan berlatih lagi. Dia merasa semua usahanya sia-sia.

Suatu hari, Qi Xiao mendengar keramaian di depan rumahnya. Dia mengintip dari jendela. Matanya terbelalak. Dia melihat pasukan kerajaan memapah pemuda-pemuda yang terluka parah.

“Hah, kenapa mereka terluka parah?!” Qi Xiao segera keluar dari rumah. Bersama warga desa yang lain, Qi Xiao membantu pasukan kerajaan memapah pemuda-pemuda yang terluka itu.

 Setelah tiba di tenda-tenda pengobatan, Qi Xiao bertanya kepada salah satu prajurit kerajaan.

 “Apa yang terjadi dengan mereka?”

“Mereka adalah peserta seleksi prajurit kerajaan. Mereka terluka ketika masuk ke gerbang kelima,” kata prajurit itu. Qi Xiao terperanjat. Gerbang kelima?!

Prajurit itu melanjutkan ceritanya, “Di gerbang kelima, mereka seharusnya melakukan tes bertarung melawan musuh di hutan. Yang pura-pura menjadi musuhnya semestinya kami, prajurit kerajaan. Tetapi, diam-diam pasukan dari Kerajaan Yuwei menyusup. Para peserta seleksi diserang habis-habisan. Ketika kami tiba, mereka sudah terkapar.”

Qi Xiao terkejut mendengar cerita itu. “Ternyata, gerbang kelima tertutup karena di sana ada bahaya besar. Jika waktu itu aku memaksa masuk, aku mungkin akan terluka parah seperti mereka,” pikirnya.

Sejak hari itu, Qi Xiao bertekad untuk kembali bersemangat. Dia ingin ikut tes seleksi prajurit kerajaan lagi.

“Aku berjanji tidak akan mudah menyerah. Jika aku sudah berusaha keras dan ternyata belum berhasil, aku tidak boleh terlalu bersedih. Pasti semua ada hikmahnya!” ucapnya sambil naik ke pelana dan memacu kudanya.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar