Alkisah, di Negeri Rantau Baru, Pelalawan, Riau, hiduplah sepasang suami istri
nelayan yang kekurangan. Suatu malam, Pak Nelayan bermimpi bertemu dengan seorang
kakek yang memberinya seutas tali dan berpesan untuk membawa sampan besar ke
sebuah mata air yang tak jauh dari Sungai Sepunjung.
Keesokan harinya, Pak Nelayan berangkat menuju mata air seperti yang
diceritakan dalam mimpinya. Tiba di Sungai Sepunjung, ia duduk dalam sampannya
menunggu sesuatu yang dijanjikan si kakek. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh seutas tali yang
muncul dari dalam mata air. Ia pun langsung menarik tali tersebut sekuat-kuatnya.
Pak Nelayan kaget melihat di ujung tali itu terdapat sebuah rantai emas besar.
Saat ia sedang menarik rantai, dari atas pohon terdengar kicau seekor murai yang
menyuruhnya cepat memotong rantai itu. Pak Nelayan tidak menghiraukan kicauan
murai. Ia malah semakin cepat menarik tali itu dengan harapan akan mendapat rantai
emas yang lebih banyak lagi.
Dengan kekuatan yang dimilikinya, ia menarik tali itu terus, terus, dan terus… tapi
ups! Tali yang ditariknya itu semakin lama terasa berat.
Tiba-tiba muncul gelembung-gelembung air dari dalam sungai yang semakin lama
berubah menjadi gelombang besar. Tak lama kemudian, terdengar suara gemuruh dari
dalam air. Tanpa diduga, tiba-tiba gelombang besar itu langsung mengempaskan sampan
Pak Nelayan.
Pak Nelayan pun terlempar dari sampan dan jatuh ke dalam air. Sampannya
hanyut dan akhirnya tenggelam terbawa arus. Pak Nelayan bersyukur masih bisa selamat
dari kejadian itu. Ia pulang ke gubuknya dengan tangan hampa.
Keesokan paginya, Pak Nelayan kembali lagi ke tempat kejadian kemarin. Ia
berharap menemukan sesuatu di sana, tetapi hari ini sampai hari-hari berikutnya
peristiwa itu tak pernah terulang lagi.
Nasib Pak Nelayan … hanya bisa menyesali ketamakannya.
Mata air sungai itu sekarang pun masih dapat kita lihatdi hilir Desa Rantau Baru,
Kabupaten Pelalawan, Riau.